NovelToon NovelToon
ZONA AMAN DAVINA

ZONA AMAN DAVINA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: timio

Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.

Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.

kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.

Aku, Davina David.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hansel

Sejak Davina mengakui hubungannya dengan Kai, Ricky pelan-pelan menghindarinya. Kai memang rivalnya sejak dulu, dan sekarang Kai juga merebut gadis yang ia sukai. Entah kenapa Kai selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Woy... ".

Satu tepukan keras agak mengagetkan Ricky yang sedang beristirahat di taman belakang rumah sakit. Meski terkejut Ricky hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

"Aku ada buat salah ya? Kamu cuek banget belakangan ini." Frontal Davina.

Ricky hanya menggeleng, dan mengambil satu dari dua kopi yang dibawa Davina dengan gelas plastik itu.

"Terus kenapa mas dimple?".

"I envy Kai." Jawabnya enteng.

"Kai? Kai ngelakuin apa ke kamu?".

"Dia selalu dapat hal yang aku ingin, contohnya predikat mahasiswa terbaik, predikat dokter bedah terbaik, dan yang terakhir yang paling nyakitin, itu kamu."

Deg

Davina diam dan terus tenang tanpa menyela satu kalimat pun, meski ia agak terkejut dengan pengakuan Ricky.

"I like you since the first time we met, Davina. Kamu humble, kamu tidak pernah berusaha disenangi, kamu selalu jadi diri kamu sendiri. Makanya Kai perlakuin kamu jahat waktu itu, aku marah banget. Tapi yang paling aku senangi dari kamu, kamu selalu tulus.

Kamu satu-satunya orang yang mati-matian berjuang buat Kids Camp berdiri, karena kamu berpuluh-puluh anak yang kehilangan segalanya punya harapan yang lebih baik.

Satu hal yang ngga aku senangi dari kamu, kamu ngga suka aku sebagai pria, kamu nyaman bareng aku sebagai sahabat. Actually, it hurts and heals me at the same time."

"Kenapa?".

"Nyakitin banget karena aku kehilangan kamu sebagai wanita, tapi nyembuhin juga karena aku ngga akan pernah kehilangan kamu sebagai sahabat kan? Itu satu-satunya hal yang ngga bisa Kai punya, Kai bisa kehilangan kamu suatu saat, tapi aku engga kan."

Senyum manis pria berdimple itu benar-benar membuat Davina tergugah. Senyum ikhlas yang membuat Davina benar-benar enggan kehilangan Ricky untuk alasan apapun, dan bagaimana terhormatnya alasan pria disampingnya ini.

"Aku ngga mau kehilangan kamu, Ricky. Aku seneng banget kamu punya alasan yang ngga bisa aku bantah sama sekali. Makasih banyak."

Jawaban itu benar-benar melegakan hati Ricky, sebagai janji bahwa ia tidak akan pernah kehilangan Davina, meski mencintai dalam diam dan kejauhan.

"Jadi, gimana cowo yang di kantin kemarin? Relawan teknisi itu. Marsel? Jansel?"

"Hansel."

"Cieee... Hafal ciyee.... ", ledek Ricky.

"Heh.... " Kesal Davina.

Entah kemana perginya Ricky yang sendu beberapa saat yang lalu, digantikan Ricky yang bobrok yang senang sekali meledekinya.

"Nih." Davina menyodorkan room chatnya dengan Hansel.

.

.

"Jadi itu beneran?", Ricky melotot, sambil menyodorkan ponselnya kembali pada Davina.

"Jadi maksud kamu kemarin-kemarin aku becanda doang gitu."

"Kalo udah mantan udah deh, blokir aja. Buat apa kamu berhubungan lagi, aku sih bodo amat sama si Hansel Hansel itu, tapi kalo Kai bertingkah lagi, habis sih sama aku."

"Dih... Serem amat." Ledek Davina, padahal ia agak lucu melihat wajah Ricky ketika serius.

"Eh itu si mantan namanya epic bener, tukang listrik. Mmm... si Kai boleh liat ngga kontaknya apa?" tanya Ricky, seketik Davina melotot mengingat apa nama kontak pacarnya yang belum diganti sampai. sekarang.

"Hah? hahahhahahahaha........ ", tawa Ricky benar-benar meledak.

.

.

🍁🍁

Situasi lokasi bencana pun membaik setelah setahun, gempa mulai jarang terjadi, hanya sesekali gempa-gempa kecil yang bahkan kadang tidak terasa lagi. Tapi Save Zone aka Rumah Sakit Pandora Town kebanjiran pasien lagi, karena sanitasi masih agak buruk di pemukiman, susahnya air bersih diluar Save Zone dan agak jauh juga membuat para penduduk jatuh sakit karena berbagai keluhan, yang paling besar adalah diare akut dan penyakit kulit.

Kebanyakan korbannya adalah anak-anak membuat Davina kewalahan di Kids Camp, bahkan ia tidak lagi berada di Posnya Kai beberapa hari ini. Pria kesayangannya itu sesekali akan berkunjung ke Kids Camp, karena ia sendiri juga sibuk di pos nya, menangani pasien anak lainnya.

Kids Camp yang kebanyakan bayi malang itu riuh dengan tangis bayi yang bergantian, sementara relawan di Save Zone semakin lama semakin berkurang saja, tidak ada yang benar-benar bertahan disana.

Davina mulai merasakan langit-langit Kids Camp mulai berputar, tapi ia terus berusaha menegakkan badannya dan menggendong seorang bayi yang sejak pagi ini tidak henti-hentinya merengek karena ia adalah salah satu pasien penyakit kulit, mungkin merasa gatal atau sakit.

"Sus... Suster... T-tolong gendong bayinya Sus.... Suuus..... ".

