Di sebuah kota yang terlupakan,ada sebuah rahasia tersembunyi. Rahasia yang dapat merubah hidup seorang gadis perantau , yang menemukan cinta pertama nya di tempat ia bekerja. Hubungan mereka bermula dari interaksi sederhana di kafe,yang kemudian berkembang menjadi perasaan yang mendalam. Namun, seperti halnya banyak kisah cinta lain nya,ego masing-masing menjadi rintangan yang sulit diatasi.Ketika mereka berdua menyadari kesalahan dan merindukan kebersamaan, tampak nya sudah terlambat.Kehadiran teman dekat yang kini menjalin hubungan dengan orang yang dicintai nya menambah luka di hati gadis itu.Meski perasaan nya belum sepenuh nya hilang,ia menyadari bahwa cinta sejati seharus nya tidak hanya tentang memiliki,tetapi juga tentang merelakan dan berharap yang terbaik untuk orang yang dicintai.Dengan hati yang berat,ia memutus kan untuk melanjut kan hidup nya.Membawa serta kenangan dan pelajaran berharga dari cinta pertama nya. Akan kah kebenaran sesungguhnya akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhylara_Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Pertemuan
Saat itu matahari terbenam, dan cuaca telah memburuk. Awan gelap menyelimuti langit, menciptakan simpul yang berputar di atas kepala . Trotoar sepi, dan angin berembus dingin. Di gang, sampah-sampah bertebaran di trotoar berminyak dan tempat sampah restoran telah ditelan oleh bayangan tinggi.Tapi heran nya orang tetap ramai datang ke kafe, yang Aruna fikir bakal sepi, tapi nyata nya masih ramai pelanggan.
Dari sekian banyak nya pelanggan, tidak tau kenapa mata aruna tertuju pada sosok pria yang baru saja datang. Dengan jaket kulit berwarna hitam yang menempel erat di tubuhnya, dia terlihat seperti seseorang yang baru saja menyelesaikan perjalanan panjang.
Aruna merasa ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Senyum hangat dan tatapan matanya yang dalam memberikan kesan misterius namun mengundang. Dia berjalan menuju meja kosong di pojok ruangan, mengibaskan air dari rambutnya yang gelap. Seperti alunan lagu yang tengah diputar di dalam kafe, yang terdengar samar-samar ditelinga Aruna.
...🎶 Mata ku bertemu dia...
...Ada rasa yang berbeda ...
...Hatiku mulai bicara...
...Dengan hangat hati miliknya ...
...Dia bukanlah rasa yang aku kenal...
...Melihat ku dengan cara yang tak sama...
...Kata-katanya bukan kata yang biasa...
...Membuatku merasa istimewa...
...Kau selalu menggodaku...
...Mengganggu hari sedih ku...
...Kau buat aku marah...
...Tapi tanpamu aku rindu 🎶...
...🎵Kau yang Berbeda - VLAB...
Aruna penasaran, siapa gerangan pria itu dan apa yang membawanya datang ke kafe ini di tengah hujan deras? Tanpa disadari, Aruna terus memperhatikannya, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang dirinya hanya dari gerak-geriknya.
Sementara itu, suasana kafe yang hangat dan aroma kopi yang menggoda semakin membuatnya merasa nyaman di tengah cuaca yang dingin.
Setelah beberapa saat, ternyata pria itu tidak datang sendirian, beberapa saat ia duduk datang lah serombongan teman-teman nya yang juga ikut bergabung dengan nya di kafe itu. Mereka semua tampak ceria dan penuh semangat, membawa suasana gembira ke dalam kafe tersebut.
Percakapan mereka dipenuhi dengan tawa, dan sesekali terdengar cerita-cerita lucu yang membuat orang-orang di sekitar mereka turut tersenyum. Ariell sebagai staf kafe dengan ramah melayani pesanan mereka.
