"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Yang Ku Ajak Serius
...“Saat ini ada seorang gadis yang sedang ku ajak serius.” – Leonidas Salvatore...
Siang itu, di sebuah restoran mewah yang terkenal, sekretaris Aksa Group sudah melakukan reservasi di ruangan VIP. Leon hadir di sana untuk menerima ajakan makan siang dari Pak Roby ditemani Bianca. Sedangkan Alfred siaga di kantor sembari melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya.
Saat ingin masuk ke dalam ruangan VIP, seorang wanita yang tak asing di mata Bianca, menahan tangannya saat Bianca ingin masuk.
“Maaf, Mba. Pak Roby ingin bicara bertiga dengan Pak Leon,” ucap Elvy sambil tersenyum.
“Bertiga?” tanya Bianca sambil mengerutkan keningnya bertanya pada sekretaris andalan Aksa Group.
Elvy hanya mengangguk. Sedangkan Leon, ia terkejut saat mendengar bahwa perjamuan makan siang ini ternyata bukan hanya ia dan Pak Roby. Tapi ada seseorang lagi di dalam sana. Siapa? Apakah kakak iparnya?
“Bianca, ajak Elvy makan siang sambil menungguku selesai makan siang dengan Pak Roby,” perintah Leon pada Bianca dengan wajah yang datar, “gunakan kartu kredit perusahaan yang kau pegang.”
“Baik, terima kasih, Pak,” sahut Bianca.
“Terima kasih, Pak Leon,” ucap Elvy.
Bianca beranjak dari pintu ruangan VIP saat Leon sudah masuk ke dalam sana. Sembari berjalan menuju ruangan makan untuk pengunjung umum di restoran itu, Bianca bertanya-tanya siapa satu orang lagi yang ada di dalam ruangan itu? Apa ia tanyakan saja pada Elvy?
“Ah … ntar aja pas lagi makan,” pikir Bianca.
Sementara itu, di ruangan makan VIP, Leon menatap heran ke arah seorang wanita yang sedang duduk di samping Pak Roby.
“Cindy? Ngapain dia ikutan makan siang?” batin Leon. Ia menatap sekilas ke arah Cindy yang merupakan adik kandung Anya, istri Reinhard Salvatore. Namun sesaat kemudian ia membuang pandangannya dari gadis yang sekilas terlihat munafik itu.
“Gimana kabarmu, Nak?” tanya Pak Roby sambil tersenyum dengan tulus. “Maaf, aku baru bisa mengajakmu makan siang setelah kamu berada di Indonesia beberapa minggu.”
“Baik,” sahut Leon sambil duduk berseberangan dengan Pak Roby dan Cindy.
“Aku mengerti dengan kesibukan Bapak,” imbuh Leon singkat.
“Oh iya, kamu masih ingat dengan Cindy, ‘kan? Walaupun kalian ketemu cuma sekali saat pernikahan Rein dan Anya, tapi pasti kamu ingat dengan wajahnya.”
Leon hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Sambil makan aja,” ucap Pak Roby sembari mengarahkan tangannya menunjuk ke beberapa makanan yang sudah terhidang di atas meja. “Kalau makanannya nggak enak atau kamu ingin makanan yang lain, aku akan menekan bel agar waitersnya ke sini.”
“Nggak masalah. Aku bukan orang yang pemilih kalau soal makanan,” tutur Leon sembari berusaha sopan. Padahal, ia merasa sangat tak nyaman saat itu. Bukan karena tak nyaman dengan kebaikan Pak Roby, ia lebih merasa frustasi kenapa gadis yang selama ini tak memiliki sangkut pautnya dengannya ikut hadir di ruangan itu? Pasti makan siang kali ini memiliki tujuan tertentu.
Setelah semuanya mengambil makanan yang terhidang ke atas piring mereka, di saat ketiganya menyantap makanan hampir setengah, Pak Roby kembali membuka pembicaraan.
“Seperti yang kamu tau, persahabatan aku dan mendiang kedua orangtuamu boleh dikatakan sudah seperti saudara. Aku harap, kamu juga bisa bersahabat dengan Cindy. Bahkan kalau memang belum ada calon, aku berharap kamu mau mencoba menjalin hubungan yang serius dengannya,” papar Roby yang berharap memiliki 2 orang menantu dari Salvatore Group.
“Dia anak yang baik. Lagipula kamu bisa lihat sendiri wajah dan penampilannya yang tak kurang satupun bahkan bisa disebut sempurna,” jelas Pak Roby mengangkat nama baik anak bontotnya.
