NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teror Mencekam

Keesokan harinya di mansion keluarga Reno.

​Ruangan kamar yang mewah bergaya klasik, Bu Ninda sedang mondar-mandir. Ia memegang ponsel di telinganya. Di depannya, ada selembar foto Reno dan Lilis yang sengaja ia letakkan terbalik.

​Bu Ninda berbisik, suaranya dipenuhi rasa jijik dan cemas.

"​Sudah saya katakan, dia bukan wanita biasa! Saya kenal betul tatapan itu. Kosong, dingin, tidak bernyawa. Dia meracuni pikiran Reno, saya tahu itu!"

​Bu Ninda berhenti dan memandang ke luar jendela yang gelap.

​Bu Ninda lanjut ke telepon.

"​Lupakan latar belakang palsunya. Saya ingin tahu di mana dia sebenarnya tinggal. Di mana ‘Lilis’ meletakkan kepalanya di malam hari. Cari tahu secepatnya. Jangan sampai Reno tahu!"

​Ia menutup telepon dengan cepat, dadanya naik turun menahan emosi. Bu Ninda mengambil foto itu dan meremasnya.

"​Kamu tidak akan mendapatkan putraku, wanita aneh. Aku akan mengusirmu, siapa pun dirimu."

​Pagi hari di sebuah kantor, Detektif Handoko usia 40-an, pembawaannya rapi, tenang, duduk di mejanya yang dipenuhi berkas. Di monitornya, terlihat hasil pelacakan yang menunjukkan alamat.

​Handoko mendengus pelan.

"​Wanita aneh, katamu, Bu Ninda? Ternyata kau benar."

​Ia memperbesar tampilan di layar. Foto gedung apartemen yang tampak terawat, namun terkesan sunyi. Alamat tertera jelas di bawahnya.

​Handoko membaca dengan nada datar.

"​Apartemen Kenanga, lantai 15, Unit 1201."

​Handoko mengambil ponselnya dan menghubungi Bu Ninda.

"​Selamat pagi, Bu Ninda. Saya sudah menemukan kediaman nona yang Anda cari. Dia tinggal di sebuah... apartemen lama. Apartemen Kenanga."

Di kamar apartemennya, Lilis dengan aura yang lebih gelap dan dingin, tatapannya jauh, duduk di kursi. Ruangan itu terasa sejuk, meskipun di luar cuaca panas.

Lilis mengelus kalung liontin kecil yang berputar-putar di jarinya. Tiba-tiba, kalung itu bergerak cepat dan jatuh ke lantai.

​Lilis tersenyum tipis, namun menyeramkan.

"​Oh, Bu Ninda. Kamu sudah mulai mencariku."

​Tiba-tiba, bayangannya di cermin di belakangnya berubah. Bayangan itu berkedip, menampilkan sosok wanita pucat dengan mata merah yang menusuk, sosok hantu Alice. Lalu, bayangan itu kembali menjadi Lilis/Alice yang tersenyum tenang.

"​Reno adalah milikku. Takkan kubiarkan siapapun merusaknya. Bahkan kamu, Bu Ninda. Selamat datang di apartemenku."

​Lilis mengambil kalung itu, dan pandangannya menembus dinding, seolah melihat Bu Ninda.

​Mobil mewah Bu Ninda berhenti di depan gedung apartemen Kenanga yang tampak berdiri kokoh. Jendela-jendela gelap apartemen itu seolah memandangi Bu Ninda. Hanya beberapa lampu redup yang menyala di lorong dalam.

​Bu Ninda mengenakan mantel tebal, raut wajahnya tegang keluar dari mobil. Ia melihat sekeliling, merasakan aura dingin yang menusuk meskipun belum masuk gedung. Ia menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian.

​Bu Ninda bermonolog lirih,

"​Jadi ini tempat persembunyianmu. Mari kita lihat siapa sebenarnya kamu, Lilis."

​Ia melangkah masuk ke lobi yang sepi. Udara terasa dingin dan lembap. Bau bunga melati samar-samar tercium.

​Bu Ninda datang saat malam hari. berjalan di lorong yang temaram. Lampu neon di langit-langit berkedip-kedip, menciptakan bayangan aneh yang menari di dinding. Bunyi langkah kakinya menggema, satu-satunya suara di keheningan mencekam itu.

​Ia mencari unit 1201. Semakin mendekat, udara terasa semakin dingin. Bulu kuduknya meremang. Tiba-tiba, ia mendengar suara bisikan samar, seolah ada yang memanggil namanya dari kejauhan.

​Suara bisikan menyeramkan.

"​Ninda..."

​Bu Ninda berhenti mendadak, jantungnya berdegup kencang. Ia menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapa-siapa. Ia mempercepat langkahnya.

