Aurora, merupakan gadis cantik yang berusia 21th, dia dijual oleh Ayah kandungnya sendiri untuk menutupi kerugian perusahaanya, akibat hasutan dari ibu dan anak tirinya.
Kevin Alexander, Ceo tampan dan kaya raya, rela membayar Mahal Aurora dari Ayahnya karena ingin memilikinya.
Kevin mengikat Aurora dengan pernikahan tanpa cinta dan sebagai pelampiasan nafsunya saja.
Akankah Aurora bisa lepas dari jerat Ceo bastard itu atau justru mencintainya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
*Flashback ON*
Di ruangan yang dipenuhi hiasan mewah dan perabotan antik, suasana tegang menyelimuti sepasang suami istri yang sedang bertengkar. Sang istri, dengan gaun rumah yang terjaga rapi, mendekatkan diri ke suaminya, memegang dompet kulit yang biasanya penuh.
"Pa, Mama minta transfer untuk arisan," ucapnya dengan nada memohon.
Sang suami, yang duduk di kursi empuk sambil membolak-balikkan lembaran surat dari bank, menghela nafas panjang. "Papa tidak punya uang, Ma," jawabnya dengan suara lirih, matanya tidak berani menatap istri yang telah lama bersamanya itu.
Sang istri mengerutkan keningnya, tidak percaya. "Jangan bohong, Pa! Tidak mungkin kamu tidak punya uang. Kamu tidak jatuh miskin, kan?" tanyanya, suaranya meninggi, penuh kecurigaan.
Suasana menjadi semakin hening sejenak, sebelum sang suami menghela nafas sekali lagi, lebih berat dari sebelumnya. "Kita memang sebentar lagi akan jatuh miskin, Ma. Perusahaan Papa terancam bangkrut," ucapnya perlahan, suaranya hampir tak terdengar.
Mendengar pengakuan itu, tubuh sang istri seakan kehilangan kekuatannya. Dia limbung, terpaksa memegang tepi meja untuk menopang dirinya yang tiba-tiba lemah. Wajahnya pucat, matanya terbelalak, tidak percaya bahwa kekayaan yang selama ini mereka nikmati sebentar lagi mungkin akan lenyap.
"Tidak mungkin! kamu pasti bohong kan pa?" cecar sang Istri shock sambil menutup mulut nya dengan satu tangan, sesangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk berpegangan ke dinding guna menyanggah tubuhnya supaya tidak jatuh.
"Kenapa kamu diam aja? jawab pa! " pekik sang Istri tidak terima. dia selama tidak rela kalau harus kembali hidup miskin.
"Papa tidak bohong ma, perusahaan papa sebentar lagi akan bangkrut" jawab sang suami sambil menunduk.
"Kamu tidak bisa diam saja pa, kamu harus cari cara supaya perusahaanmu tidak bangkrut" ucap sang Istri tegas.
"Papa sudah mencari bantuan kebeberapa investor dan teman teman papa Ma, namun mereka tak ada satupun yang mau membantu" ucap Papa.
Sang istri langsung menyeringai licik tanpa di lihat suaminya. Dia berpikir ini saat nya menyingkirkan anak tirinya.
"Kau jual saja anakmu yang tidak berguna itu, kau nikahkan aja dia ke pria kaya." ucap Sang istri santai.
"Kau keterlaluan Ma! aku tidak mungkin menjual Aurora, anakku sendiri" Bentak sang suami.
"Meskipun aku tak menyukai ibunya, tapi aku tak mungkin menjual darah dagingku sendiri" ucap sang Suami dalam hati.
Sang suami berdiri dengan tubuh bergetar, wajahnya pucat pasi mendengar usulan yang terlontar dari mulut istrinya. Di sudut mata, air mata mulai menetes, bukan karena sedih tapi karena marah yang mendalam. Tangannya terkepal keras, seolah ingin menghancurkan sesuatu.