Tebakan Leon benar. Tak mungkin makan siang yang dihadiri orang tak penting itu tanpa maksud dan tujuan. Ternyata tujuan makan siang kali ini adalah pernikahan? Ck!
Saat Pak Roby mempromosikan anaknya kepada Leon, Leon mendadak tak bisa menahan tawanya. Namun ia berusaha menghormati pria tua yang ada di depannya saat ini. Bukan karena ia takut melawan dan bersinggung dengan Aksa Group, hanya saja ia masih harus menjaga sikap sampai semua kebusukan yang telah Anya lakukan terbongkar.
“Terima kasih untuk tawaran baik, Bapak. Tapi … saat ini ada seorang gadis yang sedang ku ajak serius,” tolak Leon dengan halus sambil tersenyum tipis.
Pak Roby terlihat sedikit kecewa. Namun, Cindy yang sejak tadi berdiam diri, ia membuka pembicaraan.
“Wah … pasti perempuan itu beruntung sekali ya,” puji Cindy sambil tersenyum dengan mata yang berbinar-binar. “Aku harap hubungan itu berlangsung sampai ke jenjang pernikahan.”
Mendengarkan ucapan Cindy, Leon mendadak tersentak. Tiba-tiba ia membayangkan Bianca yang sedang berbalut gaun putih berjalan di atas altar menuju ke arahnya. Ah … membayangkan pemandangan seperti itu saja wajah Leon mendadak merah karena terpesona dengan senyuman gadisnya.
“Kebetulan, aku ‘kan baru selesai wisuda … aku boleh nggak magang jadi sekretaris Kak Leon?”
Permintaan Cindy sukses membuyarkan khayalan Leon. Wajah yang semula tersipu malu membayangkan Bianca, mendadak suram dan terpampang jelas kekesalan di wajahnya.
“Maaf, sekretaris di kantor—”
“Cuma magang kok, Nak,” potong Pak Roby, “lagipula kamu nggak usah kasih dia gaji. Cukup berikan dia pengalaman.”
“Kenapa nggak di Aksa Group aja? Lagipula, Jonas ‘kan sebentar lagi akan menggantikan Bapak sebagai CEO Aksa Group?” papar Leon yang sudah mendapat kabar bahwa anak pertama Pak Roby yang akan meneruskan perusahaan besar itu.
“Nggak mau. Kak Jonas orangnya kaku. Lagian dia kalau ngajarin Cindy, selalu marah-marah,” dalih Cindy beralasan agar ia bisa ditempatkan sebagai sekretaris magang di perusahaan Salvatore Group.
“Akan aku pikirkan,” ucap Leon yang tak langsung memberikan jawaban kepada dua orang yang ada di sebrangnya. Meskipun ia begitu kesal setengah mati harus selalu bertemu dengan gadis munafik itu, tapi ia memikirkan keuntungan yang akan ia dapatkan jika ia bisa mencari tau semua hal-hal buruk yang gadis itu lakukan. Lagipula, Cindy itu dikenal dengan anak kesayangan Pak Roby. Bisa saja gadis itu kelak menjadi senjatanya.
Usai menyelesaikan makan siang, Leon berpamitan untuk segera kembali ke kantor. Ia bergegas menghampiri Bianca usai menanyakan di mana gadis itu makan dengan Sekretaris Elvy.
“Bianca, udah selesai makan?” tanya Leon dingin.
Bianca yang saat itu baru saja selesai makan dan menenggak tegukan terakhir di gelasnya, ia bergegas berdiri dari duduknya. “Sudah, Pak.”
“Ayo kembali ke kantor.”
Bianca mengikuti Leon dengan tergesa-gesa. Namun ia harus membayar tagihan makanan terlebih dahulu ke kasir sementara Leon sudah berjalan lebih dulu menuju parkir mobil.
“Ck! Dia pikir aku sebodoh Kak Rein?!” geram Leon dalam hati. Memikirkan kakaknya yang dikhianati bahkan hampir kehilangan nyawa saja sudah membuat darahnya mendidih, apalagi membayangkan gadis munafik yang ada di depannya tadi akan disandingkan dengannya?
“Anak baik? Ck! Dia nggak tau aja anaknya itu pelacur yang dijadikan piala bergilir! Ada hati ingin menggantikan posisi Bianca dari sisiku.”
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG…...
semangat terus🥰💪