Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Stp 32
Bau harum aroma kopi dari cafe cafe yang berjejer di Stasiun Eldoria, terlihat manusia manusia yang sibuk hilir mudik dari dan keluar kota. Stasiun Eldoria adalah stasiun pusat yang menghubungkan Kota Tidaria dengan kota kota lain.
Hiera dan Hugo sedang duduk di kursi tunggu. Hugo duduk dengan tenang, sedangkan Hiera sesekali menengokkan wajahnya ke pintu masuk stasiun, sesekali dia melirik jam di tangannya. Tampaknya dia sedang menunggu Valia yang belum menampakkan batang hidungnya.
Tak selang berapa lama tampak Valia berjalan tergopoh ke arah mereka berdua dengan ransel besar di punggungnya.
Valia menjatuhkan ransel yang terasa sangat berat itu.
"Haah.....hah....hah..., Maaf aku datang terlambat, kita belum ketinggalan kereta kan Hiera?" Tanya Valia dengan nafas terengah-engah tak beraturan, namun matanya tak berkedip memandang laki laki yang duduk di samping Hiera. "Gila ganteng banget tuh cowok". Batin Valia.
"Untungnya belum, kamu ngapain dulu sih kok bisa terlambat". Tanya Valia.
"Tadi jalanan sempat macet, aku pindah dari taksi naik ojol biar bisa nyalip nyalip" terang Valia. "Eh siapa tuh? Tanya Valia lagi dengan mata genit.
"Oh ya kenalkan, Valia ini Tuan Hugo, tuan Hugo ini sahabatku Valia". Hiera mengenalkan mereka berdua.
Tangan Valia langsung nyosor mengambil tangan Hugo, Hugo hanya tersenyum menanggapinya.
Valia langsung duduk di samping Hugo sok akrab. Membuat Hiera terlihat bete.
Hugo menyadari hal itu, momen momen itu akan dia ambil untuk membuat Hiera cemburu.
"Ting...tong..Ting..tong.."
"Kereta Api jurusan stasiun Eldoria menuju stasiun Umbra akan segera diberangkatkan, dimohon para penumpang untuk segera memasuki gerbong kereta".
Suara announcer terdengar di seantero stasiun itu. Pemberitahuan kereta yang akan mereka tumpangi menuju kota Umbra sudah siap diberangkatkan.
"Ayo kita segera masuk, keretanya akan segera berangkat!" Ucap Hiera sambil langsung berdiri menggendong ranselnya. Dia segera berlalu meninggalkan dua insan yang sedang asyik ngobrol sok akrab di belakangnya. Menjengkelkan saja.
Hiera segera menaiki gerbong kereta menuju tempat duduk yang sudah dipesan. Gadis itu meletakkan ranselnya di bagasi kemudian duduk pada kursinya.
Hugo menawarkan bantuan pada Valia untuk mengangkat ranselnya ke atas bagasi.
"Biar saya yang simpan ranselnya, kamu duduk saja, nona Valia". Tawar Hugo pada Valia membuat Hiera mencebikkan bibirnya.
"Merepotkan tuan Hugo, terimakasih". Ucap Valia dengan senyum manis dan mata dibulat bulatkan genit.
Membuat hati Hiera merutuk, "menjijikan sekali Valia".
Hugo duduk bersebelahan dengan Kaiyo sedangkan Valia duduk di depannya.
Suara peluit panjang terdengar, kereta api yang ditumpangi mereka mulai berjalan meninggalkan stasiun Eldoria.
Perjalanan panjang harus mereka tempuh dari kota Tidaria ke kota Umbra sekitar dua belas jam lamanya
Jarak yang lumayan jauh, karena melewati beberapa kota yang lain.
Mereka pun mulai terlibat obrolan di sepanjang jalan kereta. Seorang prami datang menawarkan menu makanan dan minuman.
"Aku pesan Capuccino, air mineral dan mac n' cheese". Pesan Hiera.