"Dek,tolong buatin minuman ini ya, buat mereka yang ada di sudut sana," pinta Ariell.
"Hah? A-ah iya kak, Aruna buatin dulu," lanjut Aruna kaget karena ia sedang melamun.
"Oke, kakak sama Stevanny buatin makanan pesanan mereka juga. Kalau udah selesai kamu langsung antar aja ke meja mereka, ya!" lanjut Ariell.
"Iya, Aruna faham kak." Gumam nya.
Beberapa saat kemudian, Aruna pun mengantar minuman tersebut ke meja yang sudah di tunjuk oleh Ariell. Dan meja mulai dipenuhi dengan berbagai hidangan dan minuman. Aroma kopi yang harum bercampur dengan wangi kue-kue yang baru keluar dari oven, menciptakan suasana yang hangat dan nyaman.
"Permisi...silahkan minuman nya kak," ucap Aruna. Tak lupa memberikan senyum ramah kepada serombongan pria itu.
"Oh iya, taruh disini aja dek! Makasih ya," seru salah satu pria yang ada di rombongan tersebut.
"Iya sama-sama kak," lirih Aruna sembari meninggalkan meja mereka.
Aruna kemudian melangkah kembali menuju dapur, memastikan semua pesanan berjalan lancar. Dia menikmati suasana kafe yang ramai, di mana tawa dan obrolan hangat memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang penuh keceri-aan.
Setiap hari, Aruna bertemu dengan banyak orang yang berbeda, dan bagi dia, setiap interaksi adalah kesempatan untuk belajar dan berbagi kebahagiaan.
"Kenapa dek?" Tanya Ariell tiba-tiba, mengagetkan Aruna yang tengah melamun.
"Hmm? Gapapa kok kak," jawab aruna dengan terbata-bata.
Ariell menatap Aruna dengan penuh perhatian, menyadari ada sesuatu yang mungkin mengganggu pikiran adiknya itu. Namun, dia memilih untuk tidak mendesak, memberikan ruang bagi Aruna untuk berbicara jika dia mau.
Malam itu, setelah pelanggan terakhir pergi dan kafe mulai sepi, Aruna duduk di salah satu meja, menikmati secangkir teh hangat. Ariell mendekat dan duduk di sebelahnya. "Kalau ada yang ingin diceritakan, kakak siap mendengarkan, Aruna" ujar Ariell lembut, mencoba memberikan dukungan tanpa paksaan.
Aruna tersenyum kecil, merasa bersyukur memiliki kakak yang pengertian. "Terimakasih kak, kadang-kadang Aruna hanya merasa lelah, tapi melihat semua orang senang di sini membuat semuanya terasa lebih baik."
Ariell mengangguk paham. "Kita semua butuh istirahat sesekali. Jangan lupa jaga kesehatan mu juga, ya."
Percakapan mereka berlanjut dengan cerita-cerita ringan dan canda tawa, menutup malam dengan kehangatan.
Hari berikut nya, Aruna mengerjakan pekerjaan nya seperti biasa. Ia selalu cekatan, jikalau ada meja yang berantakan. Tampa Aruna sadari, dalam keramaian ada sepasang mata yang tengah diam-diam menatap kearah nya.
Hal itu ia ketahui, karena Aruna tidak sengaja melirik ke arah si pemilik sepasang mata tersebut. Aruna mencoba untuk bersikap biasa saja, dan sesekali juga melirik kearah pria itu lagi yang di duga memperhatikan diri nya sedari tadi.
Dan benar saja, saat Aruna melihat kearah rombongan pria itu, mata Aruna langsung tertuju pada si pemilik mata yang juga menatap dirinya. Hal itu sontak membuat aruna kaget, karena pria itu malah tidak berhenti untuk melihat ke arah dirinya. Hingga akhirnya Ariell malah meminta aruna untuk melayani dan menanyakan apa saja pesanan mereka .