Brugh

Davina tumbang segera setelah bayi kecil yang masih merengek itu sampai dengan aman di tangan seorang suster yang mendampinginya hari ini.

"DOKTEEER.... " Teriak perawat itu histeris, hingga terdena keluar camp.

"Ada apa? Ada apa?! ", teriak seorang teknisi yang tiba-tiba masuk ke dalam.

"Pak... Tolong dokter kami, dia pingsan... Saya tidak bisa pergi, bayi disini butuh saya.. ", paniknya.

Seseorang baru saja masuk dan celingak-celinguk karena melihat teman sekerjanya masuk dengan kalang kabut baru saja, dan ia ikut-ikutan masuk karena ingin tahu saja, tapi...

"VINAAAA..... ".

itu Hansel, ia sangat terkejut.

"Vin... Vinaaa... Davina... Vin.... ", panik Hansel menepuk-nepuk pipi Vina yang sudah pucat pasi itu.

Tanpa menunggu siapapun, Hansel langsung menggendongnya ala bridal style tergopoh-gopoh masuk ke dalam gedung rumah sakit yang hanya beberapa meter dari Kids Camp.

"DOKTER..... DISINI... DOKTEEER... TOLONG.... TOLOOONG.... CEPAT... DOKTER TOLOOOONG... ", teriaknya panik luar biasa memasuki lorong rumah sakit.

Teriakan itu mendapat atensi dari Ricky yang kebetulan lewat. Matanya membulat sempurna melihat siapa yang digendong itu.

"VINA.... DAVINA.... VINAAA.... ", teriaknya.

Drappp...

Seseorang merebut tubuh Davina yang sudah tidak berdaya itu, siapa? Jelas Kai.

"Sayang.... Sayang....!!!", serunya dengan nada meninggi dan napasnya memburu, ia benar-benar terkejut dengan situasi ini, ia tidak pernah membayangkan Davina menjadi salah satu pasien disana, apalagi wajah pucat pasi seperti itu.

Davina digendong masuk ke dalam sebuah ruangan khusus, jauh dari pasien lain, Kai hendak memberi Davina perawatan karena sudah dibaringkan di sebuah brankar. Sapp... Ia menepis tangan Ricky yang hendak membantu.

"Apaan sih lu.. "

"Jangan sentuh dia." Seru Kai datar, tapi tidak diindahkan Ricky hendak bergerak lagi mengukur tekanan darah Davina. "JANGAN SENTUH DIA GUA BILAAANG.....!!!", teriak Kai membuat Ricky sontak berhenti.

Sementara Hansel yang memang bukan medis hanya terdiam di sisi lain, bahkan mungkin kedua dokter yang sedang berdebat itu tidak menyadari keberadaannya. Ricky dan Kai saling bertatapan tajam, lalu Kai yang pertama memutus adu jotos lewat tatapan itu karena ia harus merawat kesayangannya.

Diam-diam Ricky mengagumi berapa gesit dan cekatannya Kai dalam merawat pasiennya, ia cepat dan tepat. Kini Davina sudah diberikan infus, sama seperti Kai pada masanya, gadis ini hanya kelelahan.

"Mas Hans, makasih ya udah cepet anter Vina kesini." seru Ricky.

"Oh... I-iya dok." Gagap Hansel yang masih pucat dan masih ada tanda-tanda panik di wajahnya.

"Kalau bisa saya mau tungguin Vina sebentar disini. Apa boleh?", tanya Hansel dengan pelan. Kai segera menatapnya datar.

"Boleh mas. Mungkin ada yang mau di omongin sebentar lagi juga dia siuman, jangan terlalu kuatir dia cuma kelelahan aja." Putus Ricky.

Kai menatap nya tajam, bisa-bisanya Ricky membuat keputusan seorang diri, apa dia tidak melihat ada dirinya yang lebih berhak? Dia pacarnya, PACAR, catat pacar. Kenapa malah si Ricky syaland ini yang memberi izin alih-alih dirinya?

"Ayo keluar... ", Ricky menarik paksa Kai.

"Apaan sih lu...! ", kesal Kai.

Tanpa memperdulikan tolakan Kai, Ricky terus memaksa agar pria itu mengikutinya, menurut saja dengan tindakannya, hingga mereka berdua benar-benar ada di luar ruangan.

"Pede banget lu jadi decision maker buat cewe gua. Minggir lu." Kai hendak masuk kembali.

"Itu mantannya." Seru Ricky tidak terlalu lantang tapi cukup terdengar jelas oleh Kai. "Itu, Hansel. Relawan teknisi mantannya Davina."

"Ohh... Jadi maksud lu, lu mau ngasih kesempatan buat mantannya itu buat deketin cewe gua lagi gitu. Kotor banget otak lu.. ", cecar Kai.

"Ngga perlu mas Hansel, kalo gua mau, gua sendiri juga bisa. Dunia Davina ngga semua tentang elu, bego. Itu cowo benar-benar ada sesuatu buat di sampaikan ke Davina. Lu ngga bisa liat apa?".

Kai diam.

"Jangan terlalu yakin kalau semuanya itu harus tentang elu, lu ngga tahu selama apa mereka bersama, sejauh mana hubungan mereka, dan gua yakin Davina juga ngga tahu kalau lu juga pernah tunangan. "

Deg

Raut wajah Kai berubah.

"Nah, bener kan gua bilang? Lu aja ngga jujur, gimana dia. Mikir lu." Lalu Ricky pergi dengan entengnya.

.

.

.

TBC... 🍁

1
Mamah Mput(Bilanoure)
huwaaaaa Dady namu 💜💜💜
Timio: hehehe blio debut 💜
ikutin terus ya my 💜
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!