NovelToon NovelToon
World Without End. Final Re:Make

World Without End. Final Re:Make

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Light Novel / Fantasi / Anime / Solo Leveling / Mengubah Takdir
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?

Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.

selamat membaca

kritik dan saran di tunggu ya. 😀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Quest 6. Keyz The Shepherd Of Lavarca. Pajamas In The Sea Of Morning Light

Pajamas, Perfume, and Revealed Identities

Pagi datang lebih cepat menurut Keyz. Sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela kamarnya yang rapi.

Keyz enggan untuk bangun. Kekecewaannya terhadap Kim semalam.

Keyz melihat air untuk cuci muka sudah disiapkan oleh Frente di meja sebelah kiri tempat tidurnya masih mengeluarkan asap putih. Tanda belum lama ini air itu di taruh.

Setelah membasuh muka, Keyz berjalan menuju balkon kamarnya. Membukanya dengan enggan. Angin langsung berhembus lembut menerpa wajahnya, bersama aroma harum yang belum pernah dia cium sebelumnya. Aroma yang mahal, segar, dan asing di Sad Town yang berbau alkohol.

Keyz keluar menuju balkon. Ia menguap panjang, lalu menoleh ke arah balkon kamar sebelahnya. Ia terkejut dengan apa yang dia lihat.

Seorang gadis berdiri membelakanginya, hanya mengenakan piyama putih tipis. Cahaya keemasan matahari pagi menerpanya dari depan, sehingga lekuk tubuhnya yang indah begitu jelas terlihat, dibingkai kesempurnaan cahaya pagi. Kehadirannya memecahkan semua kesuraman Sad Town yang Keyz rasakan.

Keyz, terpesona.

Perlahan gadis itu menoleh ke arah Keyz, dia tidak terkejut dengan kehadirannya sama sekali. Dia tersenyum manis, senyum yang memancarkan kepercayaan diri yang lembut. Aroma wangi yang belum pernah dia cium tadi adalah parfum gadis itu, menghujam langsung ke hati Keyz.

"Hai. Tidak menggembala hari ini?" Suaranya merdu, setenang aliran air yang Keyz lihat di bukit kemarin.

"Hai..." jawab Keyz, setelah beberapa detik terpaku karena kecantikannya yang belum pernah dia lihat. "Kamu? Tahu darimana kalau aku menggembala?"

Gadis itu tertawa kecil, tawa yang ringan dan merdu. "Dua hari ini aku melihatmu dari atas bukit saat sedang latihan. Kamu selalu memperhatikan aku, kan?"

Keyz terperanjat. Ia menunjuk ke arah gadis itu dengan tangan gemetar.

"Mustahil! Kamu... kamu pemuda dengan empat pedang itu?"

The Key and Confession of the Warrior

"Namaku Lucia. Datang dari Hiro Town." Gadis berpiama transparan itu mendekat ke arah Keyz.

Keyz, diliputi rasa malu yang luar biasa akibat penampilannya yang lusuh, mundur dan membuang muka.

"Kenapa kamu menjauh?" tanya Lucia, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu.

"Kamu lihat sendiri mata kanan ku, kan?" Jawab Keyz, nadanya getir. "Menjijikkan. Seperti buah anggur yang telah membusuk."

Gadis itu duduk di tepian balkon, tak terpengaruh. Angin kembali berhembus menerpanya, membawa aroma parfumnya yang mahal. Dia menatap ke arah langit pagi yang cerah.

"Aku lihat kok," jawabnya lembut. "Apa ada masalah dengan itu?"

"Kamu cantik seperti seorang malaikat," Keyz berucap dengan frustrasi. "Sedangkan aku? Mirip gelandangan. Tentu saja itu masalah buat kamu. Apa jadinya kalau ada orang lain yang melihatmu berdekatan dengan pecundang berutang sepertiku?"

"Siapa namamu?" kata Lucia, mengalihkan topik. "Aku sudah memberitahukan namaku, harusnya kamu memberitahukan namamu."

"Keyz."

"Keyz? Kata lain dari Key, yang berarti kunci?" kata Lucia. Kini, dia melompat dengan anggun ke balkon kamar Keyz. Keyz semakin mundur menjauh, hingga ia terpojok. "Nama yang indah."

"Hahaha. Jangan menggodaku," Keyz memaksakan tawa pahit. "Aku mual."

