NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:235
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Bisikan di Balik Serat Mori

"Selamat datang di batas desa, di mana bisikan dari balik serat mori akan mulai menghakimi setiap langkahmu," bisik sebuah suara tanpa raga dari balik kabut. Aris Mardian tersentak, merasakan hawa dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang saat hamparan padang rumput kering di depannya mulai bergoyang tanpa henti. Setiap helai rumput itu ternyata bukanlah tumbuhan, melainkan ribuan benang mori putih yang tumbuh dari tanah dan terus memanjang seolah-olah ingin menggapai langit.

"Sekar! Bangun! Tempat ini bukan lagi gudang bawah tanah yang kita kenal!" teriak Aris sambil mengguncang bahu Sekar Wangi yang masih terpejam.

Sekar membuka matanya perlahan, wajahnya pucat pasi saat melihat rembulan merah yang menggantung rendah di atas cakrawala. Ia segera meraba tas medisnya, namun yang ia temukan hanyalah gumpalan kain kafan yang basah oleh cairan kental berwarna kehitaman. Sebagai seorang bidan, ia tahu bahwa bau ini adalah pertanda bahwa mereka telah menyeberang ke wilayah yang tidak lagi terikat oleh hukum ruang dan waktu.

"Jangan dengarkan bisikan itu, Aris, itu adalah suara para arwah yang jiwanya terperangkap di dalam tenunan kain desa ini," ucap Sekar dengan suara gemetar.

"Tapi suara itu memanggil namaku, Sekar! Mereka menyebutkan dosa-dosa yang bahkan tidak pernah aku lakukan!" balas Aris dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Aris mencoba menutup telinganya dengan telapak tangan, namun suara-suara itu justru terdengar semakin jelas dan bergema di dalam rongga kepalanya. Ia melihat serat-serat mori yang tumbuh dari tanah mulai melilit pergelangan kakinya, menariknya perlahan-lahan untuk bersimpuh di atas tanah gersang. Setiap sentuhan kain itu terasa seperti ribuan lidah dingin yang menjilati kulitnya, meninggalkan rasa gatal yang luar biasa dan aroma kapur barus yang menyesakkan.

"Aris, gunakan naluri arsitekmu untuk mencari pola jalan keluar di antara benang-benang ini!" perintah Sekar sambil mencoba memotong lilitan kain dengan belati peraknya.

"Pola ini tidak masuk akal, Sekar! Semuanya berpusat pada satu titik yang terus berpindah-pindah mengikuti arah angin!" jawab Aris dengan keputusasaan yang memuncak.

Aris memaksakan dirinya untuk berdiri, menatap hamparan benang mori yang kini mulai membentuk labirin raksasa di sekeliling mereka. Ia menyadari bahwa struktur tempat ini tidak dibangun dengan semen atau kayu, melainkan dengan ketakutan dan penyesalan manusia yang dijalin secara rapi. Melalui pandangan merahnya, Aris melihat bahwa setiap helai benang mori tersebut memiliki urat nadi tipis yang berdenyut searah dengan detak jantungnya sendiri.

"Mereka bukan sekadar kain, mereka adalah bagian dari kita sekarang!" jerit Aris saat melihat darah mulai merembes keluar dari serat kain putih tersebut.

"Kita harus menemukan pohon jati utama, itu adalah jantung dari semua tenunan gaib ini," kata Sekar sambil menarik tangan Aris untuk berlari menembus kabut.

Mereka berlari dengan napas yang memburu, sementara bisikan di balik kain mori berubah menjadi jeritan pilu yang memekakkan telinga. Aris melihat bayangan-bayangan hitam yang terbungkus kafan mulai muncul dari balik kabut, bergerak menyeret kaki mereka yang sudah tidak berbentuk lagi. Sosok-sosok itu tidak memiliki wajah, hanya lubang besar di bagian tengah kepala yang terus mengeluarkan asap hitam berbau belerang dan tanah kuburan.

"Itu adalah para leluhur yang gagal menjaga sumpah mereka sendiri!" teriak Sekar sambil melemparkan serbuk garam ke arah bayangan yang mendekat.

"Kenapa mereka mengejar kita? Aku tidak memiliki apa-apa yang bisa mereka ambil!" tanya Aris sambil terus memacu langkahnya yang mulai terasa berat.

Tiba-tiba, langkah mereka terhenti saat sebuah kain mori berukuran raksasa jatuh dari langit dan membentang luas di depan mereka seolah-olah menjadi tembok yang tidak tertembus. Di permukaan kain itu, mulai muncul jahitan-jahitan merah yang membentuk denah rumah tua milik keluarga Aris di tengah desa. Aris terpaku melihat pola jahitan itu, karena ia menyadari ada satu ruangan rahasia yang tidak pernah ia temukan selama ia merancang renovasi rumah tersebut.

"Ada ruang kosong di bawah kamar ibu, ruang yang tidak pernah tercatat di dalam sertifikat bangunan mana pun," bisik Aris dengan nada yang penuh keheranan.

"Itu adalah tempat di mana benang hitam pertama kali ditenun, Aris! Kita harus kembali ke sana untuk memutus segalanya!" sahut Sekar dengan tegas.

Kain mori raksasa itu mulai mengerut dan menggulung, mencoba membungkus tubuh Aris dan Sekar ke dalam lipatannya yang sangat erat dan panas. Aris merasakan tulang-tulangnya mulai berderak saat tekanan kain itu semakin kuat menjepit dada dan punggungnya. Ia berteriak sekuat tenaga, namun suaranya justru tertelan oleh tawa kakek buyutnya yang kembali terdengar dari kejauhan di balik kabut tebal.

"Kamu tidak bisa lari dari takdir yang sudah dijahit sejak kamu berada di dalam rahim, cucuku!" suara itu menggelegar menggetarkan jagat raya.

Di tengah kepungan kain yang semakin menyempit, Aris melihat sebuah cahaya biru kecil muncul dari bawah tanah yang ia pijak. Cahaya itu berasal dari jarum emas yang tadi sempat menghilang, kini kembali muncul dan berputar-putar di depan wajah Aris. Aris menyadari bahwa jarum itu bukan mengincar nyawanya, melainkan menunjukkan sebuah titik lemah pada serat mori yang sedang menjerat mereka berdua.

"Sekar, pegang tanganku! Kita harus menusuk titik pusat jahitan ini secara bersamaan!" perintah Aris sambil meraih ujung jarum emas yang panas.

Mereka menghujamkan jarum itu ke pusat denah yang ada di kain mori, memicu ledakan energi yang membuat seluruh benang di padang rumput itu terbakar secara serentak. Aris merasakan tubuhnya terlempar ke udara, melintasi batas antara dunia gaib dan dunia nyata dalam sekejap mata. Ia jatuh terjerembap di atas lantai kayu rumah tuanya, namun bau kapur barus yang tercium kali ini berasal dari arah lemari pakaian ibunya.

Ia jatuh terjerembap di atas lantai kayu rumah tuanya, namun bau kapur barus yang tercium kali ini berasal dari arah lemari pakaian ibunya.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!