Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.
Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.
Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.
Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.
Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?
Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode : 10 — Kabar Buruk
"Mereka terlalu kuat, mundur!"
Mendengar perintah dari nona mereka, berturut-turut lima puluh Pasukan Serigala yang tersisa memutar tubuh dan lari ke selatan. Banyak kuda yang mati dalam penyergapan, beberapa yang selamat lebih banyak yang ketakutan daripada yang bisa lagi diandalkan.
"Nona, awas belakangmu!"
Qin Yuying menunduk sampai dahinya hampir menyentuh tanah, ia rasakan tebasan tajam lewat di atas kepalanya.
"Mati kau!"
Satu prajurit maju untuk menebas tanduk itu, tapi justru karena tindakan ini, dia yang menjadi korban. Darah terciprat ketika dada lelaki malang itu terobek lebar.
"Keparat!" Dengan amarah meluap, Qin Yuying memotong dua tanduk itu bersamaan. Kiranya dongeng itu benar, tanduk dipotong, nyawanya pun melayang.
"Mundur, jangan hiraukan lagi." Qin Yuying berseru-seru. Tangan kanannya terluka parah, tapi sungguh luar biasa karena wanita ini masih bisa menggerakkan sepasang pedang dengan amat cepat.
Simbol Magis yang tergambar dikedua punggung tangannya menyala dengan warna hijau pucat. Ketika dia membentak, tiupan badai angin tajam menebas ke sekeliling tanpa pandang bulu. Itulah kehebatan Simbol Magis milik Suku Serigala, dapat memancarkan angin setajam pedang.
Tiga Tanduk Darah yang lain menyerbu. Suara lolong serigala terdengar di kejauhan, dan lima orang lagi jatuh tak bernyawa.
Sial ... sial! Harus ada yang kembali untuk melaporkan ini. Qin Yuying memutar pedang ke sekeliling tubuh, angin menyambar-nyambar, menyerang sekaligus bertahan. "Kau yang di sana, cepat pulang dan laporkan ini ... ufff ... akkhhh!" Qin Yuying memuntahkan seteguk darah segar ketika lutut lawan berhasil menghantam ulu hatinya.
Orang yang ditunjuk Qin Yuying tadi segera berlari ke selatan. Sepuluh Tanduk Darah yang mengepung lekas mengejar, tapi prajurit lainnya segera melindungi.
Qin Yuying menahan rasa sakitnya, dia tahu dia akan mati sekarang, tapi selama masih ada yang bisa hidup cukup lama untuk kembali ke desa, itu bukan masalah.
"Ternyata benar, kalian bangun lagi."
Tanduk Darah di depannya terkekeh. "Manusia tolol," katanya. "Apa yang bisa kalian lakukan tanpa Raja Malam? Tentu saja, kehancuran di bawah telapak kaki kami."
"Dasar iblis!" Qin Yuying menerjang dengan ganas. Matanya merah karena marah. Kedua tangannya melakukan serangan menggunting, bermaksud memenggal kepala lawan.
Akan tetapi iblis itu masih terkekeh-kekeh. Dia mengangkat salah satu tangan, pedang mengerikan dari besi hitam meluncur deras mengarah lambung Qin Yuying.
Selesai sudah ....
Crookkk ....
Pedang itu membalik, tapi Qin Yuying terlempar dengan luka di perut yang menganga cukup lebar. Punggungnya menabrak pohon, memperdengarkan bunyi berdebuk nyaring, dan wanita itu tersungkur dalam genangan darahnya sendiri.
"Kenapa kau menangkis?" suara si Tanduk Darah penyerang Qin Yuying tadi terdengar marah.
Seorang wanita bertanduk dengan darah beku bersisik yang keluar dari punggung, menelengkan kepalanya. "Kenapa? Bukankah itu terserah padaku? Siapa yang memimpin di sini?"
Tanduk Darah yang memegang pedang hitam tadi segera terdiam.
"Lagipula, dengan seranganmu ke arah perut samping, kaupikir itu bisa membunuhnya dalam sekejap? Jangan lakukan serangan sia-sia, aku tahu seranganmu tadi hanya main-main, kau masih ingin main-main dengan manusia tolol ini?"
"Maaf, Nona."
"Pergi dan habisi mereka!"
Qin Yuying masih mampu mendengar percakapan itu dalam sekaratnya, tapi dia sudah tak terlalu bisa melihat. Sesuatu yang tiga langkah atau lebih dari tempatnya tersungkur hanya kelihatan kabur seperti kabut.
Seorang wanita Tanduk Darah yang tadi membentak bawahannya dan sekaligus menusuk perut Qin Yuying, dengan perlahan berjalan mendekat. Dia menarik kerah jubah Qin Yuying lalu memaksanya duduk, ditekannya tubuh bersimbah darah itu sebatang pohon agar mereka bisa saling tatap.
Saat itu, mata Qin Yuying terbelalak. Seluruh tubuh terasa kaku dan gemetar. Keringat dingin menetes tanpa persetujuan, untuk beberapa saat, dia menduga bahwa yang dilihatnya itu hanyalah halusinasi sebelum mati.
