Arkan, seorang pria kaya dan berkuasa dengan kepribadian yang dingin dan suka mengontrol orang lain, terjebak dalam permainan cinta dengan Aisyah, seorang wanita muda yang cantik dan berani. Aisyah memiliki tujuan tertentu untuk Arkan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Arkan memiliki rencana untuk Aisyah, tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Aisyah. Ia mulai mempertanyakan perasaan dirinya sendiri dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam hatinya.
Aisyah sendiri juga memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh Arkan. Ia memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti keluarganya, dan Arkan menjadi bagian dari rencananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Wirdan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Saya berjalan di sepanjang jalan, merasa sedikit tidak nyaman. Saya tahu bahwa Arkan sedang mencari saya, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia menemui saya.
Saya memandang ke sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang mengawasi saya. Saya tidak ingin Arkan menemui saya sebelum saya siap.
Saya memutuskan untuk mengunjungi seorang teman lama saya, seseorang yang saya percayai. Saya berharap bahwa dia bisa membantu saya menghadapi situasi ini.
Saya tiba di rumah teman saya dan mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, pintu dibuka oleh teman saya sendiri.
"Aisyah, apa yang terjadi?" tanya teman saya dengan suara yang khawatir.
Saya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu di belakang saya. "Arkan sedang mencari saya," saya katakan dengan suara yang pelan. "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia menemui saya."
Teman saya memandang saya dengan mata yang serius. "Kamu harus berhati-hati, Aisyah," katanya dengan suara yang pelan. "Arkan tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia memiliki rahasia yang besar, dan saya pikir dia tidak akan ragu untuk menyakiti kamu jika kamu mengancam kepentingan dia."
Saya merasa sedikit tidak nyaman dengan kata-kata teman saya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Arkan? Dan apa yang dia sembunyikan?
Tiba-tiba, saya mendengar suara ketukan pintu. Saya memandang teman saya dengan mata yang takut. "Siapa itu?" saya tanya dengan suara yang pelan.
Teman saya memandang saya dengan mata yang serius. "Saya tidak tahu," katanya dengan suara yang pelan. "Tapi saya pikir kita harus berhati-hati."
Teman saya memandang saya dengan mata yang serius, lalu berjalan menuju ke jendela dan melihat ke luar. "Tidak ada siapa-siapa di luar," katanya dengan suara yang pelan. "Tapi saya tidak suka ini. Saya pikir kita harus pergi dari sini."
Saya mengangguk, merasa sedikit takut. Saya tidak tahu siapa yang ada di luar, tapi saya yakin bahwa saya tidak ingin mengetahuinya.
Teman saya mengambil tasnya dan memberi isyarat kepada saya untuk mengikuti dia. Saya mengangguk dan mengikuti dia ke pintu belakang.
Kami keluar dari rumah dan berjalan dengan cepat melalui gang yang sempit. Saya memandang ke belakang, merasa seperti ada yang mengawasi kami.
Tiba-tiba, saya melihat sosok yang familiar berdiri di ujung gang. Arkan. Saya merasa sedikit takut dan menarik teman saya untuk berlari.
"Kita harus pergi dari sini!" saya katakan dengan suara yang pelan.
Teman saya mengangguk dan kami berlari secepat mungkin, meninggalkan Arkan di belakang. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi saya yakin bahwa saya harus melindungi diri saya sendiri.
Setelah beberapa saat berlari, kami tiba di sebuah tempat yang aman. Saya berhenti dan memandang teman saya dengan mata yang takut.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" saya tanya dengan suara yang pelan.
Teman saya memandang saya dengan mata yang serius. "Kita harus pergi dari kota ini," katanya dengan suara yang pelan. "Kita tidak bisa tinggal di sini lagi."
Saya mengangguk, merasa sedikit takut. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi saya yakin bahwa saya harus pergi dari sini sebelum Arkan menemui saya.
Kami berlari sepanjang jalan, berusaha untuk menjauhkan diri dari Arkan. Saya tidak tahu apa yang dia inginkan, tapi saya yakin bahwa saya tidak ingin mengetahuinya.
Setelah beberapa saat berlari, kami tiba di sebuah stasiun kereta api. Teman saya membeli dua tiket ke luar kota, dan kami menunggu kereta api untuk berangkat.
Saya memandang ke sekeliling, merasa sedikit takut. Saya tidak tahu apakah Arkan akan menemui kami di sini.
Tiba-tiba, saya melihat sosok yang familiar di kejauhan. Arkan. Saya merasa sedikit takut dan menarik teman saya untuk bersembunyi.
"Kita harus pergi sekarang!" saya katakan dengan suara yang pelan.
Teman saya mengangguk, dan kami berlari menuju ke kereta api yang sudah siap untuk berangkat. Kami naik ke kereta api dan duduk di tempat duduk kami, berusaha untuk tidak menarik perhatian.
Kereta api mulai bergerak, dan saya merasa sedikit lega. Kami berhasil melarikan diri dari Arkan.
Tapi, ketika saya memandang ke luar jendela, saya melihat Arkan berdiri di peron, memandang ke arah kami dengan mata yang tajam. Saya merasa sedikit takut dan berpaling dari jendela.
"Kita belum aman," saya katakan dengan suara yang pelan.
Teman saya memandang saya dengan mata yang serius. "Kita harus terus berlari," katanya dengan suara yang pelan. "Kita tidak bisa berhenti sampai kita yakin bahwa kita aman."
Saya mengangguk, merasa sedikit takut. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi saya yakin bahwa saya harus terus berlari.