"Silahkan kakak mau mesan apa?" Ucap nya sopan, tapi agak ngeri-ngeri sedap, karena salah satu dari orang yang di tanyai nya, ada pria yang tadi memperhatikan dirinya.
"Saya mesen capucino sama teh tarik nya satu, dingin ya!" pintanya dengan lembut berbicara kepada Aruna. Kalian mesen apa? buruan! Kasian adek nya nunggu lama gegara kalian kebanyakan mikir!"
"E-eh gapapa, santai aja kak," jawab Aruna sungkan memotong pembicaraan dari pelanggan nya itu.
"Minas nya satu!"
"Kalau saya kopi susu satu!"
"Hah?" Sontak Aruna bersuara keras karena ia kurang mendengar apa yang dipesan oleh teman pria itu, dengan ekspresi yang lucu.
Mengulum bibir, karena melihat tingkah yang di tunjukan Aruna "Berarti capucino satu, teh tarik satu, kopi susu satu, sama minas nya satu dek." jawab salah satu pelanggan nya itu membantu Aruna mengingat pesanan mereka semua.
"A-ah iya, mohon di tunggu ya kak," titah nya langsung menuju ke dapur. Aruna pun mengatakan apa yang di pesan oleh pria itu kepada Ariell juga Stevanny. Meski Aruna rada-rada lupa, karena pesanan pria itu cukup banyak untuk kapasitas ingatan Aruna yang baru bergabung di sana.
"Gimana?"
"Aruna pusing kak, pesanan nya banyak amat...mana beda-beda lagi," ujar Aruna menyeringai. "Bentar, Aruna ingat-ingat dulu, eee capucino satu, teh tarik satu, terus kopi susu satu, sama satu lagi Aruna lupa kak!!! aaaa ha iya minas satu."
"Itu aja?" tanya Ariell mengerut kan kening nya. Apa nya yang banyak dek, cuman empat macam itu mah."
"Heheh, iya dikit buat kakak, kan kak Ariell udah lama di sini, ya jelas itu gampang buat kakak," ujar Aruna dengan polos nya.
"Yaudah ayok mulai, mereka udah nungguin lho dari tadi," bisik Stevanny menghentikan perdebatan sepele antara Aruna dan juga Ariell.
"Iya, kamu bikin minas nya, selebih nya biar kakak sama Aruna yang kerjain."
"Oke." Stevanny pun bergegas membuat makanan yang disuruh oleh Ariell.
"Aruna, tolong ambilin kakak batu es di kulkas depan," pinta Ariell.
"Iya bentar kak,"
Beberapa saat kemudian, makanan dan juga minuman yang di pesan sekelompok pria itu pun jadi. Aruna dan teman-teman nya langsung kedepan, dan menyajikan pesanan mereka satu persatu.
"Silahkan kak...ini makanan sama minuman yang tadi kakak pesen," Ucap Aruna Ariell dan juga Stevanny sambil menyajikan pesanan tersebut secara bergantian.
"Iya, makasih kak, dek," seru sekelompok pria itu tersenyum kepada mereka bertiga.
"Ngomong-ngomong, nama nya siapa, dek?" Tanya salah satu pria yang kemudian tersenyum melirik ke arah teman-teman nya, seakan mereka bicara lewat fikiran masing-masing.
Disisi lain, Aruna yang sibuk sendiri, tidak menghiraukan pertanyaan yang di ajukan orang yang berada di hadapan nya. karena ia berfikir mungkin, mereka bertanya kepada Ariell dan juga Stevanny. Itu sebab nya ia hanya diam tak menanggapi pertanyaan dari pria itu.
Tiba-tiba ariell menepuk pundak Aruna, dan menatap diri nya. Seolah Ariell memberi isyarat, yang Aruna tidak fahami sama sekali. Ariell pun angkat bicara dan menjelaskan pada Aruna apa maksud dari isyarat yang di berikan kepada nya tadi.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
Mari saling mendukung🤗