AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 08
Di kantor, Farah sudah menimbang diri untuk bertanya perihal perempuan yang bernama Mawar kemarin. Semalam Farah tidak bisa tidur memikirkannya.
Farah memutuskan untuk masuk kedalam ruangan Wira. Wira hanya melirik lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
"Wir, apa aku boleh bertanya sesuatu pada mu?" Farah berdiri di pinggir meja kerja Wira.
"Cepat katakan!"
"Em, perempuan yang kemarin itu sebenarnya siapa ya?" tanya Farah membuat jari Wira yang sibuk dengan komputernya langsung berhenti.
Wira menatap wajah Farah, bersandar lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Di kantor ini, apa aku memberi mu izin untuk ikut campur kehidupan pribadi ku?"
"Bukan begitu maksud ku Wir,....!" Farah mengelak.
"Bahkan kau sendiri tidak ada sopan santun mu pada seorang atasan. Kau hanya menyebut nama seolah kita adalah teman!"
Farah langsung menelan ludahnya kasar. Sekian lama memanggil nama pria itu baru sekarang Wira menegurnya.
"Tapi kita kenal sudah lama," Farah masih mencari pembenaran.
"Lalu, jika kenal sudah lama apa kau akan bersikap seperti ini? kau hanya seorang karyawan di kantor ini, seharusnya kau bisa menghargai ku!" Wira menegur Farah dengan tegas.
"Kita tidak harus melebar kemana-mana, cukup kau jawab saja pertanyaan ku," Farah masih bersikekeh pada pertanyaan.
Wajah Wira langsung masam, pria ini beranjak dari duduknya.
"Kau pilih keluar atau ku pecat?" ancam Wira yang sudah kesal.
"Tapi Wira ....?"
"Aku bos mu!" sentak Wira, "keluar dari ruangan ku!" usir pria itu dengan sorot mata tajam.
Farah tidak keluar juga, pada akhirnya Wira yang keluar dari ruangannya.
Semangat kerja Wira sudah hilang, lelaki ini melajukan mobilnya menuju cafe milik Tia. Masih pukul sebelas siang, Wira bermaksud ingin mengajak Mawar makan siang.
"Tumben kali kau datang ke sini...!" tegur Tia.
"Aku mencari Mawar, apa dia ada?" tanya Wira celingukan.
"Wuah,...roman-romannya ada yang sedang jatuh cinta nih!"
"Jangan mengejek ku, panggilkan saja Mawar ku!"
"Mawar masuk sore, kau kurang beruntung sekarang!" kata Tia namun Wira tidak percaya.
"Panggilkan Mawar jika tidak akan ku obrak abrik cafe mu!" ancam Wira.
"Gila....!" umpat Tia, "sudah ku bilang Mawar masuk sore. Lagian, jangan mengganggu Mawar jika jam kerja. Aku yang akan rugi nanti,"
"Sebutkan saja kerugiannya, nanti aku akan menggantinya. Uang ku banyak!" ucap Wira dengan sombongnya.
"Awas saja kau bohong!" seru Tia, "kenapa kau tidak menelponnya?"
"Eh iya, aku lupa!" ujar Wira langsung keluar begitu saja dari cafe.
"Dasar aneh, otaknya perlu di refresh si Wira mah!" ucap Tia geram.
Wira kembali ke mobilnya, pria langsung menghubungi Mawar. Lelaki ini lupa jika kemarin sudah membelikan Mawar ponsel.
"Hah, Mas Wira ku....?" Mawar bingung ketika melihat nama panggilan masuk di ponselnya. Jujur saja, sejak kemarin Mawar belum mengotak atik ponselnya karena lupa.
Cukup lama Mawar memperhatikan ponsel tersebut, setelah itu barulah Mawar mengangkatnya.
Wira yang tidak tahu di mana kontrakan Mawar sekarang meminta gadis itu mengirim alamat sekarang. Bahkan Wira meminta Mawar untuk bersiap-siap karena dirinya akan mengajak Mawar makan siang.
Berhubung kontrakan Mawar berada di dalam gang. Mawar harus berjalan keluar dan menunggu Wira di ujung gang. Tak berapa lama menunggu, Mawar melihat mobil Wira.
"Cepat masuk!" titah pria itu dari dalam mobil.
Mawar tersenyum tipis kemudian masuk kedalam mobil Wira.
