Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik Kelemahanku
Alvin memakaikan jam tangan pada tangan Aya sesaat sebelum gadis itu menyantap sarapannya.
"Apapun yang terjadi jangan di lepas. Om antar jemput kamu tiap hari. Om ga mau kamu dekat dekat sama orang ga jelas. Ga boleh jajan sembarangan. Kalo kamu pulang lewat jam makan siang, nanti Om anterin makan siangnya." Semua keluarga sudah terbiasa mendengar omelan Alvin pada Aya sementara gadis itu hanya diam fokus dengan makanannya.
" Kamu dengerin Om kan By?"
"Denger."
"Bagus. Susunya di minum." perintah Alvin sambil mengusap kepala Aya.
"Kalo kamu begitu Aya gak akan punya temen Vin."
"Alvin cuman khawatir Bu."
"Iya, tapikan kalo temannya baik kan ga papa."
"Iya kalo baik Yah. Kalo enggak. Hati orang siapa yang tau." Alvin menjawab Ayahnya.
"Debat sama kamu emang ga ada yang bisa ngalahin Vin." Sahut Mommy.
"Itu tau. Ini semua kan demi kebaikan By."
"Ibu tau. Tapi setidaknya beri waktu Aya sedikit untuk main sama teman temannya."
"Ibu lupa kejadian yang lalu lalu."
Kata Alvin mengingatkan kejadian saat Aya di culik dulu.
Daddy menghembuskan nafas kasar. Sebenarnya Ia kasihan karena Aya tidak bisa menikmati waktunya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, kejadian itu begitu menyakitkan. 'Aku tak mau itu terulang lagi.' batin Daddy.
"Ayo berangkat By." Ajak Alvin setelah Aya menghabiskan Susunya.
"Aku berangkat dulu semua." pamit Aya sambil memberikan kecupan semua orang satu per satu.
"Hati hati sayang."
"Hati hati kak."
"Ok." jawab Aya mencubit gemas kedua adiknya.
"Ingat kata Om." Peringat Alvin setelah mobil sampai di halaman kampus.
"Iya iya. Aku turun dulu Om."
"Kamu ga lupa sesuatu?" tanya Alvin sebelum Aya membuka pintu mobil.
"Enggak kayanya. Udah Om aku turun dulu."
"By. Kamu ga pamitan dulu sama Om?"
"Kan udah Om."
"Kamu ga peka ya."
"Ih Om ga usah pake kode kode an. Ngomong aja."
"Cium dulu."
"Ih minta cium aja ribet. Sini...sini."
Aya mencium kedua pipi dan kening Alvin karena laki laki itu yang memintanya.
"Udah aku turun."
"Hati hati By."
"Om juga."
Aya turun dari mobil. Semua perhatian tertuju padanya. Kulit seputih susu dengan mata biru kehijauan serta rona merah muda di pipinya membuatnya begitu sempurna. Rambut coklat tuanya tergerai indah. Bibir pink Cherry itu tersenyum tipis membuat semua orang yang melihatnya berhenti sejenak. Alvin masih setia memperhatikan Aya dari dalam mobilnya. Pria itu mengepalkan tangannya. Melihat gadisnya dipandang dengan begitu intens oleh semua orang. "Aku tidak terima." katanya dengan sorot mata tajam.
Beberapa menit kemudian mobil mewah Alvin melaju meninggalkan kampus saat Aya sudah benar benar tak terlihat jangkauan matanya.
Aya mendudukkan diri di salah satu bangku setelah Ia memperkenalkan diri dan menjawab berbagai pertanyaan dari teman sekelasnya. "Hy Aya perkenalkan Aku Winda." sapa gadis berkacamata yang duduk di sampingnya sambil tersenyum.
"Aya." jawabnya sambil menerima uluran tangan gadis itu.
Banyak mahasiswa yang ingin berkenalan dengan Aya sampai Ia begitu risih. Untung dosen datang di saat yang tepat dan mereka kembali ke tempat duduk masing masing.
Jam mata kuliah hari ini telah usai, Aya sibuk membereskan bukunya sambil menjawab temannya yang berpamitan pulang.
"Aya, ayo makan siang." Ajak Winda saat mereka berjalan keluar kelas.
Belum sempat menjawab Ia sudah di kejutkan sebuah suara.
"Nona.Tuan sudah menunggu di mobil."
"Astaga. Mengagetkan saja." kata Aya sambil memegang dadanya karena kaget.
"Maaf Nona."
"Maaf ya. Mungkin lain kali. Aku udah di jemput." Kata Aya pada Winda yang masih berdiri di sampingnya.
"Iya. Hati hati."
"Kamu juga."
Alvin memutuskan untuk ke kamar Aya. Ingin melihat tidur tenang gadisnya setelah makan siang tadi.
Alvin mencari Aya di setiap ruangan kamar hingga kamar mandi namun gadis itu tidak ada.
"Ayah, By dimana?" tanya Alvin tergopoh gopoh menuruni tangga.
"Habis ketemu Mamanya dia pergi ke dapur sama Mommy sama adiknya."
"Ok makasih yah." Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alvin yang tidak bisa pisah dari cucu perempuan satu satunya itu.
"By." Suara bariton Alvin membuat Aya mendongakkan kepalanya.
"Apa sih Vin. Ngagetin aja."
"Kakak yang ngapain ajak By masak segala. Nanti kenapa napa gimana?" Omel Alvin ikut duduk di samping Aya.
"Lihat baik baik. Nggak ada pisau, nggak ada api. Nggak ada barang berbahaya pokoknya. Kakak udah pikirkan itu. Kakak kan cuman ajak anak kakak bikin kue kering."
Alvin memperhatikan barang barang yang ada di atas meja dengan teliti.
Tidak ada yang berbahaya disana.
"Hm..ok."
Aya fokus membuat kue dan menatanya di loyang tidak peduli perdebatan Om dan Mommy nya.
"Kakak mau nginep lagi di rumah Tante?" tanya Ano yang sedang memarut keju.
"enggak. kata siapa?"
"lah tadi Tante kesini?"
"Oh itu cuman mau ketemu aja." Jawab Aya tanpa mengalihkan perhatiannya.
"By..."
"Hm."
"Temenin Om yuk."
"Kemana?"
"Pesen tanaman."
"Kalo mau pesen berangkat sendiri Vin. Jangan ganggu."
"Tuh dengerin Mommy Om." kata Darren.
"Ish...." Desis Alvin.
"Mom."
"Iya sayang." Mommy mengalihkan perhatiannya ke Aya.
"Aku pengen piara kucing."
"Ga boleh. Kotor." Cegah Alvin.
"Biarin Vin. Iya sayang, nanti Mommy suruh Daddy beliin."
"Kak, kok di izinin?"
"Biarin Om. Nanti beli 2 Mom." Kata Ano antusias.
"Enggak boleh." Tegas Alvin. Ia takut jika waktu bersama By nya akan berkurang jika gadis itu memelihara kucing.
"Boleh ya Om. Please......" Aya menatap Alvin dengan penuh harap. Alvin menghembuskan nafasnya mengusap lembut kepala Aya.
Ia menganggukkan kepalanya. Ia benar benar tak tega jika sudah dihadapkan dengan Puppy eyes Aya. Seakan terhipnotis oleh manik mata indah gadis itu.
'Titik Kelemahanku.' Batin Alvin.
"Makasih Om."
"Makasih Mom." Aya memeluk keduanya bergantian.