"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku bisa bantu Mbak loh!
Kecewa, marah, kesal, benci dan semua rasa bercampur aduk menjadi satu. Cia selama ini merasa menjadi manusia yang begitu bodoh, dia merasa diperdaya oleh Hafis.
Perlakuan pria itu seperti mencerminkan cinta, tetapi nyatanya hanya tipuan belaka. Tipuan agar Cia masuk ke dalam perangkap pria itu, Cia merasa percuma dirinya bisa kuliah cepat Jangan nilai yang paling tinggi.
"Bodoh! Kenapa selama ini aku tidak bisa membedakan mana yang baik dan juga benar? Kenapa selama ini aku tidak bisa membedakan mana yang asli dan juga palsu?"
Cia kini sedang duduk di taman, dia sedang berusaha untuk menenangkan dirinya yang sedang kacau. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi wanita itu tidak pulang ke apartemennya.
Dia malah asik meluapkan kekesalannya di taman, dia terus saja menggerutu. Sesekali dia akan memaki dirinya yang dirasa begitu bodoh.
"Aku harus apa sekarang?" tanya Cia kebingungan.
Di saat dia sedang asik menggerutu, Cia dikagetkan oleh seorang pria yang ternyata sejak tadi ada di sana. Pria itu sejak tadi hanya diam sambil menatap wajah Cia dengan lekat.
"Astagfirullah! Sejak kapan kamu di sini?" tanya Cia.
"Sejak tadi sore, Mbak. Kakek aku meninggal seminggu yang lalu, kalau diem di rumah rasanya aku gak bisa tidur. Sedih terus, keinget kakek aku terus. Makanya aku ke sini, mau nyoba tidur si sini. Tapi, baru merem malah ada Mbak yang ngoceh-ngoceh."
Ternyata pria yang ada di sana adalah Anjar, dia itu sedang bersedih karena kakeknya belum lama meninggal. Dia sengaja diam di tangan untuk menenangkan diri, tapi malah tak menyangka bertemu dengan Cia di sana.
"Sorry kalau udah ganggu kamu, aku lagi bete."
Anjar yang melihat wajah cemberut Cia langsung menghampiri wanita itu, dia bahkan langsung duduk tepat di samping Cia.
"Sonoan ih! Ngapain deket-deket?"
Cia langsung menggeser letak duduknya, karena dia merasa kalau Anjar terlalu begitu dekat dengan dirinya. Mereka bukan mahram, takutnya nanti akan ada kesalahpahaman.
"Mau tanya, Mbak. Aku mau tanya, gak usah jauhin aku kaya gitu. Aku nggak gigit," jawab Anjar.
"Kalau mau tanya ya tanya aja, gak usah mepet-mepet duduknya."
"Iya maaf, aku cuma mau tanya. Selama setahun rumah tangga sama bang Hafis, Mbak udah tau kebusukan dia?"
Bukannya menjawab pertanyaan Anjar, Cia malah menangis. Anjar jadi kebingungan dibuatnya, dia tak tahu harus berbuat apa.
"Mbak, jangan nangis. Nanti aku disangka ngapa-ngapain anak orang, aku cuma tanya doang. Kenapa Mbak malah nangis?"
"Dia jahat, Jar. Aku dibohongi sama dia, aku---"
Padahal Cia biasanya tidak mau bercerita dengan orang baru, tetapi kali ini tiba-tiba saja dia menceritakan semuanya kepada Anjar.
Mulai dari Hafis yang menjebak dirinya, sampai Hafis yang mau menguasai hartanya. Pria itu ternyata menikah dengan dirinya bukan karena cinta, tetapi karena menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk keluarga dan juga kekasihnya.
"Lagian dari dulu udah aku bilang, Mbak. Dia itu jahat, dia itu udah punya kekasih. Tapi Mbak gak mau denger," ujar Anjar setelah Cia menceritakan semuanya.
"Bukannya ngasih solusi tapi malah nyalahin aku, aku udah kayak orang bodoh banget nggak sih?"
Cia merasa menyesal karena dulu tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Anjar, karena dulu dia merasa kalau Anjar hanya ingin menghancurkan hubungannya saja dengan Hafis.
"Iya, Mbak bodoh. Udah ada aku yang ganteng dan mau nikahin Mbak, tapi Mbak malah milih Hafis."
"Anjar! Aku serius!" kesal Cia.
"Iya, iya. Ini aku juga serius, Mbak. Udah jangan nangis-nangis, aku bisa bantu Mbak buat ngasih pelajaran sama pria itu."
"Serius?" ujar Cia tak percaya.
"Iya, kalau menurut aku---"
Anjar membisikan rencana yang sudah dia susun kepada Cia, Cia manggut-manggut paham sambil mendengarkan dengan seksama.
"Bisa gak?"
"Bisa," jawab Cia.
"Yakin bisa pura-pura?"
"Bisa, Jar. Santai aja, tapi... kenapa kamu mau bantu aku?"
"Karena aku cinta Mbak," jawab Anjar.
"Bohong!"
"Beneran, aku cinta Mbak dari aku duduk di bangku SD."
"Nggak mungkin, aku merasa belum pernah ketemu kamu."
"Pernah, dulu pas Mbak lagi SMP dan kecelakaan. Kakek aku nolong Mbak, aku langsung jatuh cinta sama Mbak."
Cia terdiam sesaat mendengar apa yang dikatakan oleh Anjar, hingga tak lama kemudian dia teringat kala sedang menaiki sepeda saat hendak berangkat sekolah. Lalu, dia tertabrak mobil dan diselamatkan oleh seorang kakek.
"Jadi, kamu cucu dari kakek yang lalu aku itu?"
"Iya, berkat nolong Mbak kakek aku jadi orang kaya di kampung. Dia membeli kebun jati dan jadi pengusaha properti," ujar Anjar.
Usaha properti milik kakeknya Angel bahkan sudah banyak dikenal, sudah merupakan perusahaan properti sepuluh terbesar di ibu kota.
"Bagaimana bisa?"
"Bisa, ceritanya panjang banget. Udah ah, jangan ngobrol mulu. Mending aku anter Mbak pulang, udah malem. Inget, jangan lupa untuk memulai misi."
"Nggak usah anter, aku bawa mobil sendiri. Kamu pulang aja," jawab Cia.
"Ya udah sana pulang, aku mau tidur di sini.''
"Terserah," ujar Cia yang langsung pulang ke apartemennya.
Tentunya sebelum dia pulang ke apartemen, dia bertukar nomor ponsel terlebih dahulu dengan Anjar. Hal itu dilakukan agar keduanya mudah dalam berkomunikasi.
Saat tiba di apartemen, dia langsung mengambil vitamin yang selalu diberikan Allah Hafis. Dia mengeluarkan pil itu dan memotretnya, lalu dia menanyakan pol itu di aplikasi gulu-gulu.
"Ya Tuhan! Ternyata beneran pil kontrasepsi," ujar Cia.
Ah! Rasanya dia sungguh kecewa, karena ternyata Hafis benar-benar tidak menginginkan anak dari dirinya. Pria itu hanya mencintai hartanya, Cia sungguh terluka.
"Awas aja kamu, Fis. Aku pasti balas semua yang udah kamu lakukan ke aku," ujar Cia penuh kekesalan.
yg penting bisa lepas dari lelaki jahat itu ..dan bongkar kejahatan dia.. Nanti suatu saat harta yg di rampas enggak selama nya milik dia..