"Aku jujur, Keyz. Sungguh!" Kata Lucia penuh kejujuran. "Mungkin, kamu adalah kunci jawaban yang aku cari."

"Apa maksudmu?"

Lucia mengabaikan pertanyaan itu dan fokus pada observasinya. "Aku melihatmu menirukan setiap gerakan ku. Kamu mencoba untuk menguasai skill milikku—skill yang seharusnya hanya bisa dikuasai oleh keluarga ku dan semua garis keturunannya, termasuk aku. Dan, itu pun kami menguasainya dengan latihan yang sangat lama, penuh perjuangan, darah, dan keringat."

Lucia semakin mendekat ke arah Keyz. Keyz kini sudah terpojok di antara tepian balkon, dan gadis cantik berpiama itu. Aura Keyz yang biasanya dingin dan sinis mencair menjadi kebingungan yang merepotkan.

"Kamu bisa menguasai salah satu skill ku hanya dalam beberapa percobaan saja. Itu luar biasa, Keyz," kata Lucia.

"Terima kasih atas pujiannya," Keyz merasa canggung. "Dan, maaf aku telah mencontohnya tanpa seijin kamu."

"Tidak apa-apa."

"Lalu, apa maksudnya aku adalah kunci yang kamu maksud?" Keyz kembali ke pertanyaan terpenting.

Lucia tidak menjawab. Dia hanya menatap ke arah Keyz dengan pandangan penuh harap, seolah Keyz adalah kunci harta karun yang akhirnya ia temukan. Lalu, dia berbalik. Berjalan dengan anggun ke arah balkon kamarnya.

Sebelum menghilang, dia berhenti di tepian. Dia menoleh, mengedipkan sebelah matanya yang indah dan penuh rahasia.

"Jangan bilang-bilang kalau aku adalah seorang perempuan ya, Keyz?"

Lalu, Lucia masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu, meninggalkan Keyz di balkon kamarnya.

Two Swords, One Shadow

Pagi itu, setelah meninggalkan Lucia di balkon, Keyz turun ke lantai bawah The Blue Moon Ale. Ia berjalan menuju meja bar yang biasanya sibuk.

Kim tidak ada di sana. Hanya ada Frente, istri Kim, yang sedang membersihkan gelas-gelas kosong. Keheningan pagi di bar yang sepi terasa kontras dengan hiruk pikuk semalam.

"Apakah tidurmu nyenyak, Keyz?" Tanya Frente, suaranya tenang dan lembut, berbeda dengan omelan Kim.

"Aku rasa begitu," jawab Keyz, berusaha bersikap seramah mungkin. Rasa bersalah karena berteriak pada Kim semalam masih menghantuinya.

"Baguslah."

Frente meletakkan lapnya. Dari bawah meja bar, ia mengeluarkan dua pedang yang usang namun terawat.

"Untukmu," Frente menyodorkan pedang itu.

Keyz terperanjat. Ia menatap pedang itu. "Ini terlalu mewah untukku."

"Ini warisan dari Ke-i," jawab Frente.

"Ke-i?"

"Putra kami. Putra dari aku dan Kim," jawab Frente, matanya meredup, menyimpan kesedihan yang tak terucap.

"Kalian punya anak?" Keyz tertegun. Ia hanya melihat Kim dan Frente sebagai pemilik bar yang kejam dan cerewet.

"Sampai satu tahun yang lalu, Keyz," kata Frente. "Dia pemuda yang gegabah. Penuh semangat. Ceria. Dan... kamu mengingatkan kami kepada dia."

Keyz tertegun mendengar cerita itu. Dia sudah bisa menebak alur ceritanya, tetapi mendengar langsung dari Frente membuatnya merasakan beban kesedihan pasangan itu.

"Dia, tewas dalam menjalankan tugas dari Guild," Frente melanjutkan, suaranya nyaris berbisik. "Sejak saat itulah, Kim tidak mau berhubungan dengan Guild. Apa pun alasannya. Dan..."

"Dan dia berusaha melindungi aku," potong Keyz, nadanya kini melunak. "Supaya aku tidak mengikuti jalan yang sama dengan Ke-i?"

Frente mengangguk pelan. "Ke-i selalu berbicara tentang dua pedang, pedang ganda. Tapi, dia sama sekali tidak bisa menggunakannya sekaligus. Dan kamu, Keyz... kamu selalu menyandang dua pedang. Kim, dia melihat bayangan Ke-i di dalam dirimu. Dia melihat putranya di dalam dirimu."