"Istriku, apa kau tidak punya hati? Bagaimana mungkin kau bisa mengusulkan hal sekeji itu?" ujarnya dengan suara yang terdengar hampir pecah.
Napasnya terengah-engah, seakan-akan setiap kata yang dia ucapkan menguras seluruh energinya. Sang istri hanya tersenyum sinis, menatap suaminya dengan pandangan yang dingin.
"Kita butuh uang, dan itu cara cepat untuk mendapatkannya," jawabnya dengan nada datar, seolah-olah menyebutkan resep masakan dan bukan nasib seorang anak manusia.
Pada saat itu, suasana di ruangan itu begitu tegang. Suara jam dinding berdetak terdengar begitu nyaring, memecah keheningan yang mencekam. Sang suami menghela napas dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk melawan pengaruh buruk istrinya.
"Dengar, Ma. Aku akan mencari jalan lain. Aku tidak akan menjual masa depan anakku demi uang," tegasnya, matanya yang semula berkaca-kaca kini berubah menjadi tatapan yang tajam dan penuh tekad.
Dia berbalik meninggalkan ruangan, meninggalkan istrinya yang masih dengan senyuman liciknya, namun kini dengan raut kecewa yang tergambar jelas.
"Jika tak mau tak apa, tapi aku akan pergi dari hidupmu dengan membawa Sora" seru sang istri.
Bimo menghentikan langkahnya, dia menoleh dan mendekati istrinya.
"Jangan tinggalkan aku Ma, kita akan mencari solusinya bersama" ucap sang Suami sambil menarik Istrinya masuk ke dalam pelukannya.
"Sebenarnya kita bisa saja meminta suntikan dana keperusahaan Alexander Ma, namun papa sudah tidak punya aset apa-apa lagi untuk dijadikan jaminan" ungkapnya
"Coba saja kau datangi dia pa. Kamu bisa menawarkan Aurora sebagai jaminan. Aku mencintaimu pa, aku tidak mau kita berpisah" ucap sang istri dengan bujuk rayu.
"Baiklah ma, papa besok akan mencoba mendatangi perusahaan milik keluarga manuel tersebut. Maafkan papa ma" ucap Sang suami sambil menarik dagu sang Istri, kemudian dia menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri, mereka saling bertaut dengan begitu panas.
(Dasar pasangan suami istri dakjal).
Iya mereka ada Bimo dan Istrinya yang bernama Dena, Bimo adalah ayah kandung Aurora, sedangkan Dena adalah ibu tirinya.
*Flasback Off*
*
*
"Nak nanti malam kamu ikut papa, Papa akan mengenalkanmu pada kolega papa" ucap Bimo pada Aurora.
"Untuk apa pa?" tanya Aurora karena tumben papa nya akan membawa dirinya untuk menemui rekan bisnisnya.
"Kamu harus menemani papa untuk makan malam dengan rekan bisnis papa" ucap Bimo masih tenang, supaya anaknya tidak curiga. Namun ternyata salah, Aurora bukan gadis yang bodoh.
Suasana di ruang makan terasa hangat namun ada sedikit kegugupan yang terselip di antara percakapan mereka. Bimo, yang biasanya tenang dan terkendali, kali ini terlihat sedikit gelisah. Ia mengaduk-aduk sup di mangkuknya lebih dari yang biasanya. Di sisi lain, Aurora yang masih duduk di kursi memperhatikan ayahnya dengan tatapan penuh tanya.
"Apa yang spesial dengan makan malam ini, Pa?" Aurora mencoba menggali lebih dalam. Rasa penasarannya mulai menggelayuti pikirannya.
"Ah, itu... Kamu akan bertemu dengan Kevin, dia adalah rekan bisnis Papa di proyek terbaru. Sangat penting bagi papa untuk memperkenalkanmu," jawab Bimo, mencoba menyembunyikan rasa cemasnya dengan senyum yang dipaksakan.
Aurora mengernyit, tidak sepenuhnya mengerti mengapa kehadirannya diperlukan. "Tapi kenapa aku, Pa? Bukankah biasanya Mama yang menemani Papa jika ada acara bisnis?"
