NovelToon NovelToon
Cinta VS Gengsi

Cinta VS Gengsi

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: my pinkys

Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.

Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?

Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit gigi

Pagi hari nya masih berada di korea, sinar matahari perlahan masuk melalui jendela kamar, menyinari wajah Alana yang masih terlelap di tempat tidur. Di sebelahnya, Shasa juga masih tidur nyenyak, sesekali mengerjap pelan karna sinar matahari yang menerobos masuk dari jendela.

Malam sebelumnya, mereka memutuskan untuk tidur bersama karena Shasa merasa lebih nyaman ada Alana di dekatnya. Sejak insiden penembakan kemarin, Shasa sedikit khawatir dan ingin memastikan Alana baik-baik saja.Dan juga sebenarnya ia juga takut, takut menjadi target selanjutnya. Shasa di beritahu Kavin kalau di antara mereka yang berada dekat setelah Alana tertembak bisa jadi ia jadi target selanjutnya karna ia berada di samping Alana, dan saat itu lah Shasa jadi was-was gara-gara kemakan omongan Kavin. Pada nyatanya orang yang menembak Alana tempo hari sudah berada di alam lain.

Saat alarm berbunyi pelan, Alana mengerjap dan menggeliat kecil sebelum akhirnya membuka mata. Ia menoleh ke samping dan melihat Shasa yang masih memeluk gulingnya dengan erat.

"Shasa, bangun," panggil Alana sambil mengguncang pelan bahu sahabatnya.

Shasa mengerang pelan. "Lima menit lagi Lana...masih ngantuk" gumamnya dengan suara serak khas orang baru bangun.

Alana tersenyum kecil. "Kalau kamu nggak  bangun sekarang, Darel akan masuk dan bangunin kita dengan cara yang nggak  menyenangkan."

Mendengar nama Darel, mata Shasa langsung terbuka lebar. Ia duduk dengan cepat dan mengusap wajahnya. "Aku tidak mau diomeli Darel pagi-pagi!"

Alana tertawa kecil melihat reaksi sahabatnya. Mereka akhirnya turun dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk sarapan.

Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, mereka turun ke ruang makan. Di sana, Darel, Kavin, dan keluarga Atharrazka sudah berkumpul.

"Selamat pagi," sapa Alana dan Shasa hampir bersamaan saat mereka duduk.

Darel menatap Alana sekilas sebelum meletakkan segelas susu di hadapannya. "Minum ini dulu."

Alana tersenyum tipis dan mengambil gelas itu tanpa banyak bicara. Shasa yang melihat interaksi mereka langsung mendekat dan berbisik pelan di telinga Alana, "Kalian ini pacaran atau suami istri, sih?"

Alana tersedak mendengar ucapan Shasa, membuat semua orang di meja makan menatapnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Darel dengan nada khawatir.

Alana mengangguk cepat, lalu melirik tajam ke arah Shasa yang pura-pura tidak bersalah.

Sementara itu, Opa Darel mulai berbicara. "Hari ini kita akan mengadakan pertemuan keluarga. Ada beberapa hal penting yang harus kita bahas, terutama mengenai insiden yang terjadi kemarin."

Suasana meja makan langsung sedikit tegang. Semua orang sudah tahu bahwa yang dimaksud adalah percobaan penembakan yang hampir mengenai Oma Darel—dan Alana yang tanpa sadar menjadi penyelamatnya.

Darel menatap kakeknya serius. "Apakah sudah ada hasil dari penyelidikan?"

Daddy Atharrazka menghela napas dan berkata, "Kami menemukan beberapa petunjuk. Orang yang mencoba menembak nenekmu bukanlah orang biasa. Dia bagian dari organisasi yang telah lama bersaing dengan bisnis keluarga kita di Asia."

Mata Darel menyipit. "Jadi, mereka mulai berani menyerang secara langsung?"

Opa Darel mengangguk. "Tampaknya begitu. Mereka tidak hanya mengincar bisnis kita, tapi juga orang-orang terdekat kita."

Alana menggigit bibirnya. "Lalu... apakah mereka tahu bahwa aku yang menyelamatkan Oma?"

