NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Bayang-Bayang Harapan

Waktu berjalan, dan seperti biasa, angin membawa perubahan. Keadaan Elarya semakin stabil, segel cahaya yang dulu terasa seperti beban kini menjadi bagian dari dirinya. Setiap hari ia merasa semakin kuat, namun juga semakin terhubung dengan Kael. Hubungan mereka tumbuh, bukan hanya melalui pertempuran dan ancaman yang datang silih berganti, tetapi juga melalui perasaan yang semakin mendalam di antara keduanya.

Elarya duduk di ruang makan besar di dalam benteng, menatap matahari yang perlahan tenggelam di balik pegunungan. Cahaya senja mengalir masuk melalui jendela besar, memberikan kilau lembut pada rambutnya yang kini lebih panjang. Ia masih teringat betapa dia sering meraba segel itu, merasa ketegangan dan tekanan yang datang bersamanya, namun kini segel itu terasa lebih ringan, seolah ia semakin bisa mengendalikannya.

Namun ada sesuatu yang berbeda.

Suatu malam, setelah beberapa minggu menjalani hari-hari penuh dengan pertempuran dan latihan, Elarya merasakan kejang di tubuhnya. Awalnya hanya sesekali, sebuah rasa mual yang datang dan pergi. Ia mencoba untuk mengabaikannya, berpikir bahwa itu hanya kelelahan akibat perjalanan panjang dan tekanan dari segel yang terus berkembang.

Namun, satu malam yang tenang, ketika Kael kembali dari pertempuran kecil melawan kelompok bandit, Elarya merasa ada sesuatu yang lebih.

Kael menatapnya dengan penuh perhatian saat mereka duduk bersama di dekat api unggun. "Elarya, ada yang berbeda. Apa kau merasa baik-baik saja?"

Gadis itu menunduk, meraba perutnya dengan lembut. "Aku... tidak tahu. Sejak beberapa hari terakhir, aku merasa ada yang aneh. Mungkin hanya kelelahan, tapi aku tidak bisa mengabaikannya."

Kael mendekat, menatapnya dengan cemas. "Apa yang kau rasakan?"

Elarya menggigit bibirnya, mencoba untuk menenangkan pikirannya. "Aku merasa seperti ada sesuatu yang berkembang di dalam diriku. Sesuatu yang... berbeda."

Kael meraih tangannya, matanya kini penuh perhatian. "Kamu tahu bahwa segel itu juga bisa memberi dampak fisik padamu, kan?"

Elarya mengangguk, namun rasa cemas yang datang bersamanya semakin menguat. "Tapi ini terasa lebih dari sekadar dampak segel. Ini... seperti ada sesuatu yang hidup dalam diriku."

Kael diam sejenak, kemudian menggenggam tangannya lebih erat. "Apa yang kau coba katakan? Apakah ada yang harus kita khawatirkan?"

Elarya menatap Kael, matanya berbinar dengan ketegasan dan rasa takut yang samar. "Kael, aku... aku mungkin hamil."

Kata-kata itu keluar begitu saja, dan seketika suasana di sekitar mereka berubah. Kael terdiam, wajahnya seolah tak percaya, namun dalam hitungan detik, ekspresinya berubah menjadi campuran kegembiraan dan ketegangan.

"Hamil?" gumam Kael pelan, mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. "Elarya, apakah... apakah kamu yakin?"

Elarya mengangguk, meskipun ada keraguan yang masih tersisa di hatinya. "Aku... aku tidak tahu pasti. Tapi ada sesuatu yang mengatakan padaku bahwa ini lebih dari sekadar rasa tidak enak. Ini adalah sesuatu yang tumbuh di dalam diriku."

Kael menariknya ke dalam pelukan, hatinya berdebar hebat. "Jika itu benar... kita akan menghadapinya bersama. Kita akan merawatnya, Elarya. Kita akan menjaga anak ini, apapun yang terjadi."

Elarya membenamkan wajahnya di dada Kael, mendengar detak jantungnya yang juga tak bisa menahan kecemasan dan kegembiraan. "Aku takut, Kael. Takut tidak mampu menghadapinya. Takut kalau segel ini akan membahayakan kehidupan anak kita."

Kael mengangkat wajah Elarya, menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kita akan mencari cara, Elarya. Aku janji, kita akan selalu ada untukmu dan untuk anak kita. Tidak ada yang akan menghancurkan kebahagiaan kita. Tidak ada yang akan merusak masa depan kita."

Malam itu, di bawah bintang-bintang yang berkilauan, Elarya merasa sedikit lebih tenang. Kael ada di sisinya, dan meskipun ketakutan dan keraguan masih ada, mereka akan menghadapi segala sesuatu bersama. Segel itu mungkin menjadi beban yang berat, tetapi sekarang ada lebih banyak yang harus mereka lindungi: kehidupan yang tumbuh di dalam diri Elarya.

