" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Setelah bergabung disana, Jordan dan Ana tak mau kalah dengan apa yang sedang dilakukan oleh Kendra dan Soraya. Jordan sudah siap dengan celana pendeknya untuk berenang di kolam renang, sementara Ana baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian renangnya.
" Ayo! " Ucap Ana lalu tersenyum karena dia memang sudah siap jadi tinggal menuju ke kolam renang.
Jordan, pria itu hanya bisa menelan salivanya minat pakaian renang Ana yang begitu membentuk menjelaskan bagaimana bentuk tubuhnya, bagian dua paha yang polos itu benar-benar terekspos nyata.
" Kau yakin dengan pakaian mu? " Tanya Jordan, entah mengapa dia merasa tidak senang jika tubuh Ana ada yang melihat. Benar, Kendra memang Ayah kandungnya, tali tetap saja Jordan merasa tidak setuju, dia juga ingat benar jika penjaga vila adalah seorang pria. Jordan mengeryit menatap Ana dari ujung kaki ke ujung kepala.
" Kenapa? " Tanya Ana yang jelas dia merasa bingung melihat dirinya di tatap seperti itu oleh Jordan. Maklum saja, Jordan itu hampir tak pernah menatap tubuh Ana selama itu, bahkan untuk melakukan hubungan suami istri saja, Ana harus berjuang keras dulu.
" Pakaian mu terlalu terbuka. "
" Pakaian Ibu Soraya bukannya lebih terbuka dari ku? Kau tidak lihat dia tadi hanya menggunakan bikini saja? " Protes Ana.
Jordan, pria itu terdiam tak lagi bisa bicara. Sungguh dia bingung dan tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa dia begitu keberatan dengan pakaian Ana yang terbuka padahal jelas pakaian yang di gunakan Ana memanglah pakaian renang. Masalah Soraya, dia benar-benar lupa kalau Ana tidak mengingatkannya tadi.
" Tenang saja, tubuhku ini kan hanya kau yang pernah merasakannya. Walaupun beberapa bagian bisa dilihat oleh orang lain, bukannya yang paling penting adalah yang pertama tadi? " Ana tersenyum begitu kalimat itu selesai dia ucapkan. Selama beberapa waktu ini dia perlahan mengenali Jordan, Ana tahu benar jika Jordan bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta seperti kebanyakan pria di luar sana, tapi Ana yakin benar sifat dingin tapi manjanya akan berguna bagi hati Jordan.
" Terserah kau saja. "
Ana meraih tangan Jordan, Menggenggamnya untuk dia ajak ke kolam renang bersama Ayah dan juga Ibu tirinya.
Soraya, wanita cantik itu hanya bisa menatap Jordan dengan tatapan penuh maksud di balik kaca mata hitamnya. Dia yang baru saja selesai dan ingin berjemur sebentar akhirnya merasa jika dia perlu masuk lagi ke kolam renang agar bisa berdekatan dengan Jordan. Sungguh dia merindukan Jordan, mulai dari perlakukan Jordan di atas ranjang, perhatiannya dalam banyak hal, dan manis bibirnya membuatnya kesulitan menahan diri sekarang ini. Belum lagi tubuh Jordan yang sangat menggoda itu, Soraya benar-benar tidak bisa berpikir bersih bahkan sampai Ana dan Jordan masuk ke dalam kolam renang.
" Semoga kau menyukai tempat ini ya? " Ucap Kendra kepada Jordan. Mereka berdua sama-sama berdiri berendam di dalam air sembari melihat betapa semangatnya Ana berenang kesana kemari.
" Iya, ini cukup menyenangkan kok. "
Kendra tersenyum, lalu mengangguk.
Jordan memaksakan senyumnya, entah mengapa senyum Kendra itu benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata. Dia mengingat semua yang sudah dia lakukan bersama dengan Soraya. Tidur bersama, pergi liburan bersama, pergi membeli rumah dan menyusun rencana untuk tinggal bersama dan menikah. Jordan kembali menatap Kendra yang kini menatap Soraya dengan bibir tersenyum begitu manis. Tatapannya penuh cinta, dan itu membuat Jordan merasakan dadanya yang berdenyut sakit. Cemburu? Iya! Dia benar-benar sangat cemburu, tapi melihat betapa baknya Kendra memperlakukannya, dia malah seperti tercekik oleh kesalahannya sendiri.