Mommy Liliana menatap Alana dengan penuh perhatian. "Kemungkinan besar,nggak. Tapi kita tetap harus berhati-hati. Selama di Korea, kamu akan selalu bersama Darel dan bodyguard-nya."

Darel mengangguk setuju. "Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu."

Alana menunduk sedikit, merasa agak gugup dengan semua yang terjadi. Ia tidak pernah menyangka bahwa liburannya bisa berubah menjadi sesuatu yang begitu serius.

Kavin yang sejak tadi mendengarkan dalam diam akhirnya bersuara. "Jadi, apa langkah selanjutnya?"

Daddy Atharrazka menatap semua orang di meja makan. "Kami akan mengatur pertemuan dengan beberapa pihak penting di Korea untuk memperkuat keamanan dan mengirim peringatan kepada mereka."

Opa Darel menambahkan, "Tapi kalian tidak perlu terlalu khawatir. Kalian tetap bisa menikmati liburan ini, hanya saja dengan pengamanan ekstra."

Alana menatap Darel sekilas sebelum berkata pelan, "Aku tidak ingin menjadi beban..."

Darel menoleh padanya dan menatapnya dalam-dalam. "Kamu bukan beban, Alana."

Alana terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

Setelah sarapan, semua orang bersiap untuk kegiatan mereka hari ini. Alana dan Shasa akan berjalan-jalan di sekitar vila, sementara Darel dan Kavin akan menemui beberapa orang yang bisa memberikan informasi tambahan mengenai insiden kemarin.

Setelah pertemuan keluarga yang cukup tegang di pagi hari, Alana, Shasa, Darel, dan Kavin memutuskan untuk pergi ke sebuah taman hiburan terkenal di Korea. Mereka ingin sedikit mengalihkan pikiran dari insiden penembakan dan menikmati liburan mereka dengan lebih santai.

Setibanya di sana, mata Alana dan Shasa langsung berbinar melihat berbagai wahana seru yang ada di taman hiburan itu. Mereka mencoba beberapa permainan seperti roller coaster, rumah hantu, dan bumper car. Tawa dan teriakan mereka memenuhi udara, benar-benar melupakan ketegangan yang terjadi sebelumnya.

Saat berjalan-jalan di sekitar taman hiburan, mereka mencium aroma makanan yang menggoda. Di salah satu sudut taman, ada seorang penjual tanghulu—permen buah yang dilapisi gula karamel—yang terlihat sangat menggiurkan.

"Shasa, lihat! Ada Tanghulu!" seru Alana sambil menarik tangan sahabatnya.

Shasa tertawa. "Kamu mah kalo adamakanan manis aja, mata melotot"

Darel yang melihat tingkah Alana hanya menggeleng pelan. "Jangan terlalu banyak makan yang manis, nanti sakit gigi Alana."

Namun, Alana mengabaikan peringatan itu dan langsung membeli beberapa tanghulu dengan berbagai varian buah,seperti strawberry,anggur,jeruk dan kiwi. Shasa pun ikut membeli varian yang sama, dan mereka berdua langsung menikmati makanan manis itu dengan senang, tanpa memperdulikan Darel dna Kavin yang mengikuti mereka.

Kavin menatap mereka dengan heran. "Kalian ini seperti anak kecil kalau sudah lihat makanan."

"Mkasud kamu aku anak kecil?" balas Shasa dengan mulut penuh tanghulu.

"Ah, bukan gitu mak—"

"Alah, bilng aja. Kalo aku kaya anak kecil, lagi pula aku memang masih anak kecil kan belum bekerja" ucap Shasa dan Kavin tak menjawab kalau pun menjawab pasti akan panjang pembahasan nya.

Darel hanya menatap Alana dengan tatapan penuh arti, seolah memperingatkan bahwa nanti ia akan menyesal. Tapi, Alana hanya cengengesan sambil terus mengunyah tanghulu.

"Kamu mau ya Dari, dari tadi liatin mulu. Nih kalo mau"tawar Alana menyodorkan satu tusuk tanghulu pada Darel.

Darel menggrlengkan kepalanya" Ngak,kamu aja yang makan".

