Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUS BERTANGGUNG JAWAB
Sepasang laki laki dan wanita kini berada di dalam kamar dengan deru nafas yang memburu. Erangan dan desahan terdengar bersahut sahutan, menambah gairah dan hasrat mereka yang kini tersalurkan.
2 jam sebelumnya,
"Honey, apa kamu sudah selesai kuliah?" tanya Viera dalam sambungan telepon.
"Aku tidak kuliah hari ini."
"Kenapa? Apa kamu pergi ke suatu tempat tanpaku? Kenapa kamu tidak mengabariku?"
"Maafkan aku, honey. Aku sedang tidak enak badan dan aku belum lama terbangun."
"Baiklah, aku ke rumahmu ya."
Setengah jam perjalanan, akhirnya Viera sampai di rumah William. Sebelum masuk, ia sempat menoleh ke rumah sebelah yang ia ketahui sebagai rumah Kimberly. Meskipun William sudah tak bertegur sapa dengan Kimberly, namun masih tersimpan kecemburuan di dalam dada Viera.
Viera masuk ke dalam rumah tanpa permisi lagi karena sudah beberapa kali ia datang. Satpam dan asisten rumah tangga pun sudah mengenalinya sebagai pacar dari majikan mereka. Viera biasa datang bersama teman temannya, untuk sekedar memamerkan kekayaan keluarga William.
Baru kali ini ia mampir ke rumah William tanpa ditemani teman temannya. Viera langsung naik dan memasuki kamar William. Didapati kekasihnya itu sedang terbaring di atas tempat tidur.
Viera meletakkan tas nya di atas lemari yang tidak terlalu tinggi yang berada di dekat pintu, kemudian dengan perlahan ia menaiki tempat tidur William.
"Aku harus membuatmu menjadi milikku. Aku harus mengikatmu," gumam Viera.
Viera mulai memainkan jemarinya di atas wajah William. Dengan perlahan ia mengusap alis William, matanya, kemudian turun ke hidungnya, dan mengusap lembut bibir William dengan jarinya.
"Apa aku begitu tampan, hingga kamu begitu mengagumiku?" Viera tertawa kecil kemudian meletakkan telapak tangannya di pipi William.
"Ya, kamu sangat tampan, hingga aku merasa tak pantas bersanding denganmu," ucap Viera.
William membuka matanya, ditatapnya wanita yang berada di sampingnya, "Kamu cantik, bahkan sangat cantik."
Viera meletakkan kepalanya di dada William, kemudian memainkan jemarinya di dada laki laki itu. William berusaha menahan gejolak yang ia rasakan ketika Viera menyentuhnya.
"Honey, apa kamu menyayangiku?" tanya Viera.
"Ya honey," tangan Viera masih bermain main di atas dada William.
"Apa kamu mencintaiku?"
"Tentu saja, aku menyayangimu, aku mencintaimu, sangat."
Dibalik selimut, bagian bawah William kini sudah menegang. Ia tetap berusaha menahan hasrat dan gairahnya yang mulai naik.
Tiba tiba Viera menghentikan permainan jarinya dan duduk di samping William yang masih berbaring.
"Honey, bolehkah aku numpang istirahat? Semalam aku tidak bisa tidur karena harus menjaga Mama."
"Tentu saja, honey. Aku ke kamar mandi dulu ya," ucap William kemudian bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Viera berdiri. Ia membuka baju terusan selututnya, hingga menyisakan pakaian dalam saja. Ia juga membiarkan rambut panjangnya terurai. Ia menyadari bahwa dirinya begitu cantik dan juga seksi. Ia mengangkat baju terusannya dan meletakkannya di atas sandaran kursi.
Baru saja ia ingin naik ke tempat tidur, William keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan celana boxer saja. Melihat pemandangan di depannya, ia pun langsung menelan salivanya.
Viera yang melihat William akhirnya tidak jadi naik ke atas tempat tidur, malah ia berjalan mendekati William.
"Honey, aku pinjam tempat tidurmu ya," ucap Viera dengan manja.
"Tentu saja, honey," William merasakan getaran saat memegang pinggang Viera.
Baru saja Viera berbalik badan, William langsung menariknya kembali. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Viera, menyesap dan **********. Inilah yang sedari tadi ditunggu oleh Viera.
"Honey, kamu sangat seksi dan menggoda," ucap William.
"Benarkah?" William terus ******* bibir Viera hingga kini membuat tubuh mereka semakin panas dan terbakar api gairah.
William mengangkat Viera ala bridal style, dan merebahkannya di atas tempat tidur.
"Aku mencintaimu, honey."
"Aku juga," ucap Viera.
William kembali ******* bibir Viera, kemudian dengan bibirnya ia menyusuri leher jenjang Viera dan turun ke bukit kembar yang begitu menyembul di balik bra milik wanita itu.
William mencari pengait bra itu dan melepaskannya. Adiknya di bawah sana kini sudah semakin tegang melihat apa yang ada di hadapannya. William kini menarik sisa pakaian milik Viera dan dirinya hingga mereka kini polos tanpa sehelai benang pun.
Tatapan mata mereka begitu mendamba satu sama lain. William pun kembali memberikan rangsangan pada Viera hingga akhirnya ia melakukan penyatuan. Ini adalah yang pertama bagi William. Ia terus mengerang nikmat akan apa yang ia rasakan saat ini, hingga akhirnya ia menyemburkan benihnya ke dalam milik Viera.
Setelah mereka selesai, Viera menyampingkan tubuhnya, kemudian menangis perlahan.
"Kamu kenapa, honey? Apa aku melukaimu? Maafkan aku, tapi sungguh aku tidak bermaksud jahat."
"Apa kamu akan meninggalkanku setelah ini?" tanya Viera.
William melihat bahwa tidak ada darah di atas sprei miliknya yang menandakan bahwa Viera adalah seorang perawan.
"Apa kamu pernah melakukannya dengan orang lain?" tanya William. Viera kini hanya bisa menutup wajahnya dan sesekali terdengar isakan tangis.
"Maaf, honey. Aku belum pernah melakukannya dengan siapapun. Waktu kecil, saat Papaku masih hidup, aku pernah terjatuh dari kuda dan membuat milikku robek dan berdarah. Karena itulah aku takut kamu akan menyangka yang bukan bukan padaku," ucap Viera.
"Honey ... aku tidak akan mempermasalahkan itu. Kamu adalah cintaku, kesayangannku, dan kini kamu adalah milikku," ucap William sambil memeluk Viera yang masih polos tanpa pakaian, hingga akhirnya kembali membangunkan milik William di bawah sana.
"Sepertinya kamu harus bertanggung jawab untuk menuntaskan ini lagi, honey," William kembali mencium Viera dan mereka kembali dalam pergulatan panas di siang hati itu.