18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Perlahan Nina membuka mata ketika suara berisik di dapur mengganggu pendengarannya. Saat indra penciuman menangkap aroma yang membuat perutnya terasa seperti di aduk-aduk, Nina segera berlari ke kamar mandi namun tidak ada sesuatu yang ia muntahkan.
"Kenapa Irma memasak pagi-pagi sekali" gumamnya, lalu kakinya berjalan menuju dapur, ia mendapati sahabatnya sedang berkutat dengan aktifitas memasaknya.
Irma menoleh sebentar ke sumber suara ketika ia mendengar suara alas kaki menapaki lantai.
"Nin, sudah bangun?" tanya Irma lalu kembali fokus dengan mengaduk sayuran yang sedang ia masak.
"Kamu kok tumben sepagi ini sudah memasak?"
"Kan ada bumil yang harus sarapan setiap pagi, sedangkan kita harus pergi bekerja"
"Ir, maaf merepotkanmu"
"Siapa merepotkan siapa?" aku tidak merasa di repotkan. Sudah ah jangan melow, anak yang sedang kamu kandung, akan menjadi anaku juga" jawab Irma seraya memamerkan giginya
Nina meraih gelas lalu menuangkan air hangat untuk ia minum.
"Aku belum sholat subuh, setelah ini biar aku yang membersihkan peralatan masaknya" ucap Nina lalu kembali memasuki kamar.
Mentari pagi mulai menampakan sinarnya, terasa hangat di kulit Nina. Walau berat, ia tetap harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan calon anak yang masih berada dalam kandungannya. Meskipun masih punya sisa nafkah dari Danu yang ia simpan, ia tak akan memakainya jika bukan untuk keperluan darurat.
Sesampainya di butik Shevano tempat Nina bekerja, ia segera mengambil alih sebuah pen dan buku untuk melanjutkan sketsa yang belum rampung.
Nina di percaya oleh bu Agata selaku atasan dan pemilik butik untuk merancang busana pernikahan milik kliennya. Bakat alam yang di miliki Nina dalam hal menggambar dan merancang busana kalangan hi-class, membawanya pada perjalanan karir yang baru saja ia mulai tak ubahnya roller-coaster.
Bu Agata selalu membanggakan dirinya, atas karya-karya yang sudah ia buat. Dimana karyanya mampu bersaing dengan designer lain. Hal itu membuat Sinta, orang kepercayaan bu Agata, sekaligus keponakannya melemparkan tatapan iri pada Nina.
Keseriusan Nina dalam menggarap pesanan klien, membuatnya tidak menyadari kedatangan Sinta.
"Nin tolong buatkan kopi sekarang" celetuknya tentu saja dengan nada yang sangat ketus.
Nina menatap Sinta penuh heran.
"Kenapa lihatin gitu? kamu tidak suka saya suruh?" ucapnya dengan lirikan tidak suka.
Nina mendesah pelan kemudian melangkah keluar ruangan. Saat akan menuju pantry, ia berpapasan dengan sang atasan, segera ia menunduk hormat dan mengucapkan selamat pagi pada wanita seusia uminya.
Nina membuat dua cangkir kopi untuk Sinta dan bu Agata, serta dua gelas teh untuk dirinya dan juga Wulan. Orang yang selalu membantu pekerjaan Nina dalam merancang busana.
"Bu, kopinya" ucap Nina seraya menaruh cangkir di atas meja saat sudah berada di ruang kerja sang atasan.
"Trimakasih ya Nin" jawabnya tersenyum. "Oh ya kesehatan kamu bagaimana?" tanya Bu Agata. Mengingat hari kemarin Nina ijin untuk pergi ke dokter.
"Baik bu, hemmm Bu, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan, tapi setelah saya mengantar kopi untuk mba Sinta"
"Oh begitu ya, ya sudah, kapanpun kamu akan mengatakannya, saya sempatkan untuk mendengar keluhanmu" jawab Bu Agata di iringi dengan senyum yang ramah.
"Terimakasih bu, saya permisi"
Bu Agata tampak menganggukan kepala.
Setelah sampai di ruangan yang luas berukuran sekitar 7×10 meter, di mana ruangan tersebut menyatu dengan meja kerja milik Sinta, dan Nina, terdapat beberapa mesin jahit, mesin obras, serta peralatan lain untuk mendukung rancangan busananya. Nina segera menghampiri meja Sinta untuk meletakan kopi yang ia minta.
Bahkan Sinta tak mengucapkan terimakasih untuk kopi yang sudah di buatnya.
