Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-18
Suara umpatan yang begitu keras, sampai pada keesokan hari nyatanya tak ada kabar yang diinginkan, bahkan sesuatu di luar dugaan justru di dapatkan.
"Brengsek!, Sialan!, apa yang mereka lakukan ha!, kenapa menangkap bajingan seperti itu saja tidak bisa!" Teriaknya.
Siapa lagi kalau bukan Sandiago Gurven, di buat kepanasan karena dengan nyata pihak kepolisian tidak bisa mencekal orang yang diincarnya.
Tidak ada bukti katanya?, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, dirinya sendiri telah melihat dengan jelas bahwa Evan lah yang telah menyerang nya hingga terluka cukup parah saat ini.
"Bukankah kalian juga melihat hal itu!' teriaknya ke anak buah yang berjaga di sebelahnya.
"Maaf Tuan, kami tidak berada di dekat anda waktu itu, jadi hanya bisa melihat perkelahiannya saja, lampu sebelumnya juga telah di hancurkan"
"Sial!, apa kalian semua buta, periksa cctv!"
"Sidah Tuan, bahkan semua rekaman kemaren malam sudah kita serahkan ke pihak berwajib, dan mereka tak melihat jika orang yang anda tuduhkan adalah penyerangnya"
"Pergi kalian!, tidak berguna!" Sandiago mengusir semua orang yang berada dalam kamar rawat VVIP nya.
Terdiam sesaat, mengatur nafasnya yang tak beraturan karena termakan emosi, berpikir sangat keras bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi, tak seorang pun melihat wajah Evan saat menyerangnya, dan bahkan Cctv yang menyala 24 jam tak mempu merekam keberadaan nya.
Ditambah dengan serangkaian bukti, dimana dalam waktu yang sama, Evan jelas dalam rekaman cctv berada di tempat lain yang letaknya cukup jauh dari kejadian, bahkan butuh waktu hampir 2 jam perjalanan.
"Bagaimana bisa?, apa mungkin dia punya kembaran?, atau_, Akh!" Teriak Sandiago Gurven frustasi.
*
*
Dryana mendapatkan panggilan, dimana salah seorang pelayan di Mansion mengabarkan bahwa sang Kakek menanyakan keberadaannya.
Seperti yang sudah-sudah, Dry paham jika pasti ada salah seorang keluarganya yang memulai memainkan drama.
Siang itu, Dryana sudah bersiap kembali ke Mansion, dengan menaiki Taksi yang telah dipesan sebelumnya.
Langkah kaki itu terasa begitu berat, namun dengan pasti Dryana tetap menginjak lantai Mansion hingga bertemu dengan salah satu keluarganya.
"Tau jalan pulang juga kau rupanya" sambutan seorang wanita dengan dandanan yang mirip ondel-ondel bagi Dryana.
"Ini masih Mansion ku, mungkin bibi lupa"
"Kau yang lupa, hanya anak yang tak berguna, tak becus menambah pundi-pundi kekayaan dalam keluarga, hanya menghabiskan dan berfoya-foya saja"
"Ceramah pada diri sendiri dulu sebelum bicara, bibi lebih gila kalau soal berfoya-foya"
"Kau _!!"
"Jangan berteriak, menunjukkan kelas bibi sungguh rendah"
"Dasar anak sialan!" Teriaknya dan segera berlalu dengan wajah penuh amarah.
Begitulah yang terjadi dalam Mansion itu jika Dryana berada disana, tidak pernah mendapat ketenangan dan hanya tekanan saja.
Tapi tak mengapa, selagi semua masih membutuhkan tanda tangan Dryana, semua nya aman di bawah kendalinya, walaupun banyak uang yang bisa diambil begitu saja tanpa persetujuannya, bagaimana pun mereka berhasil mengendalikan perusahaan Mozart Company saat ini.
"Ada apa lagi?" Tanya anak laki-laki yang terlihat lusuh dengan pakaian yang dikenakan.
"Diam kau, jangan hanya mabuk dan main perempuan!, harusnya kau bisa menyingkirkan Dryana sialan itu dari dulu!" Teriak wanita yang di panggil bibi dan tak lain bernama Carla Miguel.
"Come on Mom, aku butuh Dry untuk aku lemparkan ke Sandiago Gurven, jika sampai terjadi apa-apa dengannya, kita akan berurusan dengan keluarga Gurven, apa Mommy siap untuk itu?"
"Sial!, kenapa juga si Sandiago itu menyukainya, seperti tidak ada wanita lain saja"
"Dryana berbeda Mom, dan Sandiago menyukai tantangan, begitu juga aku"
"Apa maksud mu Ricky?"
"Dryana sangat menggiurkan untuk tidak dinikmati, siapa tau setelah Sandiago bosan padanya, akan di lemparkan padaku, oh aku sangat menunggu hal itu"
"Otak kalian selain selang-kangan tidak ada lagi?!" Sahut Carla kesal juga pada anaknya.
Sementara itu, Dryana sudah memasuki sebuah kamar mewah dengan desain klasik yang terlihat sudah tua namun tetap terawat dengan baik.
"Grandpa?" Dryana menyapa dengan lembut saat seorang laki-laki tua yang berbaring diatas tempat tidur setelah lebih dulu menoleh padanya.