​Bu Ninda akhirnya tiba di depan pintu unit 1201. Ia ragu-ragu, lalu mengetuknya. Tidak ada jawaban.

​Ia mencoba gagang pintu. Ternyata tidak terkunci. Dengan hati-hati, ia membuka pintu itu sedikit. Kegelapan pekat menyambutnya dari dalam.

"​Lilis...?

​Ia mendorong pintu lebih lebar dan melangkah masuk.

​Ruangan itu gelap gulita. Bu Ninda mencoba mencari sakelar lampu, namun tangannya hanya menyentuh dinding yang dingin. Tiba-tiba, secara otomatis, lilin-lilin yang tersebar di sudut ruangan menyala satu per satu, memancarkan cahaya remang-remang yang menyingkap isi ruangan.

​Terlihat lukisan-lukisan abstrak di dinding, sebagian besar bergambar wajah wanita dengan mata kosong. Cermin retak di salah satu sudut memantulkan bayangan Bu Ninda yang tampak ketakutan. Udara di ruangan itu terasa sangat dingin, seperti di dalam lemari es.

​Sebuah bayangan hitam melintas cepat di belakang cermin.

"​Siapa di sana?! Lilis!"

​Tiba-tiba, pintu di belakang Bu Ninda terbanting menutup dengan keras, membuat jantungnya hampir copot.

​Terdengar suara seram dari segala arah.

"​Kamu seharusnya tidak datang ke sini, Bu Ninda."

​Sebuah boneka porselen tua di atas meja kopi tiba-tiba menolehkan kepalanya 180 derajat ke arah Bu Ninda, matanya yang hitam legam seolah menatapnya langsung

​Bu Ninda terengah-engah.

"​Apa-apaan ini?!"

​Kemudian, seluruh lukisan di dinding mulai bergerak. Mata pada lukisan itu berkedip, dan bibir mereka membentuk senyuman mengerikan. Salah satu lukisan seorang wanita muda tiba-tiba meneteskan cairan merah kental dari matanya.

​Bu Ninda mundur perlahan, teror di matanya.

"​Kamu... kamu bukan manusia!"

​Sosok bayangan hitam muncul di sudut ruangan, perlahan membentuk siluet Lilis, namun dengan rambut terurai panjang menutupi wajah dan gaun putih kotor yang melayang di udara. Wajahnya tidak terlihat, tapi aura

kemarahannya sangat terasa.

​Terdengar suara bergetar dengan kemarahan.

"​Aku sudah memperingatkanmu! Reno adalah milikku!"

​Tiba-tiba, seluruh perabotan di ruangan itu mulai bergetar hebat. Vas bunga di meja jatuh dan pecah berkeping-keping. Tirai jendela berkibar liar seolah ada angin kencang di dalam ruangan yang tertutup.

​Bu Ninda menjerit ketakutan. Ia melihat Hantu Alice bergerak melayang ke arahnya. Meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, Bu Ninda bisa merasakan tatapan kebencian yang menusuk.

​Bu Ninda berteriak histeris.

"​Tolong!"

​Ia berbalik, panik mencari jalan keluar. Dengan susah payah, ia mencoba membuka pintu yang tadi tertutup. Gagang pintu terasa panas membara saat disentuh.

​"​Kamu tidak bisa lari dariku, Bu Ninda!"

​Sebuah tangan pucat dan dingin menembus punggung Bu Ninda, tidak melukai secara fisik, tetapi memberikan sensasi dingin yang melumpuhkan dan teror yang luar biasa.

Bu Ninda menjerit keras.

"​AHHHHH!"

​Dengan sekuat tenaga, Bu Ninda menarik gagang pintu. Pintu itu akhirnya terbuka dengan suara berderit panjang. Ia berlari keluar apartemen tanpa menoleh ke belakang.

​Bu Ninda berlari terbirit-birit di sepanjang lorong, tidak peduli dengan sepatu haknya yang terlepas. Ia terengah-engah, air mata mengalir deras di pipinya. Suara-suara tertawa melengking terdengar dari belakangnya, semakin mempercepat langkahnya.

​Ia tidak berhenti sampai tiba di lobi dan keluar dari gedung. ​Bu Ninda masuk ke dalam mobilnya dengan napas terengah-engah, tubuhnya gemetar hebat. Ia mengunci pintu mobil dan mengendarai mobilnya menjauh dari gedung terkutuk itu dengan kecepatan tinggi, tanpa melihat ke belakang sedikit pun.

Dari salah satu jendela lantai 15, terlihat siluet Hantu Lilis/Alice memandangi mobil Bu Ninda yang menjauh, dengan senyum tipis di wajahnya yang pucat.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!