Nina tidak heran dengan sikap wanita yang memiliki tugas mengatur keuangan di Butik Shevano. Sudah menjadi sifat khas Sinta, sebagai wanita yang cantik, dan seksi.
Setengah hari berhasil di lalui Nina, diapun telah menyelesaikan sketsanya. Penampakan gaun pernikahan yang akan di pakai oleh anak dari seorang mentri, membuat bibirnya melengkung membentuk senyuman. Sesaat setelah itu, ia berniat menemui bu Agata di ruangannya untuk melaporkan hasil sket nya dan juga akan mengatakan perihal kehamilannya.
Setelah di persilahkan masuk dari sang pemilik ruangan, Nina segera memutar knop pintu.
Wajah bu Agata selalu sumringah saat mendapati wajah Nina. Karyawan yang menurutnya sangat berprestasi dan bisa di andalkan.
"Silakan duduk Nin"
"Terimakasih bu" Ia menarik kursi di depan meja bu Agata lalu mendudukinya "Ini bu hasil sket untuk gaun pangantin sudah jadi, ucapnya seraya menyodorkan selembar kertas.
Bosnya nampak mengulurkan tangan meraih kertas itu, seulas senyum terbit di bibirnya saat menatap lembaran putih berisi gambar satu couple busana pengantin.
"Waah Nin bagus sekali, bahkan lebih bagus dari ekspektasi saya"
Nina pun tersenyum senang mendapat pujian dari sang atasan.
"Menurutmu untuk kainnya harus menggunakan bahan seperti apa Nin?"
"Kalau menurut saya bu, lebih baik menggunakan kain satin yang terbuat dari 100% sutera, ini akan cocok untuk setiap bentuk tubuh meski harga kainnya cukup tinggi. Nantinya juga akan di padu padankan dengan kain tulle polos dengan taburan glitter nya, ada jaminan pengantin tampil mewah dan glamour saat mengenakannya"
"Okey, nanti saya dan Sinta akan mencari kain yang kamu maksud. Terimakasih ya Nina, lagi-lagi kamu menghasilkan karya yang luar biasa indah"
"Sama-sama bu, itu sudah menjadi tugas saya"
"Oh ya kamu bilang ada yang ingin kamu sampaikan, ada apa Nina?" tanya Bu Agata penuh selidik.
"Begini bu" Ucapnya sedikit ragu. "hmm saat ini saya sedang hamil tiga bulan bu, apa saya masih di perbolehkan bekerja dalam keadaan hamil?" tanya Nina dengan keberanian yang sudah dia kumpulkan sebelumnya.
"Kamu hamil?" sang bos spertinya terkejut dengan ucapan Nina, dia pikir wanita yang menjadi karyawannya masih single.
"Iya bu, tapi saya pastikan kehamilan saya tidak akan menghambat pekerjaan saya"
"Bukan begitu Nin, saya pikir kamu belum menikah"
"Saya sudah menikah bu" jawabnya sedikit malu.
"Lantas suamimu di mana sekarang?"
"Di surabaya bu"
"Oo begitu, tidak apa-apa Nina, saya minta kamu lebih hati-hati, dan selalu jaga kesehatan ya. Kamu boleh tetap bekerja di sini, tapi jangan sampai pekerjaanmu membebanimu"
"Iya bu" jawab Nina singkat, dalam hatinya ia bersyukur masih di ijinkan untuk bekerja. "Kalau begitu saya permisi bu"
"Iya silakan"
***
Jika Nina tidak ada pekerjaan mendesain gambar, dia akan melayani pengunjung yang datang ke butik. Karena butik ini cukup terkenal, Shevano memiliki banyak pelanggan yang kebanyakan dari kalangan menengah ke atas. Dengan desain yang simple tapi nyaman, butik yang di beri nama Shevano menyediakan berbagai macam pakaian untuk berbagai suasana, baik acara formal maupun non formal, untuk laki-laki maupun perempuan.
Jam menunjukan pukul setengah lima sore, Nina bersiap untuk pulang. Ia berniat membeli susu hamil setelah pulang dari butik. Karena letak Butik yang dekat dengan supermarket, Nina cukup berjalan kaki menuju tempat yang akan di tuju.
Wanita itu berjalan perlahan seraya memegangi perut yang masih belum menampakan baby bumpnya. Walau kondisi badan yang lelah, langkahnya terasa ringan, bayi di dalam perutnya, seolah menjadi kekuatan baginya.
BERSAMBUNG