MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 20
"Katakan sekarang !!" sentak Owen
Tahanan 1 menarik nafas sejenak, lalu menatap Owen dengan serius. "Wibhawa yang menyuruhku " serunya tanpa keraguan.
"Apa hubungannya dengan Wibhawa ? Kau tahu anak kecil itu adalah keluarga ku?" Owen berfikir apakah pria di depannya ini tahu siapa Jun sebenarnya atau hanya sekedar suruhan saja.
Pria itu tersenyum miring menatap Owen . "Aku tahu siapa dia. Dia Haneul, putra angkat Elvin. Benar kan? Anak itu berasal dari negara K"
"Haneul? itu bukan namanya"
"Itu nama pemberian orang tuanya. Aku tidak tahu kalian memanggilnya siapa. Yang pasti dia adalah Haneul"
"Bagaimana kalau kau salah orang?" Owen masih belum percaya. Bisa saja mereka salah sasaran walaupun penjelasannya tadi sangat sesuai dengan Jun .
"Aku tidak mungkin salah orang, karena kami tahu siapa yang wanita itu berikan saat teman-teman ku mengejarnya di negara K 11 tahun silam"
Owen diam mendengarkan penjelasan pria itu. Semua perkataannya sangar tepat, dimana Jun pertama kali bertemu dengan Elvin dan Clara kala itu.
"Apa tujuan Wibhawa menginginkan Haneul?" Owen sengaja tidak menyebut nama Jun , karena ia tidak mau pria itu mengetahuinya.
"Aku tidak tahu alasannya. Kami hanya disuruh. Yang tahu semua itu hanya tangan kanannya saja" ia benar-benar tidak tahu alasannya. Ia hanya di perintahkan untuk menangkap Haneul.
"Kau tahu siapa nama ibu Haneul?"
"Aku tidak tahu pasti, tapi aku pernah mendengar Wibhawa menyebutnya nona Yu. Entah itu singkatan atau apa, aku tidak tahu"
Owen tidak memberikan respon apapun setelah mendengar jawaban tahanan 1. Ia berbalik dan akan meninggalkan ruang tahanan.
"Kau harus menepati janji mu!!" teriak Tanahan 1.
"Pasti" jawab Owen dengan kepala menoleh ke belakang. Ia mengeluarkan pisau kecil dari jasper celananya dan melemparkannya tepat di leher tahanan 2.
Darah meluncur bebas dari luka tusukan pisau. Tahanan 2 meregang nyawa. Bagi Owen....ia sudah tidak memiliki urusan lagi dengannya. Ia masih mempertahankan tahanan 1 karena masih membutuhkan informasi dan juga janji yang ia harus tepati. Janji tetaplah janji.
.
.
Hati sudah malam, jam telah menunjuk angka 9. Jun juga sudah tidur di kamar Dadda-nya, sementara Elvin masih berada di ruang kerjanya melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai di kantor siang tadi.
Ketika ia begitu fokus menatap layar leptopnya, suara ketukan pintu dan juga seseorang yang langsung membukanya.
"Elvin ... mommy mau ngomong sesuatu " mommy membuka pintu agar tubuhnya bisa masuk, walaupun sang putra belum berkata mengizinkan.
"Ada apa, mom?" Elvin memutar kursinya menatap sang mommy yang kini sudah duduk di sofa yang bersandar di dinding sebelah kirinya.
"Bagaimana dengan permintaan mommy waktu itu? Apa kamu belum mau belajar dekat dengan Gita ? Mommy lihat kamu sangat cuek padanya, padahal dia hampir saja kehabisan nafas demi putramu " mommy kembali mengungkit soal perjodohan itu.
Elvin menghela nafas. "Aku tidak ingin membahasnya, mom, dan keputusan ku tetap sama. Bukannya mommy memberi ku waktu 3 bulan untuk menentukan pilihan ku, kenapa sekarang bertanya lagi?"
"Mommy berubah pikiran. 3 bulan terlalu lama. Mommy sama Daddy juga berencana mau melamar Gita 2 Minggu lagi"
"Mommy apa-apaan sih?" Elvin tak terima mendengarnya. "Mommy gak bisa rubah keputusan begitu dong. Mommy juga harus ngerti dengan kondisi sekarang. Masalah Jun belum selesai. Jangan membuat pikiranku terpecah-pecah, mom. Aku ingin fokus dengan masalah Jun lebih dulu"
"Bukan maksud mommy mau buat pikiran mu pecah, cuman kan bagus kamu punya tempat untuk berbagi, saling memberikan solusi "
"Enggak. Aku pendirian ku tetap sama. Sudahlah.... mending mommy keluar, aku punya banyak kerjaan " Elvin memutar kursinya kembali menatap ke layar leptopnya yang masih menyala.
"Mommy akan tetap melamar Gita 2 Minggu lagi" mommy tetap pada pendiriannya. Ia berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu.
"Terserah mommy. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku tidak menginginkannya. Bukan salahku kalau ayah dan juga Gita harus kecewa dengan sikap ku yang mengabaikan Gita. Jangan pernah berharap aku akan perhatian dengannya " sahut Elvin dengan tatapan dinginnya.
