Thalita, 25 thn seorang dosen sekaligus pengusaha membalaskan sakit hatinya kepada suami dan keluarga suaminya yang sudah menggelapkan uang restoran milik nya hanya karena ia sibuk mengurus ibunya yang sedang sakit.
Ia dianggap miskin oleh keluarga suaminya, karena sewaktu menikah ia di wali kan kepada wali hakim karena ayahnya sudah meninggal ketika ia berusia 17 tahun. Dan ia juga di anggap bodoh, karena selama restoran di handel Dika suaminya, ia tidak pernah menanyakan laporan keuangan restoran tersebut sehingga membuat Dika dan keluarganya besar kepala dan menggelapkan uang restoran untuk gaya hidup mereka.
Hanya Alana lah yang menyukai Thalita dan dialah yang mengirim video Dika dan keluarga nya merayakan pesta ulang tahun selingkuhan Dika di restoran milik Thalita.
Berhasilkah Thalita membalas perlakuan Dika dan keluarga nya? Adakah nanti seseorang yang mencintai Thalita setulus hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Rencana menjual rumah
Ketika Dika sedang asyik dengan gundik nya, Tata sedang mengatur pertemuan dengan makelar rumah untuk menjual rumahnya yang di tempati Dika dan Mama nya.
Tata yang di temani Sandra dan Tegar tampak menyimak penjelasan sang makelar berapa harga pasaran rumah tersebut dan ***** bengeknya.
"Non, yakin rumah itu mau di jual? Apa yang menempati nya sudah di beri tahu? " tanya Tegar dengan niat Tata.
"Seratus persen yakin Gar! Gak perlu juga aku ngasih tau mereka tentang aku mau menjual rumah tersebut. Aku tidak sudi rumah yang aku beli di jadikan tempat zina. Mereka harus terima dengan keputusan aku karena rumah itu aku yang beli dengan uang ku sendiri sebelum menikah dengan bajingan itu! " jawab Tata dengan yakin.
"Bah... Cemana pulak kau meragu kan niat nya Tata. Kasihan kau sama mereka? Kalau mereka gak membiarkan badugung itu selingkuh dan masih menghargai Tata, ya gak bakalan pulak Tata berbuat macam itu sama mereka. Asal kau tahu saja kalau mereka membiarkan si badugung itu berbuat zina dengan selingkuhan nya di rumah nya Tata. Orang macam itu yang kau kasihani? Kalau aku yang ada di posisi Tata sudah ku tumbuk mereka dengan karate ku biar mereka ku bikin jadi peyek! " ucap Sandra dengan emosi.
"Jadi, sampai sejauh itu hubungan suami Nona dengan selingkuhan nya? " tanya Tegar dengan tidak percaya.
"Itu memang benar. Nana yang mengatakan semuanya dengan ku ketika aku baru datang bersama Ibuk. Nana yang hari itu cepat pulang kerja karena sakit perut, melihat dan mendengar sendiri Dika dan gundiknya berada di kamar kami bermesraan layaknya sepasang suami-istri dan mereka dengan bodohnya tidak menutup rapat pintu kamar tersebut karena merasa yakin kalau tidak ada yang memergoki mereka kecuali Mama nya. Mereka tidak tahu kalau perbuatan mereka yang menjijikkan itu tidak hanya di lihat oleh Nana, tapi juga Sumi yang sebagai perawat Ayah Jamal yang tidak sengaja ketiduran setelah memberi makan sore untuk ayah jamal. Bahkan Sumi juga sempat merekam perbuatan tidak senonoh mereka di ponselnya. " jawab Tata dengan wajah penuh emosi.
Walaupun ia belum memberikan hak Dika sebagai seorang istri, tetap saja hatinya sakit mengingat penghianatan yang di lakukan Dika terhadapnya, di rumahnya sendiri, dan di kamar mereka berdua pula Dika dan gundiknya berbagi peluh.
Tegar tidak bisa berbicara apa-apa lagi karena perbuatan Dika sungguh sangat keterlaluan. Berzina dengan selingkuhan nya di rumah istrinya dan di kamar mereka berdua pula ia lakukan perbuatan tersebut.
Ia terlihat geram mendengar kenyataan tentang suami Nona nya itu dengan tangan terkepal. Ia mengutuk sekeras-kerasnya perilaku ibunya Dika yang mendukung perbuatan Dika yang sudah menghianati janji suci pernikahan mereka di hadapan Sang Pencipta.
"Nona, apakah anda sudah yakin dengan harga yang di tawarkan atau ingin memberikan harga khusus? "tanya makelar rumah tersebut.
"Sepertinya saya yakin dengan harga pasaran yang umum saja lah Mas, biar rumah nya cepat laku. " jawab Tata dengan mantap.
"Baik lah kalau begitu, saya akan hubungi Nona lagi kalau sudah ada pembeli nya. Saya permisi dulu. " ucap makelar rumah tersebut berdiri dan menjabat tangan Tata.