Setelah cukup lama dan Ana juga sudah mulai lelah, mereka segera kembali ke kamar mereka masing-masing. Sore ini mereka berencana untuk naik ke puncak yang hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menitan dari vila yang mereka tinggali. Rencananya mereka ingin mengadakan barbeque bersama, berkemah disana juga jika memungkinkan, lalu kembali besok pagi-pagi sekali.
Benar-benar seperti pasangan yang saling mencintai, Ana dan Jordan selalu bergandengan tangan, dan itu cukup membuat Soraya cemburu, dan membuat moodnya menjadi buruk. Tentulah itu adalah keinginan Ana, karena sudah janji juga tidak akan menolak, Jordan hanya bisa mengikuti saja apa yang diinginkan Ana. Selain itu juga dia merasa sudah cukup bersabar melihat Soraya terus memperlakukan suaminya dengan begitu mesra, jadi dia ingin membalas apa yang dilakukan Soraya meski enggan mengakuinya.
Sesampainya disana, puncak dari gunung itu adalah tempat wisata bagi para keluarga, dan kaum umum untuk berkah disana. Sudah tidak perlu bingung mendirikan tenda, disana juga sudah tersedia dan hanya tinggal tunjuk saja tempat kosong untuk mereka tinggali.
Mereka semua udah memesan tempat, mereka tinggal bersebalahan tenda, jadi mereka bisa bermalam bersama nantinya. Ana, dia membatu Kendra yang sedang menyiapkan daging untuk mereka bakar nanti, ada juga jagung, dan beberapa sayuran seperti paprika, mentimun, bawang, dan beberapa bahan lagi. Sementara Jordan, pria itu sudah meminta izin kepada Ana untuk menelpon salah satu pekerjanya karena ada satu urusan mendadak. Soraya, wanita itu beralasan ingin melihat-lihat sekitaran situ, padahal dia sudah benar-benar tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan Jordan. Iya, dia mengikuti kemana Jordan pergi dengan harapan bisa melepaskan rindu yang sudah kenal ia rasakan.
Ketika sedang berbicara di tempat yang lumayan jauh dari keramaian, tiba-tiba Soraya memeluk tubuh Jordan dari belakang, dan itu sukses membuat Jordan terperanjak kaget.
" Raya? " Jordan dengan segera memutuskan sambungan teleponnya karena kebetulan sudah tidak ada lagi yang akan di bicarakan dengan orang yang dia telepon.
" Jordan, aku merindukan mu. Aku sangat merindukan mu, sayang. " Ucap Soraya kembali memeluk Jordan yang posisi tubuhnya sudah berhadapan dengannya.
" Raya, tolong jangan begini, kau apa tidak takut Kendra melihat ini? Bagaimana kalau dia mengikuti mu? Kau akan dalam bahaya, Raya. "
Soraya mengurai pelukannya, dia menatap Jordan dengan tatapan kecewa.
" Kau sedang menolak ku? " Tanya Soraya dengan mimik kecewanya.
" Soraya, bukan aku ingin menolak mu, tapi disini bukan tempat yang cocok untuk kita bertemu. "
Soraya membuang nafas sebalnya.
" Kau mengabaikan semua pesan dariku, aku beberapa kali menunggu di apartemen mu setelah mengirim pesan padamu sebelum jam istirahat kantor, tapi kau sama sekali tidak meresponnya. "
" Maaf, aku benar-benar sibuk sekarang ini. "
Soraya memukul dada Jordan beberapa kali.
" Sibuk? Sibuk apa?! Kau sibuk dengan Ana? Jordan, apa kau tahu hancurnya hati dan perasaan ku melihat mu dan Ana berciuman pagi itu?! "
Jordan terdiam, sungguh dia ingin membalikkan kata-kata itu untuk Soraya, tapi lagi-lagi dia merasa kasihan dan memilih untuk diam saja entah mau sampai kapan.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget