Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
CTARRR
Arlen mendengar bunyi suara keras dari kamarnya.
"Asyh.." Arlen bergumam panik.
Arlen mempercepat langkahnya menaiki setiap anak tangga.
CTARRR CTARRR
Bunyi keras itu semakin menjadi dan berulang kali.
Segera ia memutuskan untuk berlari menuju kamarnya.
"TIDAK!!! AKU MOHON JANGAN BUNUH MAMA!" Tiba-tiba Arlen mendengar teriakan Asyh.
Arlen langsung membuka pintu kamarnya.
"ASYH.."
"SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN?" Arlen langsung menerjang Xello yang ternyata mengayunkan sebuah cambuk di tangannya dengan kasar dan kuat hingga menimbulkan suara keras.
"Kenapa? Aku hanya membangunkannya! Lihat! Bukankah dia bangun karena ku?" Xello menyeringai menakutkan.
"KAU BISA MEMBUNUHNYA!" Arlen berteriak dengan emosi yang sudah memuncak.
BUKK BUKK
Arlen menghajar wajah Xello berkali-kali hingga wajahnya yang bersih kini berubah bengkak dan babak belur.
"Jangan! Aku mohon jangan bunuh Mama!" Arlen kembali mendengar suara Asyh.
Arlen menghentikan kegilaannya dan segera menghampiri Asyh.
"Jangan takut! Aku di sini." Arlen memeluk erat Asyh yang sedang meringkuk dan tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.
"Jangan bunuh Mama! Asyh mohon! Jangan bunuh Mama!" Asyh meracau di dalam dekapan Arlen.
"Tidak! Tidak ada yang akan menyakitimu! Jangan takut!" Arlen terus berusaha menenangkan Asyh dan sesekali mengecup puncak kepalanya.
"BAWA BAJINGAN ITU KELUAR DARI SINI DAN JANGAN PERNAH IJINKAN DIA MASUK KE DALAM KAMAR INI!" Arlen berteriak memberi perintah kepada pengawal yang berjaga di depan pintu kamarnya.
Kedua pengawal itu menurut dan segera memapah Xello yang sudah tidak berdaya keluar dari kamar Arlen.
Asyh kini mencengkram kuat lengan Arlen yang tengah memeluknya.
"Sudah! Jangan takut! Aku di sini!" Arlen mengelus lembut rambut Asyh.
"Asyh, Asyh kuat ya nak. Jangan takut! Papa nanti bakal datang jemput Asyh. Jangan takut sayang!"
Asyh kembali mengingat perkataan terakhir Ibunya sebelum pergi meninggalkannya untuk selamanya.
"Mama..Mama, Asyh takut." Asyh terisak dan memeluk erat tubuh kekar Arlen yang kini lebih kurus.
"Tenanglah. Aku di sini! Aku akan menjagamu!" Arlen terus dan terus menyemangati dan menenangkan Asyh.
"Aku tidak akan mengijinkan siapapun untuk menyakitimu!" Arlen kembali mengecup puncak kepala Asyh berulang kali.
Asyh kini diam, suara isakannya sudah mereda menjadi sesenggukan. Tapi tubuhnya masih bergetar karena ketakutan.
Arlen tidak menyerah untuk menenangkan gadis malang itu.
Perlahan tubuh Asyh mulai tenang dan sesenggukan nya pun semakin mereda.
Perlahan Arlen melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata Asyh.
Tatapan Asyh kosong seakan tidak ada kehidupan di sana.
"Arlen, apa yang terjadi?" Dokter Keyren yang baru masuk, bertanya panik.
"Tolong periksa keadaannya!" Arlen membantu Asyh berbaring kembali.
Dokter Keyren segera memeriksa keadaan Asyh.
"Semuanya normal. Tapi, apa dia terbangun karena suara keras tadi?" Dokter Keyren bertanya khawatir.
Arlen mengangguk lemah.
"Kau harus kuat Arlen. Kau harus bisa membawanya kembali. Saat ini mungkin ia kembali mengingat kejadian yang membuatnya merasakan trauma berat di masa lalunya. Kau harus bisa jadi kuat dan membawanya kembali." Dokter Keyren menjelaskan.
Arlen hanya mengangguk yakin.
"Biarkan dia istirahat dulu. Aku akan menyiapkan beberapa makanan untuknya." Dokter Keyren pamit keluar lagi.
"Darling, istirahatlah!" Arlen menyelimuti Asyh lagi.
Arlen bersyukur, setidaknya Asyh sudah bangun meski dalam keadaan yang tidak diinginkan.
"Sebaiknya aku bersihkan tubuhku. Aku tidak ingin dia melihatku berantakan seperti ini." Arlen berguman pelan.
Arlen pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri, sedangkan Asyh sudah memejamkan kembali matanya.
Tiga puluh menit kemudian Arlen selesai dan keluar dari kamar mandi.
"Dimana dia?" Arlen bertanya panik karena Asyh tidak berada di atas ranjang.
Arlen segera hendak berlari keluar untuk mencari Asyh, namun langkahnya terhenti saat melihat Asyh sedang berdiri di balkon luar kamar.