Sepeninggalan makelar tadi, Tata, Sandra dan Tegar memutuskan untuk mengecek restoran-restoran yang Tata punya untuk melihat respon pelanggan terhadap menu baru yang baru saja di luncurkan seminggu yang lalu.
Tegar bertindak sebagai sopir yang akan mengantar Tata kemanapun ia pergi.
"Tet, cemana dengan profesi dosen mu itu? Gak kau teruskan lagi mengajar mu di kampus-kampus di Jakarta ini? Kan lumayan lah buat cuci-cuci mata kalau suntuk di restoran saja. " tanya Sandra ketika mereka keluar dari mobil.
"Belom kepikiran aku Tot... Masih pening kepala ku dengan masalah rumah tangga ku dan ***** bengeknya. " jawab Tata dengan gusar.
"Gak usah terlalu kau pikirkan itu? Nantik kau pulak yang sakit gara-gara mikirin itu! Kau bawa santai saja. " ucap Sandra sambil berjalan di samping Tata.
"Eh Tet... Coba kau tengok Ibu-ibu itu? Kenapa pulak dia sempoyongan kayak orang mabok gitu! " teriak Sandra menunjuk ke arah samping kanan Tata.
Tata yang menoleh, reflek berlari mendekati Ibu-ibu itu dan menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh. Tata menggenggam tangan Ibu-ibu itu yang terasa dingin seperti es dan memapahnya ke kursi sofa di sudut ruangan tempat para pelanggan duduk yang hanya memesan makanan untuk di makan di rumah.
"Tot, kau telpon dokter cepetan! Kasihan kali ibuk ini mukanya pucat kayak susu! Mana tangannya dingin pulak lagi. " perintah Tata dengan sedikit cemas.
Sandra yang tanggap langsung menghubungi dokter langganan Tata untuk memintanya ke restoran secepatnya.
"Bu Bos.. Kasih minyak kayu putih dulu Ibu itu Bu Bos.. Di gosok-gosok ke tangannya yang dingin tadi. " ucap Santi manager restoran yang langsung datang ke depan setelah di beritahu salah satu karyawan restoran.
Tata pun segera mengambil minyak kayu putih yang di sodorkan Santi dan menaruhnya di tangan serta leher Ibu-ibu yang pingsan tersebut.
"Dokternya masih dalam perjalanan Tet! " ucap Sandra duduk di dekat Tata.
"Nyentrik kali lah Ibu-ibu ini ya Tet.. Kayak orang kerajaan aja aku tengok! " senggol Sandra pada bahu Tata.
"Gak usah cerewet kau! Ayok kau bantu aku kipasin Ibu ini biar cepat sadar dia. " jawab Tata memberikan kipas yang tadi ikut terjatuh.
"Kau ini... Aku cakap kenyataan ini! Kau tengok lah, pake kebaya kayak mau pesta, rambut rapi di sanggul, dan tidak ketinggalan pulak kipas ini nih! " ucap Sandra sambil mengipasi dirinya sendiri.
"Iya jugak ya Tot... Kayak film komedi yang dulu suka di tonton Ibuk.. Si kanjeng Mami yang punya menantu batak Abang Boris kalau gak salah namanya.. " jawab Tata ikutan komentar kayak Sandra.
"Iya... Hi... Hi... Hi... " jawab Sandra cekikikan sambil menutup mulutnya agar tidak kedengeran orang.
"Kenapa pulak kita gibahin Ibu-ibu ini! Alamak!! " ucap Tata seraya memukul pelan jidatnya.
"Komentar kita Tet... Komentar... Bukan gibah... Gibah itu ngomongin yang jelek-jelek.. Beda pulak dengan kita! " jawab Sandra yang tidak mau di salahkan.
"Sukak hati kau lah! "ucap Tata dengan jengah.
Tidak berapa lama, dokter yang dipanggil pun datang dan meminta agar di pindahkan ke tempat yang sedikit longgar atau lapang. Tata menyuruh beberapa orang karyawan nya untuk mengangkat Ibu-ibu tersebut ke ruangan pribadi nya.
"Sepertinya beliau telat makan, dan maag nya kumat.. Nanti ketika beliau sudah sadar tolong di kasih makan dan minum kan obat. Dan ini obat yang harus di tebus. " ucap dokter tersebut sambil memberikan secarik kertas.
Tata mengambil kertas tersebut dan memberikannya kepada Sandra.
"Bah... Kenapa pulak kau kasih sama ku Tet! Bukan apotek aku ini! " ucap Sandra sewot.
"Maksud aku itu, pergilah kau tebus dulu obatnya Tot.. " jawab Tata santai.
"Hais... Sukak kali lah kau suruh-suruh aku, Jangan lupa bayarannya Tet! " ucap Sandra sambil mengerutu.
"Iya... Nantik ku kasih kau upah bon-bon se biji. " jawab Tata sambil berteriak.
"Pauk lah kau Tet! " teriak Sandra tak kalah keras.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas ya...
tanggung jawab thor 😭