Bimo menatap putrinya, matanya berusaha menyampaikan pesan yang lebih dalam daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata. "Kali ini berbeda, Nak. Kevin masih muda, sepertinya akan lebih nyambung jika bertemu dengan mu," tuturnya, berusaha menjelaskan tanpa terlalu banyak memberi detail.
Aurora masih belum sepenuhnya yakin, namun ia mengangguk, menyetujui rencana ayahnya. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar makan malam bisnis, tetapi untuk saat ini, ia memilih untuk mempercayai ayahnya. Mereka berdua melanjutkan makan siang mereka dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran dan harapan mereka tentang apa yang akan terjadi malam itu.
"Kenapa bukan Sora pa? biasanya papa kebih suka ajak Sora, anak kesayangan papa" Aurora masih penasaran dengan maksud ayahnya
"Papa maunya kamu yang menemaninya bukan Sora" sahut Dena.
"Lagian aku sibuk, aku sudah ada janji dengan kekasihku" ucap Sora dengan wajah angkuhnya.
"Mau tidak mau kamu harus ikut Papa" tegas Bimo tanpa bantahan.
"Rora jadi semakin curiga dengan kalian. Apa maksud papa sebenarnya" sahut Aurora dengan tatapan dingin.
"Papa akan menjadikan mu jaminan, perusahaan papa a bangkrut, kamu akan dinikahkan dengan tuan Kevin agar perusahaan bisa diselamatkan," jelas Bimo dengan nada yang berat.
Aurora terpaku, wajahnya pucat mendengar pernyataan ayahnya. Matanya terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Tidak mungkin... Papa jadikan aku sebagai alat?" suaranya bergetar, perasaan terkhianati menyelimuti hatinya.
Dena hanya bisa menunduk, tahu bahwa apa yang dilakukan suaminya terlalu kejam terhadap anak tirinya. Namun, ia tidak memiliki keberanian untuk membantah. Sora, di sisi lain, hanya menatap dengan rasa puas, senang karena dirinya tidak menjadi korban keputusan ayahnya.
"Itulah mengapa aku tidak pernah benar-benar menyukai ide ini," gumamnya pelan, tapi cukup keras agar Aurora mendengarnya.
Aurora merasa dunianya runtuh. Air mata mulai menggenang di matanya, tetapi dia menahan agar tidak jatuh. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan ruangan, meninggalkan keluarganya yang seolah sudah tidak mengenal arti keluarga lagi. Dalam hatinya, Aurora berjanji akan mencari jalan keluar dari rencana mengerikan ini.
Usai di jadikan pembantu di rumah ayahnya sendiri. Dia pun harus di jual oleh ayah kandungnya.
Sebelumnya Aurora tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Suatu hari dia punya keinginan meninggalkan rumah itu namun dia bingung mau kemana, karena dia nenek dan kakek nya sudah meninggal.
Aurora ingin cepat menyelesaikan kuliahnya supaya bisa keluar dari rumah ini. dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Aurora pernah kerja paruh waktu tanpa sepengetahuan mereka. Namun ketika Aurora pulang terlambat, dia akan kena hukuman dari ibu tirinya, Aurora dikurung di gudang tanpa di beri makan. Itu mengapa akhirnya dia resign dari tempat dia bekerja.
*****
Ada fase dimana kamu lelah dengan semuanya. Memilih mengalah dan tidak meminta siapapun untuk memahami keadaanmu. Membiarkan kehidupanmu berjalan dengan sendirinya tanpa banyak bicara tanpa banyak kata. Hanya tindakan yang akan membuat setiap orang yang melihatmu berfikir bahwa kamu "bahagia dan baik-baik saja". Hingga pada akhirnya kamu mengerti bahwa itulah cara Allah mengingatkan bahwa hidup adalah tentang hati yang ikhlas.
sabar dikit lagi ketika Kevin menyadari perasaannya padamu semua akan baik baik saja..