Arlen segera menghampiri Asyh meski ia belum berpakaian.
Arlen langsung saja memeluk Asyh dari belakang dengan erat.
"Darling, terima kasih karena kau kembali." Arlen mengecup puncak kepala Asyh lagi dan lagi.
"Aku tidak ingin bangun! Aku ingin tidur selamanya. Di sana, aku bisa bersama dengan Mama." Asyh dengan suara tercekat.
"Jangan mengatakan hal itu! Aku tidak bisa tanpamu, dan aku ada untukmu." Arlen semakin mengeratkan pelukannya.
Arlen merasa dingin karena angin kencang yang menerpa tubuhnya, sayangnya Asyh lebih penting untuknya.
"Dia jahat! Dia siksa Mama ku dan membunuh Mama ku." Asyh dengan suara penuh luka.
"Ceritakan! Ceritakan padaku jika itu bisa membuatmu sedikit lebih baik." Arlen dengan suara lembut dan penuh kasih sayang.
Asyh tampak enggan dan ragu, namun akhirnya ia memutuskan untuk bercerita.
___ Empat Belas Tahun Yang Lalu ___
Bali, Indonesia
"Ma, besok nenek datang lagi kan? Asyh senang bisa ketemu nenek lagi." Asyh kecil dengan riang duduk di samping Ibunya sambil mewarnai gambar di buku mewarnai.
Mereka berdua sedang duduk dan bersantai di taman belakang rumah mewah mereka.
"Iya. As, nanti kalau nenek datang, Asyh enggak boleh nakal yah! Biar nenek tambah sayang." Ibu Asyh menggoda putri kecilnya yang sudah pintar di usianya yang baru menginjak empat tahun.
"Oke Mama." Asyh tertawa bahagia dan mengecup pipi Ibunya.
Asyh kemudian menuliskan sesuatu di atas buku mewarnai nya.
"Ma, nama Mama begini kan?" Asyh menunjukkan tulisannya "Arniya Xaezalista" kepada sang Ibunda.
"Bener. Anak Mama pinter banget." Arniya mengecup gemas pipi bulat Asyh membuat Asyh terkekeh geli.
Ponsel Arniya berdering.
"As, papa telfon." Arniya mengangkat tubuh mungil anak gadisnya ke atas pangkuannya.
"Hallo, Papa!" Asyh yang menjawab panggilan dari Ayahnya dan Arniya meng-loudspeaker panggilan itu.
"Anak Papa, lagi ngapain? Mama mana?" Ayah Asyh bertanya.
"Asyh lagi mewarnai. Mama ada kok, lagi pangku Asyh." Asyh menjawab dengan suara yang ceria dan menggemaskan.
"Oh..Niya, aku mungkin dua hari lagi baru bisa pulang. Kamu dan Asyh enggak apa kan ditinggal agak lama?" Ayah Asyh bertanya pada istrinya.
"Enggak apa sayang. Lagian Mamaku juga besok datang. Jadi aku sama Asyh ada temannya." Arniya menjawab dengan sopan.
Arniya memang wanita yang lemah lembut dan sopan terhadap siapapun.
"Oh, syukurlah. Titip salam sama Mama yah. Bilangin maaf udah tinggalin anaknya terus sendirian sama cucunya." Ayah Asyh terkekeh pelan.
"Kamu kan kerja buat aku dan Asyh sayang, aku ngerti kok." Arniya juga tertawa kecil.
"Ya udah, aku tutup dulu yah. Masih ada meeting ini. Nelfon kalian biar semangat setelah denger suara kalian." Ayah Asyh pamit.
Panggilan pun berakhir setelah Arniya dan Asyh memberi ijin.
"Mama, laper." Asyh kecil merengek.
"Ya udah, kita masuk dan bikin makanan." Arniya menggendong Asyh kecil masuk ke dalam rumah.
"Nyonya Argantara, kita bertemu lagi! Apa kali ini kau sudah bisa setuju menerimaku dan menjadi Nyonya Addison?" Seorang pria warna negara asing yang sudah berada di ruang keluarga rumahnya bertanya kepada Arniya.
Pria asing itu datang bersama beberapa anak buahnya dan membawa beberapa tas.
"Jangan mimpi Tuan! Kau sudah berkeluarga dan aku juga! Jadi jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi!" Arniya menjawab dengan tegas sambil menurunkan putrinya dari gendongannya.
"Asyh, sayang, kamu lari dari sini dan sembunyi di tempat yang aman." Arniya berbisik kepada Asyh kecil.
Tanpa banyak bertanya, Asyh segera melaksanakan perintah Ibunya.
"Nyonya Argantara, terima saja aku! Aku akan pastikan hidupmu lebih bahagia dan menjamin kepuasan ranjangmu. Aku tidak akan sering-sering meninggalkan dirimu seperti suamimu." Pria asing itu kembali merayu Arniya.
"Dalam mimpimu sekalipun aku tidak akan pernah mengkhianati apalagi meninggalkan suamiku!" Arniya dengan tegas dan berani.
"Baiklah, jika itu maumu!"
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel