Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26.
Setelah mendapat ijin dari Yulia, Yanuar langsung menghubungi Amanda setelah pulang dari resto. Ia harus bergerak cepat sebelum Sinta berubah pikiran.
“Assalamualaikum.” Terdengar suara Amanda di seberang saat Yanuar menelepon. Mungkin Amanda terkejut ketika ia menelepon. Baru kali ia menelepon Amanda. Biasanya, Amanda yang meneleponnya.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Yanuar.
“Mbak Amanda lagi apa? Saya ganggu, nggak?” tanya Yanuar.
“Abang nggak ganggu Amanda. Amanda lagi nonton film,” jawab Amanda.
“Ya sudah, selesaikan dulu nonton-nya. Nanti saya telepon lagi,” ujar Yanuar.
“Eh …. jangan, Bang!” Terdengar suara Amanda protes.
Yanuar tersenyum simpul mendengar Amanda protes. Ia membayangkan wajah Amanda panik karena ia akan menutup telepon.
“Mbak kan lagi nonton. Nanti nggak seru kalau nonton sambil menelepon,” ujar Yanuar.
“Amanda matikan dulu film-nya. Nonton-nya nanti lagi,” kata Amanda.
Yanuar diam sejenak, ia memberi waktu Amanda untuk mematikan film yang sedang ditonton. “Sudah, Bang.” Kembali terdengar suara Amanda di telepon.
Yanuar menarik napas panjang sebelum melanjutkan pembicaraannya. “Mau nggak Mbak Amanda makan malam bersama saya?” tanya Yanuar.
“Mau, Bang,” jawab Amanda dengan gembira. Baru kali ini dia diajak makan malam oleh Yanuar.
“Kalau begitu, besok malam saya jemput jam tujuh,” kata Yanuar.
“Iya, Bang,” jawab Amanda.
“Saya hanya mau beritahu itu saja. Silahkan lanjutkan nonton film. Assalamualaikum.” Yanuar mengakhiri pembicaraannya.
.
.
.
Minggu malam Yanuar datang menjemput Amanda di rumah. Ia sampai di rumah Amanda pukul tujuh tepat. Satpam di rumah Amanda langsung membukakan pintu pagar untuk Yanuar. Ia sudah tahu kalau Yanuar adalah tamu Amanda.
Yanuar memasukkan mobil ke halaman rumah Amanda lalu memarkirkan mobil di depan garasi. Yanuar turun dari mobil. Ia masuk ke rumah melalui garasi mobil. Dari garasi mobil ia langsung menuju ke ruang keluarga.
Yanuar melihat Bobby dan Claudia sedang menonton televisi di ruang keluarga. Ia pun mengucapkan salam, “Assalamualaikum.”
Bobby dan Claudia menoleh ke pintu menuju garasi. Yanuar sedang berdiri di pintu. “Wa’alaikumsalam,” jawab Bobby dan Claudia.
“Masuk Pak Yanuar,” kata Bobby. Yanuar menghampiri Bobby dan Claudia. Ia menyalami orang tua Amanda satu persatu.
“Duduk Pak Yanuar,” ujar Bobby sambil menunjuk ke sofa yang kosong. Yanuar duduk di sofa tersebut.
Claudia beranjak dari sofa. “Saya panggil Amanda dulu,” kata Claudia. Ia meninggalkan ruang keluarga menuju ke kamar Amanda yang berada di lantai dua. Bobby mengajak Yanuar berbincang-bincang sambil menunggu Amanda.
Dua menit kemudian Claudia turun dari lantai dua. Ia turun bersama dengan Amanda. Amanda langsung menghampiri Yanuar. “Bang Yanuar.” Amanda memanggil Yanuar.
Yanuar menoleh ke arah Amanda. Amanda berdandan cantik sekali. Ia mengenakan gaun panjang dengan lengan panjang. Gaun itu berwarna biru gelap, sangat cocok digunakan untuk makan malam. Yanuar terpesona dengan kecantikan Amanda.
“Kita berangkat sekarang, Bang?” tanya Amanda. Pertanyaan Amanda membuyarkan lamunan Yanuar. Ia pun menjawab dengan mengangguk.
“Pa – Ma, Amanda pergi dulu.” Amanda mencium tangan kedua orang tuanya.
Giliran Yanuar pamit kepada kedua orang tua Amanda. “Pak Bobby, kami pergi dulu,” kata Yanuar kepada Bobby.
“Hati-hati menyetir mobilnya, Pak!” pesan Bobby.
“Baik, Pak.” Yanuar beranjak dari sofa.
“Bu Claudia, kami pergi dulu,” ujar Yanuar dengan sopan.
Claudia tersenyum kepada Yanuar. “Titip Amanda, Pak,” ujar Claudia dengan keibuan.
“Iya, Bu,” jawab Yanuar.
“Assalamualaikum,” ucap Yanuar sebelum meninggalkan rumah Amanda.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Bobby dan Claudia.
Yanuar dan Amanda berjalan menuju ke garasi mobil. Mereka keluar melalui garasi mobil. Sesampai di mobil, Yanuar membuka kunci mobil dengan menggunakan remote kemudian ia membuka pintu mobil. Ia masuk ke mobil lalu menyalakan mesin mobil.
Amanda masuk ke mobil. Yanuar memperhatikan Amanda yang duduk di kursi sebelah. Setelah Amanda memasang sabuk pengaman, Yanuar pun memundurkan mobil keluar dari halaman rumah. Setelah itu ia melajukan mobil meninggalkan rumah Amanda.
Yanuar mengemudikan mobil dengan tenang sambil sesekali menoleh ke perempuan cantik yang duduk di sebelahnya. Amanda menoleh ke Yanuar yang sedang menyetir mobil. “Kita mau makan di mana, Bang?” tanya Amanda.
“Kita makan di resto di jalan Dipati Ukur,” jawab Yanuar tanpa menoleh ke Amanda.
Yanuar membawa Amanda ke resto yang kemarin ia kunjungi bersama Yulia. Menurut Yanuar resto itu tempat yang tepat untuk berbicara berdua dengan Amanda.
Sesampai di depan resto, Yanuar langsung membelokkan mobil ke halaman resto. Ia memarkirkan mobil di tempat parkir yang di sediakan, kemudian ia mematikan mesin mobil. “Ayo kita turun.” Yanuar melepaskan sabuk pengaman lalu turun dari mobil. Amanda juga turun dari mobil. Mereka berdua jalan masuk ke dalam resto. Kebetulan malam itu resto tidak terlalu penuh sehingga memudahkan mereka memilih tempat duduk yang nyaman.
Yanuar memilih duduk di taman belakang agar jauh dari kebisingan pengunjung yang lain. Beruntung mereka mendapatkan tempat duduk yang nyaman dengan pemandangan yang bagus.
Amanda menyapu pandangan ke sekelilingnya. “Abang tahu tempat ini darimana?” tanya Amanda. Amanda belum pernah ke resto ini. Resto ini belum lama dibuka.
“Dari Yulia. Kata teman Yulia, di sini steaknya enak. Kebetulan Yulia mau makan steak jadi kami pergi ke sini untuk mencoba steak,” jawab Yanuar.
Amanda mengerutkan kening. “Kok Amanda tidak diajak, Bang?” tanya Amanda sambil mengerucutkan bibinya. Ia kesal karena tidak diajak oleh Yanuar.
Yanuar tersenyum mendengar pertanyaan Amanda. “Abang sedang ingin berdua dengan Yulia. Ada hal penting yang Abang harus bicarakan dengan Yulia,” jawab Yanuar dengan sabar.
“Oh, pembicaraan antara ayah dengan anak,” kata Amanda.
“Ya, begitulah,” ujar Yanuar sambil tersenyum.
Seorang pelayan resto menghampiri meja mereka lalu memberikan daftar menu kepada Yanuar dan Amanda. Mereka membaca daftar menu lalu memesan makanan. Setelah Yanuar dan Amanda selesai memesan makanan, pelayan resto meninggalkan meja mereka.
Amanda memperhatikan sekelilingnya. Ada beberapa pasangan yang sedang berkencan. Namun, jarak mereka berjauhan sehingga tidak mengganggu pembicaraan satu dengan yang lain. Yanuar memperhatikan Amanda yang sedang melihat ke sekeliling.
“Mbak Amanda.” Yanuar memanggil Amanda.
Amanda langsung menoleh ke Yanuar. “Ada apa, Bang?” tanya Amanda.
Pandangan Yanuar tertuju kepada Amanda. Ia memandang Amanda dengan tatapan lembut sehingga membuat jantung Amanda menjadi berdebar.
“Maukah Mbak Amanda menikah dengan saya?” tanya Yanuar.
Amanda terkejut mendengar perkataan Yanuar. Ia menatap wajah Yanuar dengan bingung. Ekspresi Amanda terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Yanuar mengatupkan bibirnya agar tidak tertawa.
“Abang melamar Amanda?” tanya Amanda dengan mata yang tidak berkedip.
“Abang tidak sedang bercanda, kan?” tanya Amanda sekali lagi.
“Saya tidak sedang bercanda. Saya serius,” jawab Yanuar.
“Abang kasihan sama Amanda, ya?” tanya Amanda.
Yanuar terkejut mendengar apa pertanyaan Amanda. “Untuk apa saya kasihan sama Mbak Amanda?” tanya Yanuar tidak mengerti.
.
.
.
Maaf, ya. Deche telat update bab. Deche edit bab ini dari pagi, tetapi hasilnya malah acak-acakkan. Kepala Deche jadi pusing gara-gara kelamaan edit..
Hari ini Deche update 1 bab karena Deche sudah cape nggak sanggup edit.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/