"Kau ... bagaimana—ugghh ...."
Wanita Tanduk Darah itu menusuknya tepat dijantung. Tangannya yang berubah kemerahan melesak jauh tepat di jantung Qin Yuying sampai tembus ke punggung. Setelah selesai, dibiarkannya Nona Muda itu terkapar dalam keadaan tak berdaya.
Terdengar lagi lolongan serigala di kejauhan, seolah dia pun merasa berduka dengan dibantainya para manusia pada malam hari itu.
...----------------...
Chen Huang tak mengenal waktu lagi, dia terlalu sibuk dengan latihannya. Memang untuk permulaan, terlalu sulit mempelajari teknik bertarung gagak mengingat ia sudah mempelajari dasar teknik serigala. Akan tetapi sekali Chen Huang tahu garis besarnya, maka dia tak terlalu kesulitan lagi.
Pada hari-hari pertama, Chen Huang masih sering keluar dari penjara bawah tanah untuk mencari udara segar. Namun setelah lebih dari seminggu, pemuda itu hampir tak pernah keluar lagi dari sana. Dia benar-benar menenggelamkan diri dalam latihannya.
Ketika mempelajari Simbol Magis, Chen Huang mendapat kenyataan bahwa mempelajarinya bukanlah hal yang terlalu sulit, hanya saja cukup rumit. Dia merutuki kemalasannya di masa lalu yang jarang—bahkan hampir tidak pernah—berlatih.
Hingga pada akhirnya, tepat tiga bulan setelah ia memasuki penjara bawah tanah, Chen Huang merasa ini adalah waktu yang tepat untuk keluar.
Dia menaiki tangga menuju pintu ruang bawah tanah, sampai di atas, dua penjaga pintu hanya melirik seperti biasa. Sebelum menghadap Qin Sheng, Chen Huang ingin mencoba kekuatannya lebih dahulu.
Dia pergi ke pondoknya yang lama, yang kini sudah kosong tak berpenghuni. Di belakang pondok itu, ada taman kecil dengan kolam ikan yang juga tak berpenghuni, di sanalah Chen Huang menuju.
Chen Huang mengambil posisi, berdiri tegak dengan kaki agak terbuka. Kedua telapak tangan saling bertemu. Karena dia masih berada di tingkat pemula, dia harus selalu memasang sikap ini sebelum menggunakan Simbol Magis. Menurut teori, posisi itu dapat mempermudah konsentrasi.
Chen Huang mulai membaca mantra. Bibirnya bergerak-gerak membisikkan sesuatu hanya yang mampu didengarnya seorang diri. Tak lama berselang, simbol-simbol rumit tercipta di kedua lengannya, lalu mulai bercahaya biru redup.
"Haaa!!"
Chen Huang mengeluarkan bentakan diiringi gerakan tubuhnya. Ia memukul dan menendang, bergerak menurut aturan teknik bertarung Suku Gagak. Hasilnya cukup memuaskan. Setiap pukulan dan tendangan menghasilkan kabut biru tipis yang ia tahu dapat digunakan untuk memecahkan batu besar.
Setelah ia selesai, terdengar suara pujian dari seseorang yang tidak asing lagi.
"Bagus!" Qin Sheng sudah berdiri di sana entah sejak kapan. "Lumayan untuk bocah seumuranmu."
Simbol Magis yang melingkupi tangan Chen Huang pudar perlahan. "Terima kasih, Tuan." Chen Huang membungkuk. "Saya sudah menyelesaikan latihan."
"Kalau begitu, ikut aku." Tanpa menanti jawaban, Qin Sheng berbalik lalu berjalan menuju ruangannya berada.
Ketika sampai di sana, Chen Huang melihat Qin Mingzhu dan Ming Zhe. Dia berpikir akan mendapat sambutan hangat dari Qin Mingzhu setelah keluar dari penjara bawah tanah, tapi bocah itu hanya tersenyum sedih. Wajahnya tampak lesu.
"Aku akan bicara langsung ke intinya," berkata Qin Sheng memecah keheningan. Dia duduk di kursinya, kemudian melanjutkan. "Sampai saat ini, keponakanku belum pulang. Menurut laporan salah satu Pasukan Serigala yang berhasil sampai desa dua bulan lalu, mereka disergap oleh iblis-iblis bertanduk."
...----------------...
Untuk mengetahui hal-hal mengenai isi cerita secara lebih mendalam, bisa mampir ke instagram @arisena_p
Gaya penceritaanmu udah pas menurutku. Enak diikuti. Entahlah, beberapa yang saya baca dan bagus malah sepi.
Saya kurang paham dg selera orang-orang zaman sekarang. Kadang yg minim narasi, typo bertebaran, catlog, cerita serupa, malah lebih banyak pembacanya.
persahabatan Bai Li apa tidak akan diromantisasi?
(dari siang kesel ga bisa komen)