Ada senyuman, yang membuat Dryana selalu merasa damai saat melihatnya, kenangan masa kecil yang bahagia, itulah yang dilihatnya saat sang kakek kini menatapnya teduh penuh kasih sayang.
Hanya ada belaian lembut dari tangannya, karena sudah hampir satu tahun sang kakek sulit sekali untuk berbicara, bahkan beberapa dokter tak pernah menduga akan hal itu.
"Aku baik-baik saja Grandpa, maaf beberapa hari aku tidak bisa mengunjungi mu karena ada urusan penting di luar kota" ucap Dryana memberikan alasan agar bisa diterima dan tidak menimbulkan kecemasan.
Sang kakek tersenyum sambil mengangguk, lalu kemudian merentangkan tangan ingin sebuh pelukan.
"Grandpa manja sekali" dan keduanya tertawa.
Tawa dan kebahagiaan dimata sang kakek sudah cukup bagi Dryana saat ini, berharap dalam doa setiap hari akan ada keajaiban yang nantinya bisa mengembalikan semuanya, Dryana merindukan semua itu.
"Ada seorang pemuda yang melamar ku" ucap Dryana lalu terdiam, ada senyuman tipis dan melanjutkan "Sebenarnya, aku yang memintanya menjadi suami lebih dulu, apa aku menyedihkan Grandpa?"
Sang kakek hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, tanda dimana dirinya tak menganggap apa yang dilakukan Dryana salah.
"Dia sangat baik, laki-laki yang kuat dan tangkas, beberapa kali melindungi ku, walaupun dia seperti nya dari keluarga biasa"
Sang kakek tersenyum dan mengangguk, lalu tangannya memberi tanda untuk melanjutkan cerita.
"Aku masih belum mengenalnya lebih dalam, bahkan keluarganya tidak berada di negara ini, dan dia sedikit sekali menceritakan soal itu, bagaimana menurut Grandpa?"
Sang kakek tersenyum, dan mengangguk, aneh menurut Dryana, karena biasanya sang kakek akan menentang siapa saja yang dulu pernah dekat dengannya.
"Jadi Grandpa setuju?" Pertanyaan Dryana mendapat senyum dan anggukan, lalu melanjutkan " walaupun dia dari keluarga biasa?" Tanya Dryana lagi.
Reaksi yang masih sama, sang Kakek tersenyum dan mengangguk kembali.
"Setelah aku menikah, perusahaan akan sepenuhnya milikku, seperti yang ada dalam warisan yang sudah dituliskan, dan itu artinya, aku harus membayar hutang Mozart Company karena jelas mereka tak akan membiarkan hal itu, apalagi anak laki-lakinya tak akan menikahi ku" ada kekhawatiran yang dalam di wajah Dryana, dan sang kakek segera menggenggam tangannya.
"Maaf Grandpa, jika aku tidak bisa membuat Mozart Company bangkit kembali, pastinya perusahaan keluarga akan hilang, kemungkinan aku akan menjualnya, karena tidak mungkin aku membayar hutang begitu besar kepada Gurven Company tanpa merelakan perusahaan kita"
Tangan sang Kakek semakin menggenggam, lalu kemudian memberikan senyuman, mengangguk tanda setuju jika memang Dryana harus melakukan hal itu.
"Maaf Grandpa, maafkan aku, dan jika itu terjadi, Grandpa akan aku bawa walaupun akan tinggal di rumah sederhana nantinya, tapi aku berjanji, pengobatan mu akan jadi prioritas utama"
Sang Kakek merentangkan tangannya kembali, Dryana langsung memeluknya dengan tangis yang ditahan mati-matian.
Usapan lembut di berikan, Dryana merasa lega dan tenang, hingga seorang pelayan setia di rumah itu pun masuk.
"Saya akan ikut kemanapun Tuan besar dan Nona muda pergi" ucapnya kini duduk di lantai sambil menyeka air matanya.
Dryana terkejut, melihat pelayan yang tumbuh besar bersama Dryana, usia yang sama membuat Dryana menganggapnya seperti saudara.
"Kau bisa disini saja, aku tidak akan sanggup membayar mu seperti disini, aku tau keluargamu masih membutuhkan biaya Lhenia" ucap Dryana.
Wanita yang bernama LHENIA itu langsung menggelengkan kepala.
"Ayah yang menyuruh saya ikut kemanapun Tuan Besar dan Nona muda pergi, karena keluarga kami sangat berhutang budi, saat Ayah Kecelakaan dan tidak menjadi sopir keluarga ini lagi, Almarhum Tuan Dryan Mozart menanggung semua kehidupan kami, hingga menyekolahkan saya sampai selesai"
Dryana terdiam, saat Nama mendiang Daddy-nya disebut, rasanya begitu merindukannya.
"Baiklah" ucap Dryana.
Update lagi jam 14.00, jadi jangan lupa KOMENnya dong, walau hanya satu dua kata, untuk penyemangat author melanjutkan cerita, LIKE, VOTE, HADIAH dan Tonton juga IKLANNYA.
Bersambung.
segera halalkan Dryana lepaskan dia dari keluarga parasitnya
tinggal cling udah nyampe 😂