Demi menyelamatkan perusahaan sang papa yang hendak dikuasai oleh pamannya yang tamak, Menta terpaksa menyetujui perjodohannya dengan Raf seorang tuan muda pewaris tahta kerajaan bisnis yang sudah menjadi rekanan sang papa. Pernikahan yang dipaksakan tersebut sesungguhnya membuat Menta sangat tertekan, sikap dingin Raf ditambah kisah cinta pria itu dengan seorang model cantik pun membuat hubungan keduanya semakin seperti orang asing. Mungkinkah Menta dan Raf bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosi Lombe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tyo vs Raf
"Dimana keponakanku?" tiba-tiba kegaduhan terjadi di halaman depan.
"Maaf tuan, anda tidak diizinkan masuk ke sini lagi" security yang menjaga kediaman Surya menghadang.
"Memangnya kenapa? ini rumah adikku, mereka berdua keponakanku, aku yang menjadi wali mereka sekarang!" Tyo menghardik.
"Tolong kerja samanya tuan, silahkan pergi dari sini" sang security berbicara sesopan mungkin.
"Menta, Bas, keluarlah ini paman Tyo!" dia berteriak-teriak seperti orang kesetanan.
"Maaf tuan anda membuat kegaduhan!" security mulai tidak sabaran.
"Menta, Bas keluar kalian!" Tyo pun sama kasarnya.
"Ada apa itu Bas?" Menta bertanya kepada sang adik saat mereka bertiga sedang makan malam bersama keesokan harinya.
"Entahlah kak" Bas mengangkat bahu.
"Biar aku lihat" Raf berdiri dari tempatnya.
"Aku ikut" Menta mengekor.
"Aku juga" Bas tidak mau kalah.
"Paman?" Menta dan Bas terkejut ketika melihat Tyo berdiri di depan pagar rumah mereka.
"Mau apa paman kesini?" Menta bertanya dengan ketus.
"Menta aku ini pamanmu, kenapa kau sangat kasar begitu?" Tyo pura-pura sedih.
"Paman yang seperti apa? yang menjual adik kandungnya kepada seorang CEO karena hutang korupsinya? atau yang menculik keponakannya karena tidak menerima uang dari adik iparnya?" Menta tersulut emosi mengingat cerita tentang kisah hidup Tata mamanya saat masih belia serta kisah penculikan dirinya sendiri.
"Menta, maafkan paman, paman sudah berubah, paman sudah bertobat nak" memasang wajah memelas.
"Paman sudah kami maafkan, tapi untuk menerima paman kembali kami tidak bisa, kami sudah cukup bahagia saat ini meskipun mama dan papa telah tiada" gadis itu tetap menolak.
"Tapi kan kalian masih butuh wali" Tyo memakai jurus pamungkasnya.
"Kami tidak butuh paman untuk menjadi wali, lebih baik paman pergi dari rumah ini sekarang juga" Bas berkacak pinggang.
"Anak kurang ajar, beraninya kau" tangan Tyo sudah melayang.
"Hentikan!" Raf yang sejak tadi hanya mengamati situasi pada akhirnya turun tangan.
"Siapa kau!?" menarik tangannya yang di cengkram erat oleh Raf.
"Aku adalah suami Menta, sekaligus yang menjadi wali mereka!" Raf menunjukkan jati dirinya.
"Suami? cih, permainan apa ini? sejak kapan Menta punya suami? lulus sekolah saja belum!" Tyo tidak percaya begitu saja.
"Terserah kalau tidak percaya, tapi itu kenyataannya, sekarang lebih baik anda pergi dari sini dengan cara yang baik sebelum aku bertindak kasar!" Raf meninggikan intonasi suaranya.
"Tidak, sampai kau tunjukkan bukti bahwa kalian memang sudah menikah!" Tyo bersikeras.
"Sayang, kau menyimpan suratnya kan?" Raf menatap mata Menta dengan tatapan yang sulit diartikan serta mengelus pipinya yang sudah memerah karena menahan amarahnya dengan sangat lembut.
"Iya" angguk gadis itu lemah.
"Bawa kesini ya" kemudian mengecup kening sang istri.
Tidak lama Menta kembali dari dalam rumah setelah mengambil surat nikah yang memang sudah dipersiapkan oleh Adhi dan Hendro di brankas ruang kerja Surya jika sewaktu-waktu Tyo datang seperti ini.
"Apa kau masih belum percaya juga?" Raf menunjukkan surat nikah mereka dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya merangkul pinggang Menta untuk menunjukkan hak kepemilikannya atas gadis itu.
"Kurang ajar! kenapa kau tidak minta izin dulu padaku Menta? biar bagaimana pun aku ini pamanmu!" Tyo sudah sampai di ubun-ubun. Misinya menguasai harta warisan Surya terancam gagal bila Menta memang benar sudah menikah dan tidak membutuhkannya lagi untuk menjadi wali sampai ia tumbuh dewasa.
"Aku hanya punya dua paman, yaitu Adhi dan Hendro!" Menta lebih mengakui kedua orang kaki tangan Surya sebagai paman yang sesungguhnya ketimbang Tyo.
"Sepertinya kita memang salah sayang, seharusnya waktu itu kita undang pamanmu yang ini juga, tapi karena kau memang merasa hanya punya dua paman jadi kita terlewat deh!" Raf mencibir Tyo.
"Brengsek!" Tyo yang sudah merasa kalah akhirnya pergi dengan sendirinya.
"Ayo masuk" Raf yang masih merangkul pinggang Menta kemudian juga merangkul bahu Bas untuk mengajak mereka melanjutkan makan malamnya.
"Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan meletakkan surat ini ke tempat semula" sambil meraih surat nikahnya dari tangan sang suami.
"Iya kak" Bas mengangguk.
"Bas, kak Raf menyusul kak Menta dulu ya" Raf kemudian mengikuti langkah istrinya.
"Oke" Bas yang masih belum terlalu paham akan situasinya tidak butuh waktu lama untuk menetralisir emosinya.
