NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Helm Proyek dan Mandor Bermulut Besar

​"Pak Jaya, ini perbandingan semennya berapa? Kok warnanya pucat begini?"

​Maya berdiri di tengah debu konstruksi, menunjuk ke arah dinding sisi kanan gedung kolonial yang sedang direnovasi. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak yang lengannya digulung, celana jeans, dan helm proyek warna putih yang tampak sedikit kebesaran di kepalanya. Matanya menyipit, memperhatikan tekstur plesteran yang tampak kasar dan tidak rata.

​Pak Jaya, pria tambun dengan kumis tebal dan kaos oblong yang ketat, hanya melirik sekilas sambil terus mengisap rokok klobotnya. "Walah, Neng Maya. Itu standar proyek, Neng. Namanya juga bangunan tua, warnanya ya memang begitu kalau kena adukan."

​"Standar proyek siapa, Pak?" Maya melangkah mendekat, jarinya meraba permukaan tembok. "Ini rapuh. Kalau saya cungkil pakai kuku saja pasti rontok. Spesifikasi yang saya minta itu satu banding tiga, bukan satu banding semesta."

​Pak Jaya tertawa meremehkan, suaranya parau dan keras sehingga beberapa tukang di sana berhenti bekerja dan menoleh. "Waduh, Neng Maya. Ah, kamu tahu apa soal bangunan? Kamu duduk manis saja di salon, belanja baju, atau dandan yang cantik. Biar urusan semen dan pasir jadi urusan laki-laki. Kami ini sudah puluhan tahun megang cetok, nggak perlu diajari sama perempuan yang biasanya cuma megang sodet."

​Maya tidak meledak marah. Ia justru terdiam, menatap Pak Jaya dengan pandangan datar yang sangat dingin. Ia berjalan ke arah pojok, mengambil sebuah palu godam milik salah satu tukang yang sedang duduk.

​"Pak, minggir sebentar," ujar Maya pelan.

​"Mau ngapain, Neng? Jangan mainan palu, nanti tangannya lecet lho," ledek Pak Jaya yang diikuti tawa kecil beberapa anak buahnya.

​Brak!

​Dengan satu ayunan mantap, Maya menghantamkan palu itu ke dinding yang sudah diplester. Suara dentuman itu tidak terdengar solid. Sebaliknya, dinding itu langsung jebol dan rontok seperti tumpukan pasir kering. Tidak ada daya ikat sama sekali. Kopong.

​"Lihat ini," Maya menunjuk lubang hasil pukulannya. "Ini bukan semen kualitas satu. Ini semen murahan yang dicampur terlalu banyak pasir. Bapak pikir saya nggak riset?"

​Maya mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari saku celananya. "Di sini tercatat, Bapak pesan semen merek Mutiara Beton sebanyak dua ratus sak, tapi yang masuk ke lokasi cuma lima puluh sak. Sisanya ke mana, Pak Jaya? Mau Bapak pakai buat bangun dapur rumah selingkuhan Bapak?"

​Wajah Pak Jaya mendadak merah padam. Rokoknya hampir jatuh dari bibirnya. "Neng, jangan asal bicara ya! Itu fitnah!"

​"Saya punya catatan pengiriman dari gudang material di ujung jalan sana. Pemiliknya teman sekolah saya," Maya melangkah maju, memangkas jarak dengan si mandor. "Pak, saya memang perempuan. Tapi uang yang saya pakai buat gaji Bapak itu uang 'jantan' alias hasil kerja keras saya sendiri, bukan hasil minta-minta. Kalau kerjanya bencong begini, alias nggak becus dan mau menang sendiri, silakan angkat kaki."

​"Neng memecat saya?" Pak Jaya berteriak tak percaya.

​"Bukan cuma Bapak. Tapi seluruh tim Bapak. Saya nggak butuh orang-orang yang kerjanya nggak pakai otak dan kejujuran. Ambil peralatan kalian, pergi sekarang juga. Gaji terakhir akan saya transfer setelah saya potong kerugian bahan yang Bapak tilep," kata Maya tanpa keraguan sedikit pun.