Mommy hanya diam melirik sang putra. Ia tetap akan melakukannya. Menurutnya Elvin pasti akan menerima Gita cepat atau lambat. Sama seperti Clara dulu.
Di dalam ruang kerja pribadinya, Elvin sedang memijit pangkal hidungnya. Ia jadi tidak mood untuk melanjutkan pekerjaannya lagi. Alhasil ia berhenti dan keluar dari sana menuju kamarnya. Ia akan istirahat lebih cepat hari ini.
......................
Sudah 10 hari berlalu, dari insiden yang menimpa Bintang , Anggitha dan Jun waktu itu. Jun juga sudah sekolah seperti biasa, tapi kali ini di antar oleh Owen demi keamanannya.
Sementara Anggitha , di antara oleh sang ayah, namun Felix juga sering mengantarnya pulang dan terkadang juga mengantarnya ke sekolah.
Hubungan keduanya terlihat semakin akrab semenjak Anggitha keluar dari rumah sakit. Felix jadi lebih sering bertemu dengannya. Semenjak kejadian hari itu, masih ada rasa trauma yang ia rasakan. Ayah juga jadi khawatir dengannya dan tidak mengizinkan Anggitha pergi seorang diri.
Sama seperti saat ini, Felix tengah menjemput Anggitha pulang dari mengajar. Ia tengah menunggu di depan pintu gerbang. Murid-murid sekolah dasar juga sudah tampak pulang satu persatu.
Tak lama kemudian munculah Anggitha dengan tersenyum. "Maaf ya, lama" ucapnya.
"Enggak pa-pa. Mau langsung pulang?" ucap Felix.
"Kita singgah di toko bakery dulu ya? Aku ingin beli kue" ucap Gita seraya naik ke atas motor.
"Oke, Bu guru" canda Felix. Gita hanya terkekeh mendengarnya. Felix pun menjalankan motornya.
Setelah beberapa menit, mereka singgah di toko bakery. Anggitha dan Felix turun bersama dan memasuki toko. Keduanya tampak melihat-lihat kue yang ada di rak etalase.
Anggitha mengambil keranjang dan mengambil beberapa bungkus dengan jenis kue berbeda. Felix selalu setia berjalan disisinya.
"Pengantin baru ya?" celutuk seorang wanita kala melihat Anggitha dan juga Felix.
Felix dan Anggitha saling pandang mendengar perkataan wanita di depannya. "Pengantin baru ma begitu. Suaminya selalu ikut istri kemanapun, seakan takut di ambil orang" ucap wanita dewasa itu lagi. Mungkin umurnya sekitar 48 tahun.
Felix terkekeh kecil mendengarnya. "Iya Bu, saya takut dia diambil orang, apalagi istrinya cantik begini" ucap Felix.
Blusshh....
Pipi Anggitha tampak memerah. Ia malu dengan pujian itu.
"Jaga baik-baik istrinya. Saya pun begitu tertarik dengan istrimu yang cantik itu"
"Iya Bu. Akan saya jaga dengan nyama saja" ucap Felix dengan masih tersenyum.
Wanita itu pun meninggalkan mereka dan menuju ke rak yang lain.
"Kamu ini ngomong apa si? Ibu itu ngira kita suami istri tau" Gita memukul pelan lengan Felix. Ia masih malu-malu dengan perkataan keduanya tadi.
"Memang kenapa? kamu gak suka?" Felix menatap Anggitha .
"Bukan gitu. Aku takutnya kamu malah risih"
"Kenapa harus risih? Aku jalan sama wanita cantik. Aku yang malah mikir kamu risih jalan bersama ku. Aku tidak setampan pria-pria di luar sana, apalagi hanya bisa membawa jalan menggunakan motor "
"Aku tidak masalah dengan itu. Aku malah suka menggunakan motor. Aku bisa menghirup udara bebas, merasakan angin menerpa kulit ku. Hal ini yang dulu selalu aku inginkan. Bisa bebas kemana saja" Gita menatap Felix dalam.
Felix diam mendengar setiap perkataan Gita. Keduanya tampak saling pandang. Sampai seseorang menegurnya.
"Maaf, apa kalian masih ingin mengambil kue itu ?" tanya seorang wanita muda. Ia ingin mengambil kue yang ada di depan Gita .
"Oh... enggak. Maaf..." Gita menggeser tubuhnya dan menuju ke kasir.
"Totalnya 97.000" ucap penjaga kasir. Gita akan mengambil uangnya di dalam dompet, namun Felix sudah lebih dulu memberikan selembar uang merah.
Gita hanya diam memandangnya, sampai Felix mengajak keluar. "Aku akan mengganti uang mu" ucap Gita saat mereka sudah berada di dekat motor yang terparkir.
"Enggak perlu. Aku ingin mentraktir mu kali ini"
"Terima kasih " Felix hanya tersenyum menanggapi ucapan Gita . Ia menyalakan motornya dan menjalankannya menuju rumah Anggitha . Selam perjalanan keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing.
Anggitha yang masih memikirkan sikap Felix selama ini yang begitu baik padannya dan juga sikap yang selalu lembut padanya. Sedangkan Felix tampak berseri-seri, entah apa yang membuatnya begitu bahagia.
.
.
NEXT
smga Elvin menolak perjodohan nya.