"Ya sudah"

Setelah Alana dan Shasa habis memakan tanghulu mereka mencoba beberapa wahana dan setelah puas mencoba beberapa wahana, mereka pun memutuskan untuk kembali ke vila. Namun, dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Alana mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia memegangi pipinya sambil meringis pelan.

"Kenapa, Alana?" tanya Shasa.

Alana menggigit bibirnya. "Gigi... sakit."

Darel yang duduk di sebelahnya langsung menoleh. "Aku sudah bilang jangan terlalu banyak makan yang manis."

Alana hanya bisa merengek sambil memegangi pipinya. Rasa nyeri semakin menjadi-jadi, dan kini ia benar-benar menyesal karena tadi terlalu banyak makan tanghulu, tapi Darel malah memarahinya.

Begitu tiba di vila, Alana langsung mencari Mommy Liliana dan Alvaro.

"Mommy... sakit..." rengeknya sambil memegangi pipinya yang kini mulai sedikit bengkak.

Mommy Liliana yang sedang duduk di ruang keluarga langsung menoleh dengan khawatir. "Sayang, kenapa?"

Alana memajukan bibirnya, ekspresinya benar-benar seperti anak kecil yang baru saja dihukum. "Sakit gigi..."

Alvaro yang baru keluar dari kamarnya langsung mendekat dan menatap Alana yang sedang merengek di pelukan Mommy Liliana.

"Kamu ini anak kecil atau bayi?" goda Alvaro sambil mengacak rambut Alana.

"Aku serius! Sakit, Kak Al!" Alana langsung merengek lagi, bahkan hampir menangis.

Mommy Liliana mengelus kepala Alana dengan lembut. "Sudah, jangan menangis. Kita cari obat dulu, ya?"

Namun, sebelum Mommy Liliana sempat bangkit, Alana sudah memeluk Alvaro. "Kak... sakit sekali..."

Alvaro terkekeh dan mengelus kepala Alana. "Makanya, jangan rakus makan manis."

Di sudut ruangan, Darel hanya bisa berdiri sambil menatap Alana yang dengan manja memeluk Mommy Liliana dan Alvaro. Ia berdeham pelan, tapi Alana tidak menggubrisnya.

Alvaro melirik Darel lalu menyeringai. "Kasihan kau, Darel. Pacarmu malah manja ke Mommy dan aku."

Darel mendengus pelan. "Ck nggak masalah. Lagipula, dia memang masih seperti anak kecil."

Alana mengerucutkan bibirnya. "Aku sakit gigi, jangan mengolok-olokku! Aku bukan anak kecil!"

Melihat ekspresi Alana yang menggemaskan, Alvaro malah semakin tertawa. Namun, pada akhirnya, Mommy Liliana membawa Alana ke dapur untuk membuat air garam hangat agar ia bisa berkumur.

Setelah berkumur beberapa kali, rasa nyeri di gigi Alana mulai sedikit mereda. Namun, ia tetap memeluk Mommy Liliana dengan wajah lesu.

Melihat itu, Darel akhirnya berjalan mendekat dan menarik tangan Alana.

"Sudah, ayo duduk di sofa. Nanti aku buatkan teh hangat," katanya dengan nada sedikit kesal.

Alana mengangkat wajahnya dan menatap Darel dengan mata berkaca-kaca. "Kamu marah sama aku?"

Darel terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Enggak."

Alvaro menahan tawa melihat ekspresi Darel yang jelas-jelas kesal karena merasa diabaikan oleh Alana. "Kalau Alana tidak mau ke Darel, kamu bisa tetap di sini denganku, Sayang."

Darel menatap Alvaro tajam. "Jangan menggoda pacarku."

Alvaro tertawa puas, sementara Alana hanya bisa meringkuk di sofa dengan pipi masih sedikit bengkak.

Liburan di Korea masih panjang, dan jelas perjalanan mereka masih penuh kejutan. Tapi untuk saat ini, Alana hanya ingin fokus pada satu hal—menyembuhkan sakit giginya dan menikmati waktu bersama orang-orang yang ia sayangi.

1
Supriatun Khoirunnisa
Luar biasa
Jhylara_Anfi
semangat up ny kk😊 kalu berkenan boleh mampir juga di cerita aku😁🙏
Jhylara_Anfi
butterfly era nya mulai berasa😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!