​"Nggak bisa begitu! Saya ini mandor paling disegani di sini! Nggak akan ada tukang yang mau kerja sama perempuan gila hormat kayak kamu!" Pak Jaya menghentakkan kakinya, mencoba mengintimidasi Maya dengan badannya yang besar.

​Namun, Maya tidak mundur selangkah pun. Ia justru menatap tajam ke arah para tukang lain yang masih diam. "Kalian dengar? Siapa yang mau tetap kerja di sini dengan upah jujur dan material yang bener, silakan berdiri di sisi kiri. Siapa yang mau ikut mandor korupsi ini, silakan keluar bareng dia sekarang."

​Beberapa tukang mulai saling lirik. Sebagian besar dari mereka akhirnya memilih bergeser ke sisi kiri, menjauh dari Pak Jaya. Mereka tahu Maya benar. Mereka juga sebenarnya kesal karena sering dipaksa bekerja dengan bahan seadanya oleh Pak Jaya.

​Di kejauhan, sebuah mobil Luxus hitam terparkir di seberang jalan. Arlan duduk di balik kemudi, tangannya memegang bungkusan nasi kotak dan botol air mineral. Ia sudah sampai sejak lima menit lalu, berniat membawakan makan siang untuk Maya karena tahu gadis itu pasti lupa makan saat mengurus proyek.

​Arlan awalnya hendak turun saat melihat Pak Jaya berteriak pada Maya. Namun, ia mengurungkan niatnya. Ia memilih menonton dari balik kaca mobil, tersenyum tipis melihat cara Maya menangani situasi.

​"Ternyata dia memang singa," bisik Arlan pada dirinya sendiri. Ia merasa bangga sekaligus terpesona. Maya tidak butuh ksatria berbaju zirah; dia bisa menempa pedangnya sendiri.

​Arlan memutuskan untuk tetap diam di mobil. Ia tahu Maya lebih butuh pengakuan atas otoritasnya sendiri daripada bantuan dari seorang CEO yang akan membuat para tukang menganggap Maya sukses karena "orang dalam".

​Kembali di lokasi konstruksi, Pak Jaya tampak sangat terhina. Ia mengemasi tasnya dengan kasar. Sebelum pergi, ia melangkah mendekati Maya dan berbisik penuh dendam.

​"Lihat saja nanti, Neng Maya. Habis ini hujan besar. Bangunan tanpa mandor dan tanpa atap yang bener ini bakal banjir dan roboh. Nggak akan ada orang yang mau nolongin perempuan sombong macam kamu. Selamat bangkrut!"

​Pak Jaya pergi sambil meludah ke tanah di dekat kaki Maya. Ia membawa dua orang anak buah setianya, pergi dengan motor yang menderu keras.

​Maya menatap punggung Pak Jaya dengan perasaan yang mulai tidak tenang. Ia menengadah ke langit. Awan hitam yang sangat pekat tiba-tiba menggulung dengan cepat, menelan sinar matahari sore. Angin kencang mulai berhembus, membawa aroma tanah basah yang sangat kuat.

​Petir menyambar.

​Hanya dalam hitungan detik, hujan deras seperti tumpahan air dari langit menghantam bumi. Lokasi konstruksi yang belum memiliki atap itu seketika menjadi kacau. Air mulai menggenang, lumpur masuk ke area fondasi, dan tumpukan material yang belum sempat ditutup terancam hanyut.

​"Mbak Maya! Airnya masuk ke area basement! Pompa kita belum dipasang!" teriak salah satu tukang yang tersisa panik.

​Maya berdiri di tengah hujan yang membutakan, bajunya basah kuyup seketika. Ia melihat bangunan impiannya, yang baru setengah jadi, kini terancam hancur sebelum sempat berdiri tegak.

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!