"Aku juga!" Ucap Valia dan Hugo berbarengan. Pramugari kereta itu menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian berlalu dari hadapan mereka.
Hugo berdiri mengambil sebuah peta dari ranselnya. Kemudian membentangkan peta itu di hadapan Hiera.
"Ini adalah peta hutan larangan, kita akan memasukinya lewat sini". Hugo menunjuk satu titik peta oleh ibu jarinya.
Hiera serius mengamati peta itu, sementara Valia serius mengamati wajah Hugo.
"Jadi setelah kita sampai di kota Umbra nanti, kita masih harus melakukan perjalanan ke desa Lockwood. Kita akan menyewa sebuah travel saja. Semoga saja ada travel yang mau, karena Lockwood itu Desa mati. Desa angker yang telah lama ditinggalkan penduduknya". Terang Hugo.
"Dari Desa Lockwood kita akan memulai petualangan kita, kita berdoa saja, semoga tuhan selalu melindungi kita". Tutup Hugo sambil mengembalikan peta itu ke dalam ranselnya.
Pramugari kereta datang membawa pesanan mereka. Mereka pun akhirnya melakukan Santap malam di dalam kereta itu.
Kereta api berjalan dengan kecepatan konsisten menembus gelapnya malam. Hiera memandang ke arah jendela kereta, namun tak banyak yang dia bisa lihat. Hanya sesekali terangnya lampu lampu rumah penduduk dan bayangan pohon pohon besar yang terlihat menyeramkan.
Valia telah tidur dengan pulas menyandar pada kursinya dengan mulut terbuka lebar. Hugo sesekali membetulkan letak duduknya karena merasa pegal. Pada Akhirnya Hiera pun menguap, menyerah pada kantuknya. Perlahan matanya mulai tertutup. Tanpa dia sadari dia menyandarkan kepalanya pada bahu Hugo, membuat Hugo tersenyum lembut dan sedikit mencium pucuk kepala gadis itu.
****
Kereta api malam mengurangi kecepatan lajunya saat menapaki jembatan yang panjang dan curam.
Di samping kanan dan kiri jalur kereta itu adalah jurang yang sangat curam. Saat kereta melewati jalur ini, semua penumpang yang ada di dalamnya merasa ngeri takut sewaktu waktu kereta akan tergelincir.
Hiera menatap takjub pada tebing dan air terjun yang indah yang sedang dia lewati. Namun siapa sangka pemandangan indah itu menjadi sesuatu hal yang sangat mengerikan.
Seekor naga raksasa berwarna merah menyala tiba tiba keluar dari dalam jurang itu. Tubuhnya menghancurkan dan memporak porandakan ujung jembatan yang akan dilewati kereta itu.
Bunyi derit rem beradu dengan roda kereta begitu memekakkan telinga. Ditambah jeritan jeritan para penumpang yang merasa panik membuat suasana menjadi chaos.
Hiera berusaha berpegangan erat pada pegangan kursi, wajahnya menyiratkan ketakutan yang teramat sangat. Di depannya, Valia menjerit jerit dengan airmata berderai.
Kereta terguncang, rem mendadak membuat sebagian penumpang terbanting ke depan, jatuh saling bertumpuk.
Hiera melihat banyak gelimang darah. Satu persatu gerbong itu memasuki jurang dihiasi jerit jerit kematian para penumpangnya.
Tangan Hiera berpegangan erat dengan tangan Valia saat gerbong yang ia tumpangi meluncur pada rel yang terputus, kemudian gerbong itu menggantung. Namun satu persatu penumpangnya berjatuhan ke dalam jurang itu.
Tangan Hiera berpegangan erat pada kaki kursi dengan sebagian tubuh telah menggantung di luar gerbong. Wajahnya telah bersimbah air mata dengan tubuh bergetar takut. Di bawanya, Valia berpegangan erat pada kakinya, membuat beban tangannya semakin berat.