"Mas Wira gak kerja?" tanya Mawar sekedar basa basi.
"Malas, di kantor ada hama!" jawab Wira membuat Mawar bingung, "aku tadi pergi ke cafe, kata si Tia kau masuk sore."
"Iya mas, aku masuk sore. Memangnya ada perlu apa ya mas?" tanya Mawar penasaran.
"Gak ada apa-apa, temani aku makan siang aja!" jawab Wira semakin membuat Mawar bingung.
"Duh, Mawar jadi gak enak deh!" ucap Mawar sambil memandang ke luar kaca mobil.
"Apanya gak enak? kamu takut sama mas?"
"Eh, bukan begitu mas!" sanggah Mawar, "emangnya mas preman apa?"
"Ya siapa tahu aja kamu takut jalan sama duda seperti mas ini."
"Berteman apa salahnya?" gumam Mawar membuat Wira langsung menghentikan laju mobilnya, "ada apa mas?" tanya gadis itu kaget.
"Eh, gak ada apa-apa!" jawab Wira malah bingung sendiri.
"Makan siangnya jangan di tempat mahal ya mas," ujar Mawar merasa tidak enak hati.
"Lah, kenapa memangnya?"
"Ya Mawar gak enak aja. Dari kemarin makannya di tempat mahal terus!" protes Mawar.
"Udah, b aja lagi...!" seru Wira.
Wira mencari tempat makan yang tidak begitu mewah. Lelaki ini juga tidak ingin pergi restoran kemarin karena takut jika akan bertemu dengan Farah yang suka banyak tanya.
Wira dan Mawar memesan makanan, menunggu sebentar kemudian langsung menyantapnya. Mawar masih suka terlihat malu-malu, membuat Wira semakin tertarik pada gadis itu.
"Em, mas. Aku mau tanya sesuatu boleh?" izin Mawar.
"Tanya apa?"
"Itu mas, nama di kontak panggilan itu mas Wira yang bikin?" tanya Mawar langsung membuat wajah Wira memerah malu.
"Anu,...em,...gak ada. Itu sepertinya karyawan yang jualan ponsel deh yang iseng!" bohong Wira. Mawar percaya begitu saja.
"Oh,....begitu ya...!"
"Kenapa memangnya? kamu gak suka?" tanya Wira gugup.
"Suka kok mas,..!" jawab Mawar.
"Em, Mawar. Namanya jangan di ganti ya, biar gitu aja!" ucap Wira malu-malu.
"Iya mas!" jawab Mawar yang menurut saja.
Selesai makan siang, Wira langsung mengantar Mawar pulang karena dirinya harus kembali bekerja.
Wira kembali ke kantor dengan wajah dingin. Pria ini sama sekali tidak berniat menyapa apa lagi menatap Farah yang bisa di tebak Wira ingin kembali bicara.
Wira masuk ke dalam ruangannya, pria ini bahkan mencuci pintunya karena tak mau di ganggu oleh Farah.
Sepulang dari kantor, Wira pergi sebentar karena ada urusan. Pukul tujuh malam barulah Wira pulang ke rumah.
"Wira,...mamah ingin bicara nak!" kata Asti yang sudah menunggu Wira sejak sore.
"Wira mandi dulu ya mah. Gerah nih...!"
Asti hanya mengiyakan, wanita ini lalu menunggu anaknya di meja makan.
Tak berapa lama, Wira turun dengan wajah segar. Pria ini langsung menyusul mamahnya di meja makan.
"Mamah ingin bicara apa mah?" tanya Wira penasaran.
"Kamu kenapa sih, kok kasar amat sama Farah? salah dia apa coba?"
Wira langsung tersenyum masam pada mamahnya.
"Farah mengadu sama mamah?"
"Ya bukannya begitu, tapi kamu harusnya bersikap baik pada Farah. Bahkan, katanya kamu juga mengancam ingin memecat dia!"
"Mah, Farah itu sangat tidak sopan. Dia adalah contoh yang tidak baik untuk karyawan lainnya. Lagian, Farah suka ikut campur dalam urusan pribadi ku. Wira tidak suka!"
"Farah perempuan baik, lagian dia dan Almarhum Dania itu berteman. Apa salahnya kamu membuka hati padanya?"
"Mamah belum tahu siapa Farah. Jadi, jangan mengambil kesimpulan dari satu pandangan saja!"