Keyz merasakan kehangatan yang asing. Rasa bersalahnya semakin dalam. "Dan aku berkata kasar kepadanya. Tapi, aku bukan Ke-i! Aku adalah aku, Keyz! Aku berhak untuk menentukan jalan hidupku!"

Frente meletakkan tangannya yang lembut di bahu Keyz.

"Karena itulah, Keyz, pedang ini, untukmu. Lakukan sesukamu. Aku tidak akan menghentikanmu. Tapi, perlu diingat, Keyz. Kamu harus tetap hidup. Dan pulanglah ke sini. Karena ini rumahmu. Kamu adalah putraku."

Air mata Keyz yang sudah kering karena utang, kini kembali terasa perih, didorong oleh kehangatan dan penerimaan yang tulus dari Frente. Ia menerima pedang itu, memahami bahwa itu bukan hanya senjata, melainkan simbol harapan dan ketakutan seorang ibu.

A Legacy Of Sword

Keyz segera keluar dari bar. Ia berlari kencang menuruni tangga dan keluar dari The Blue Moon Ale, mengabaikan semua tatapan dan ejekan. Ia harus bergerak. Pembicaraan dengan Lucia tadi telah menyalakan kembali bara semangatnya.

Ia berlari ke arah Dataran Rakau, menuju rumah kakek tua Elda. Keyz sudah memutuskan sebuah keputusan.

"Mungkin, ini akan menjadi hari terakhirku menggembala," kata Keyz, setelah tiba di pondok Elda. Ia berbicara kepada kakek itu dengan nada yang mantap, tidak ada lagi keputusasaan. "Aku sudah memutuskan."

Elda hanya menatap Keyz tanpa menjawab, asap tipis keluar dari pipanya, seolah ia sudah tahu apa yang akan Keyz katakan.

"Aku ingin bertambah kuat. Bergabung dengan sebuah Guild! Mencari harta untuk melunasi utangku. Dan...."

"Dan?" akhirnya Elda berkata, matanya yang tua menatap tajam, menuntut kebenaran yang lebih dalam.

"Dan.... Berhenti merepotkan orang lain. Termasuk Kim dan kamu, Kek," jawab Keyz. Ini adalah perkataan yang jujur.

Elda terkekeh kecil. "Aku yakin, motivasimu bukan hanya sekadar itu. Tapi, kalau kau tidak mau menceritakannya, aku akan menghormatinya." Elda berdiri. "Pergilah, Nak. Kejarlah Impianmu, Quest penggembala Lavarca sudah aku tutup. Aku sudah tidak membutuhkannya lagi."

Elda masuk ke sebuah kamar kecil.

Elda kembali dengan cepat, dengan dua pedang di tangannya. Pedang itu tampak usang, tetapi terawat. "Untukmu. Semoga ini akan melindungi mu."

Keyz menerima pedang itu. Tanpa bertanya lebih lanjut mengenai pedang itu.

"Pedang? Kamu juga seorang veteran?" tanya Keyz.

"Ya. Cuma petualang kecil sepertimu saat ini," kata Elda, senyumnya menyiratkan kenangan yang jauh. "Tapi, jangan berhenti di sini. Jangan seperti aku, jangan berhenti tengah jalan. Agar kau tidak menyesal di kemudian hari. Kejarlah Impianmu. Apapun yang akan terjadi."

"Kalau boleh tahu. Siapa nama lengkap mu, Kek?"

Elda tersenyum, menghembuskan asap terakhir dari pipanya.

"Aron Eldaguard."

Tapi, Keyz sepertinya lupa. Otaknya terlalu banyak pikiran. Ia lupa kalau nama Aron adalah nama pengguna lima pedang yang diceritakan oleh Kim semalam, petualang veteran.

Setelah Keyz menerima dua pedang itu dan segera pergi dari peternakan Lavarca Elda, bersemangat untuk memulai hidup barunya.

Saat Keyz sudah jauh berlari di dataran Rakau, menuju Sad Town dengan tujuan mencari Guild. Mungkin.

1
Surya
keren ini transmigrasi ke dunia game kah?
PiaPia_PipiOlipia
woh ada cerita tambahannya 💪💪💪
PiaPia_PipiOlipia
wuih. puluhan bab sekaligus. ini mah setara dengan satu buku.😍😍😍😍
PiaPia_PipiOlipia
Bagus
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gess
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!