"Hiera! Tolong Aku Hiera! Aku gak mau mati! Aku belum mau mati!" Jerit Valia histeris penuh ketakutan sambil tangannya tetap mencengkram erat kaki Hiera.
"Bertahanlah Valia!" Jerit Hiera dengan bibir bergetar.
Butir butir keringat telah membasahi wajah dan tubuh gadis itu. Tangannya jadi basah dan licin.
Satu tangan Hiera berusaha meraih pegangan kursi, sekuat tenaga Hiera menggapainya, namun sayang pegangannya terlepas, membuat dia tergelincir jatuh ke dalam jurang yang dalam dan gelap itu.
Jeritan dan lolongan ketakutan keluar dari mulut Hiera dan Valia. Dan tanpa di duga muncul dari dalam jurang itu kepala seekor naga yang sangat besar. Taringnya begitu tajam mencuat, dengan mata merah menyala. Mulut naga itu menganga lebar bersiap menelan tubuh Hiera hidup hidup.
"UGH!" Mata Hiera terbuka lebar, jantungnya bertalu dengan nafas memburu. Nanar matanya memandang wajah tampan di depannya yang sedang menatapnya cemas.
"Kau sudah bangun sleeping beauty?" Tanya Hugo dengan suara parau.
Hiera menautkan kedua alisnya, tadi itu dia Rupanya hanya mimpi. Tapi terasa begitu nyata.
Hiera segera terbangun ketika menyadari bahwa dia tengah tertidur dengan kepala berada di pangkuan Hugo.
"Maafkan saya, tuan". Ucap gadis itu lirih dan kikuk.
"Tidak masalah, apa kau bermimpi buruk tadi? Kau berteriak teriak dalam tidurmu". Tanya Hugo.
"Sedikit". Jawab Hiera rancu. Dia memandang Valia di depannya yang masih tertidur dengan pulas.
"Semoga saja mimpi itu bukan pertanda buruk". Batin Hiera lirih.
"Kau istirahatlah lagi, sebentar lagi kita akan sampai ke tujuan". Ucap Hugo lembut.
Hiera menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku ingin pergi ke toilet sebentar". Ucapnya.
"Biar aku antar". Tawar Hugo yang di jawab delikan mata gadis itu.
"Tolong pesankan aku kopi saja tuan Hugo". Pinta Hiera.
Hiera hendak berjalan, namun tiba tiba tubuhnya hilang keseimbangan saat tiba tiba kereta itu terguncang.
Tubuh Hiera limbung, dia jatuh terduduk tepat di pangkuan Hugo, membuat tangan laki laki itu refleks memeluk tubuh Hiera.
Hugi tertegun saat kedua tangannya tanpa sengaja memegang buah dada Hiera. "Itu ternyata besar sekali". Benak Hugo. Membayangkan yang ada di depannya sangat kenyal dan besar, membuat kelelakian Hugo terbangun.
Hiera pun tersentak kaget, tubuhnya terasa tersengat listrik ribuan volt, saat tangan Hugo bersarang di dadanya.
Sementara Valia yang baru terbangun dari tidurnya karena guncangan itu, memandang sinis mereka berdua.
"Wooooy! Ini masih terlalu pagi, kalian sudah berbuat mesum". Ucap Valia sambil mencibirkan bibirnya.
Hiera buru buru melepaskan diri dari tubuh Hugo, dan dengan wajah memerah langsung pergi ke toilet tanpa menoleh lagi.
Hugo senyum senyum sendiri, "ah sepertinya tubuhmu itu sangat nikmat sayang". Desahnya dalam hati.
"Tuan Hugo, apa kau berpikiran jorok tentang sahabatku?" Tanya Valia sambil memicingkan matanya, membuat Hugo salah tingkah lalu membuang muka ke jendela.
emng dasar keluarga iblis /Angry//Facepalm/
msk langsung luluh aj