Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Ulang Tahun 1
Mendengar pengakuan Tuan Samuel yang merupakan ketua Asosiasi Barang Antik Kota Renville. pemilik toko di sebelah menjerit histeris karena terkejut.
Pimpinan Asosiasi Barang Antik Renville yang juga merupakan sepuluh besar penjual barang antik di Nagara Canea telah salah mengira itu barang palsu?
Lukisan itu pasti asli. Tuan Samuel telah membuat penilaian yang salah.
Ini jelas luar biasa. Bagaimana dia bisa membuat kesalahan seperti itu? Ini akan menjadi berita besar.
Para penjual dan pemilik toko di sekitar mulai merekam kejadian itu dan mengambil banyak foto lalu mengunggahnya di media sosial milik mereka dengan caption, "Legenda Barang Antik Renville, Samuel Abner salah mengira sebuah lukisan merupakan barang palsu!"
Wajah pemilik toko itu memucat. Dia kemudian mencengkram lengan Samuel dengan erat dan bertanya, "Samuel Abner, apa yang baru saja kamu katakan?"
"Salah sangka dan kami telah keliru menilai lukisan itu!" jawab Samuel Abner.
"Berhentilah berpura-pura. Harta berharga itu, kalian semua memeriksanya bersama-sama bagimana bisa kamu mengatakan jika kalian semua melakukan kesalahan? Akan sangat meyakinkan jika hanya satu orang yang melihatnya. Tapi, bagaimana mungkin kalian semua melakukan kesalahan yang sama?" tanya pemilik toko itu dengan cemas.
"Kita semua telah melakukan kesalahan. Lukisan itu asli. Tidak hanya asli, tapi lukisan itu telah diwariskan dari generasi ke generasi. perkiraan harganya diperkirakan juta Dollar."
"Lukisan itu di buat oleh Tang Bohu yang terkenal. Tang Yin hanya menggambar gambaran geometris dan kebanyakan hanya menggambar sembarangan. Namun, dia telah berusaha sekuat tenaga Untuk lukisan itu. Lukisan itu juga punya latar belakang ceritanya.
"Pada tahun Tang Yin menjalani tes di Bjing, dia di jebak. Meski dia tidak terbukti bersalah setelah penyelidikan, namun reputasinya telah hancur."
"Setelah dia kembali, dia sangat terpuruk sehingga di melukis lukisan lain yang membutuhkan waktu lima belas tahun untuk menyelesaikannya. Sayangnya dia meninggal ketika selesai. Lukisan yang telah di ambil orang barusan adalah, lukisan terakhir."
"Karena diwariskan selama beberapa generasi, nilainya di perkirakan seratus juta Dollar. Lukisan ini nilainya sangat tinggi. dan merupakan harta Karun!"
Wajah pemilik toko itu memucat setelah mendengar penjelasan Samuel. Bernilai tinggi dan harta Karun? tetapi itu telah di anggap lukisan palsu dan tak berharga?
Para penjual dan pemilik toko yang ada di sana juga terkejut mendengar sejara dari lukisan itu. Sebuah karya Tang Bohu yang legendaris dijual seharga seribu Dollar.
"Kepada siapa kamu menjual lukisan itu?" Samuel bertanya setelah menyadari kenyataan yang ada.
Setelah kembali kepada akal sehatnya, pemilik toko itu melakukan panggilan telepon. "Aku ingin kamu memeriksa latar belakang Seseorang ..."
Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, dia memegang lengan Samuel dan berkata, "Tuan Samuel, aku akan membayar makan malam, malam ini. Antara lukisan dan pemuda itu, aku semakin penasaran dengannya. pria itu cukup beruntung telah membelinya. Jika dia tahu bahwa itu asli, maka ..."
Pemilik toko itu memikirkan kemungkinan itu sebelum ekspresinya berubah. Bahkan Samuel Abner, seorang legenda di Asosiasi Barang Antik Renville, tidak dapat memastikan bahwa lukisan itu asli. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang tidak di kenal seperti Revan bisa mengetahuinya?
Ada sesuatu yang aneh.
Tetapi setahu pemilik toko itu, dia belum pernah mendengar tentang pemuda ini di Asosiasi Barang Antik.
Penjual di toko samping pemilik lukisan tadi masih terkagum-kagum. Sebelum dia menyadari, pemilik toko itu sudah menyeret Samuel keluar dari tokonya.
"Namanya Benny dari Blood Antique?" penjualnya hanya mengira jika nama itu tidak asing tadi.
Tiba-tiba mata penjual itu terbelalak kaget.
"Ya Tuhan ... Blood Antique!" serunya setelah dia melihat Benny berjalan masuk kedalam toko.
"Ya Tuhan, tempat aku mendirikan stan ternyata bersebelahan dengan toko pemilik Penjual barang Antik top di kota Renville, Blood Antique!"
...
Dua hari kemudian.
Hotel Paradise ...
Seluruh lantai dua hotel telah di pesan untuk sebuah acara khusus. Hari ini adalah hari ulang tahun nyonya besar Barnes yang ke Tujuh puluh lima tahun dari keluarga Barnes.
Status keluarga Barnes di kota Renville tidak rendah karena mereka memiliki kekuasaan yang besar.
Didepan Hotel, Laura Barnes melihat ke kejauhan dengan ekspresi cemas. namun, sesaat kemudian, kecemasannya pun menghilang setelah melihat kemunculan Revan.
Ketika Revan melihat wanita cantik yang sedang menunggunya, dia berlari kecil kearah wanita itu, "Hai, sayang maaf saya agak telat!" kata Revan sambil tersenyum lembut.
