Jennaira Queenzy Hill berada disituasi sulit dimana ia harus merelakan laki-laki yang akan menjadi tunangannya kepada sahabatnya.
Terjebak menjadi orang ketiga diantara sepasang manusia yang saling mencintai membuat Jennaira harus kuat menghadapi tatapan sinis dan rendah orang lain. Berusaha terlihat baik-baik saja, namun tak semudah itu. semua menjadi rumit saat satu persatu hal buruk menghampirinya, hingga rahasia yang terkuak menambah luka yang sudah ada. Membuatnya tak lagi berharap pada apapun dan siapapun, kecewa yang tak berpenghujung membuat Jennaira tercekik dengan takdirnya sendiri.
Akankah akhir bahagia menjadi milik Ara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERJODOHAN 2
PERJODOHAN! ". Suara Sean dan Aira memenuhi ruangan yang besar itu.
Atensi 4 orang dewasa diruangan itu langsung tertuju pada Sean dan Aira. Para ibu tersenyum manis menyambut anak mereka yang baru datang.
Aira melangkah cepat menghampiri sang ayah disusul Sean dibelakangnya.
" Dad, apa maksud ucapan kalian tadi? Siapa yang mau dijodohkan? " Aira berusaha tenag walau dalam hatinya sudah mulai merasakan kegelisahan.
" Daddy dan Uncle berencana menjodohkan kami dan Sean, sayang". Tatapan Aira dan Sean kembali bertemu.
" Dad! sekarang bukan zamannya lagi main jodoh-jodohan, lagian kami gak kepikiran kesana". Aira mencoba memberi pengertian pada sang ayah.
" Sayang, gak baik menolak begitu. Daddy yakin Sean laki-laki yang baik" Rayyan menatap intens Sean yang masih berdiri di sisi ibunya.
" No! Aira menolak, maaf Aira gak bisa " helaan nafas dari para orang tua terdengar.
" Sean menurut kamu gimana? Daddy harap kamu mau mencoba untuk bisa menerima rencana kami ini " gantian kini Jhon Smith yang memujuk putranya.
Aira memberikan kode agar Sean menolak rencana orang tua mereka. Tak bisa Aira bayangkan jika Sean menyetujui rencana gila mereka.
" Sean akan mencoba " mata Aira membola mendengar ucapan sang sahabat.
" Sean! " para orang tua terlihat puas dengan jawaban Sean.
"Kalian bicarakan dulu, tapi aunty harap kalian sepakat menerima" Clara selalu ibu Sean mencoba menenangkan putri sahabatnya.
*
*
Kini dia sahabat itu sedang berada ditaman belakang mansion keluarga Hill. Cukup lama mereka diam, berperang dengan fikiran masing-masing.
Aira sendiri tak habis fikir dengan orangtua mereka yang memiliki ide konyol. Padahal ia tak terfikir sekalipun untuk memiliki hubungan romantis diusia sekarang, apalagi dengan sahabatnya sendiri.
" Ra! " Aira melirik Sean dengan tatapan kesalnya.
" Apa? Mau bilang apa? Gila ya kamu bisa menyetujui ide konyol mereka, gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba aja ada perjodohan ini ". Sean menghela nafasnya, ia tau tak akan mudah bicara dengan seorang Jennaira saat gadis itu emosi.
" Ra, setidaknya kita coba dulu. Mereka sangat berharap kita menyetujui, aku gak tega nolak mereka ". Aira mendengus kasar.
" Ohh kamu lebih milih kasih mereka harapan palsu gitu? Kita ini sahabat Se, pokoknya aku gak mau". Sean mengusap wajahnya kasar.
Ia pun cukup terkejut dengan ide ini, tapi ia tak bisa mengabaikan tatapan penuh harap orang tua mereka. Dan menurutnya tidak sulit menerima perjodohan ini karena mereka sudah bersahabat sejak kecil.
" Ra, karena kita sahabat harusnya gak sulit kita mengabulkan keinginan mereka" Aira menepis kasar tangan Sean yang ingin menggapainya.
Sean menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. " Setidaknya kita coba dulu, jika nanti memang tidak bisa kita putuskan saja".
Benar-benar menyebalkan, Aira merasa dipojokan dengan keinginan mereka dan bujuk rayu Sean.
" Ck, awas saja kalian ". Aira bangkit dari duduknya dan meninggalkan laki-laki itu sendiri ditaman.
Namun masih terdengar umpatan dari mulut gadis itu walau dari jauh. Sedangkan Sean laki-laki menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar. Ia sendiri bingung, apakah yang ia lakukan ini benar atau salah.
Namun ia tak tega menolak keinginan para orangtua, dan jika difikir tidak ada salahnya menikah dengan sahabat. Lagi pula Aira bukan gadis yang sulit, ia cukup dewasa dan tidak merepotkan.
Sean hanya berharap keputusannya kali ini benar.