Melihat senyum Revan, ekspresi jijik terlihat jelas di wajah Laura lalu berkata, "Mana hadiah yang sudah ku suruh kamu siapkan untuk nenek?"
Sambil menunjukan sebuah kotak hadiah yang telah di bungkus rapi, Revan berkata, "Jangan khawatir, aku yakin nenek akan menyukai hadiah ini!"
"Jika kamu bahkan tidak dapat menyelesaikan tugas sederhana ini, mari kita bercerai saja!" kata Laura.
"Jangan khawatirkan tentang itu sayang." kata Revan sambil tersenyum cerah.
Mendengar Revan memanggilnya dengan sebutan sayang, wajah cantik Laura berubah muram, dia pun berkata dengan jijik "Sudah saya katakan, jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu!"
"Baiklah!" jawab Revan dengan canggung.
"Ayo masuk!" Laura masuk kedalam hotel m tinggalkan Revan.
Setelah melihat Laura masuk, Revan buru-buru mengikutinya dari belakang.
Lantai dua sudah di penuhi oleh seluruh anggota keluarga Barnes saat keduanya tiba.
"Laura, akhirnya kamu datang!"
"Bagaimana dia bisa terlambat bahkan di hari ulang tahun Nyonya besar Barnes? Sangat tidak sopan!" komentar Jesica Barnes. "Hemm, bahkan orang sakit bisa ada disini. bagaimana kamu masih bisa hidup dengan tampangmu seperti itu?" ejek Jesica setelah melirik penampilan Revan.
Jesica Barnes adalah sepupu Laura. meskipun dia cantik, dia seperti ular. Dia sangat tidak menyukai Revan dan Laura.
"Laura, mengapa kamu membawanya kesini?" tanya Nadine sambil memutar bola matanya dengan ekspresi tidak senang.
"Bu, ini adalah ulang tahun nenek. Revan adalah suamiku. Jika saya tidak membawanya kesini, para kerabat kasti akan bergosip tentang ini." kata Laura dengan frustasi.
"Baiklah! pergi dan cari meja untuk dirimu sendiri!" Nadine memberi isyarat kepada Laura untuk duduk.
Namun, Revan mengikuti Laura lalu duduk di sampingnya. "Pergilah dan cari tempat duduk lain. Kursi ini sudah di pesan orang lain." perintah Nadine dengan suara dingin.
"Ibu, meja ini untuk keluarga Barnes, mengapa Revan tidak di perbolehkan duduk disini." tanya Laura dengan ekspresi kesal.
"Dia harus bersyukur karena memiliki tempat duduk. Mau apa lagi? Jawab Nadine dengan santai.
Tanpa menunggu jawaban dari Revan, Nadine berdiri dan menyambut Martin dengan ekspresi gembira, "Hai, Martin juga ada disini"
Revan berbalik dan melihat Martin yang berjalan kearah mereka sambil membawa dua kotak hadiah.
"Nyonya Nadine, maaf atas keterlambatan saya. jalanan lumayan macet!" Martin meminta maaf dengan sopan dan menyerahkan sebuah kotak hadiah untuk Nadine. "Nyonya Nadine, ini hadiah kecil untuk anda!"
Sambil menerima hadiah tersebut, Nadine tersenyum puas. "Kamu tidak perlu membawa hadiah. Kehadiranmu sendiri adalah hadiah terbaik! kemarilah, duduk disini!"
Dia menyuruh pria itu duduk tepat di samping Laura.
Melihat itu, wajah Revan muram. Nadine memberikan kursi yang seharusnya di tempati Revan kepada Martin.
"Halo Laura!" sapa Martin sambil tersenyum hangat.
"Ibu, apa yang ibu lakukan?" tanya Laura. Dalam hatinya berpikir, kali ini ibunya sudah melewati batas.
"Martin adalah tamu. Kamu harus menyambutnya. Hanya ada perbedaan usia dua tahun di antara kalian berdua. Sehingga lebih banyak topik menarik yang kalian bicarakan!" kata Nadine sambil memelototi Laura.
Mendapat pembelaan dari Nadine, Martin sangat gembira sambil menatap Revan dengan ekspresi jijik.
"Nyonya Nadine, aku akan menyapa Nyonya besar Barnes terlebih dahulu!" kata Martin sambil berdiri untuk memberi ucapan selamat kepada Nyonya Besar Barnes.
Nadine tersenyum lebar sambil mengangguk. "Tentu ... Jika Nyonya Besar Barnes tahu kamu datang untuk menemuinya, aku yakin dia akan sangat senang!"
Martin berjalan menghampiri Nyonya Besar Barnes sambil memegang bungkusan hadiah yang sudah dia siapkan.
"Nyonya Besar Barnes, saya Martin datang untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun Yang ke Tuju Puluh Lima. semoga panjang umur dan mendapat limpahan berkah. Ini hadiah kecil dariku!" ucap Martin sambil menyerahkan kotak hadiah yang telah di bungkus dengan indah.
Melihat kemunculan Martin, Nyonya Besar Barnes tersenyum lembut padanya. Semenjak Tuan Besar Barnes meninggal, seluruh keluarga Barnes berada di bawa kendali Nyonya Besar Barnes. Namun pada saat yang sama, pengaruh dan kekuasaan keluarga Barnes terus menurun.
Martin berasal dari keluarga Barrett yang juga merupakan sala satu keluarga terkemuka di kota Renville. Jika mereka bisa menjalin hubungan baik dengan keluarga Barrett, itu akan sangat bermanfaat bagi keluarga Barnes.
**********