Kael dan Elarya tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Ancaman masih mengintai, tetapi dengan kehadiran satu sama lain, mereka merasa lebih kuat. Ada bayang-bayang harapan yang lebih cerah di depan mereka, dan mungkin, bersama anak mereka, masa depan yang lebih baik menanti.

Kael dan Elarya duduk bersama di bawah naungan pohon besar yang melindungi mereka dari terik matahari. Di sekitar mereka, udara yang biasanya tenang kini terasa lebih berat. Elarya masih bisa merasakan sedikit ketegangan di tubuhnya, meskipun senyumnya tidak pernah pudar sejak perbincangan mereka tentang anak yang akan datang.

"Kael..." suara Elarya perlahan, hampir seperti bisikan. "Kita akan bisa melewati semua ini, kan?"

Kael menatapnya, matanya penuh dengan keyakinan. "Tentu saja, Elarya. Tidak ada yang bisa memisahkan kita. Kita sudah melalui lebih banyak cobaan dari yang bisa dibayangkan, dan kita akan terus maju. Bersama."

Mereka saling berpandang, senyum manis tersungging di bibir masing-masing. Keheningan yang mereka rasakan begitu hangat, seolah dunia di luar mereka tidak ada. Namun, tiba-tiba...

"Kael!" Elarya berseru, matanya terbelalak. "Apa itu?"

Suara gemuruh datang dari kejauhan, dan tanah di bawah mereka mulai bergetar dengan keras. Angin yang tadinya sejuk kini berubah menjadi angin kencang yang membawa bau samar dari sesuatu yang asing—sesuatu yang gelap dan mengancam.

Kael segera berdiri, pedangnya terhunus. "Ada yang tidak beres. Bertahanlah, Elarya!"

Elarya berusaha berdiri, meski tubuhnya masih terasa lemah. "Apa yang sedang terjadi, Kael? Kenapa kita merasakannya begitu dalam?"

Kael tidak menjawab. Pandangannya tajam, fokus pada horizon yang kini dipenuhi dengan bayang-bayang gelap yang bergerak cepat. Bukan hanya kabut atau badai biasa, namun seperti sesuatu yang jauh lebih buruk.

Tiba-tiba, kabut hitam itu bergerak dengan cepat, menyelimuti desa di kaki gunung tempat mereka tinggal. Tanah di sekitar mereka bergetar semakin keras, dan suara teriakan mulai terdengar samar-samar, menggema dari jauh.

"Elarya!" teriak Kael, berlari menuju gadis itu. "Kita harus pergi! Segera!"

Namun, Elarya masih berdiri di tempatnya, matanya terpejam seolah berusaha merasakan apa yang sedang terjadi. "Tidak... ada sesuatu yang lebih besar dari ini," bisiknya. "Kekuatan segel ini... aku bisa merasakannya. Sesuatu yang lebih gelap sedang mendekat."

Dengan tangan gemetar, Elarya meletakkan tangan di dadanya, mencoba menenangkan energi segel yang bergejolak di dalam tubuhnya. "Ini bukan sekadar ancaman biasa. Ini adalah... sesuatu yang jauh lebih kuat."

Kael menghampirinya, menariknya dengan lembut. "Elarya, kita harus keluar dari sini. Tidak ada waktu untuk ragu."

Saat itu, sebuah suara menggelegar terdengar di udara, menggetarkan langit dan bumi. Sebuah bayangan besar melintas di atas mereka, menutupi matahari sejenak. Sebuah makhluk besar yang terbuat dari kabut gelap dan api merah yang berkobar, muncul dari kegelapan yang menyelimuti langit. Sosok itu melayang tanpa suara, setiap gerakannya membuat tanah berguncang hebat.

Gadis itu terdiam, matanya terbuka lebar, menyaksikan sosok itu mendekat. "Dia..." suara Elarya serak. "Dia datang... lebih cepat dari yang aku kira."

Kael melangkah maju, menggenggam pedangnya erat-erat. "Kita tidak bisa lari, Elarya. Kita harus menghadapinya. Kau siap?"

Elarya menggigit bibirnya, matanya penuh dengan keteguhan meski ada keraguan yang masih menghantui hatinya. "Aku... aku akan mencoba, Kael. Tapi aku tidak tahu apakah segel ini cukup kuat."

Kael menatapnya dengan penuh keyakinan, meskipun rasa takut juga terlihat di wajahnya. "Kita akan menghadapinya bersama, Elarya. Seperti selalu."

Dengan penuh tekad, Elarya melangkah maju, mengangkat tangan kanannya, dan mencoba mengendalikan cahaya segel yang kini terasa lebih besar, lebih kuat, dan lebih liar dari sebelumnya. Namun, ada ketidakstabilan yang terasa semakin menguat. Ia bisa merasakan kekuatan itu berjuang untuk keluar dari dirinya, dan dalam sekejap, ia hampir kehilangan kendali.

Namun, sebelum kekuatan itu meledak lebih jauh, Kael berada di sisinya, memberikan dukungan dengan kehadirannya. "Kau tidak sendiri," katanya, menyentuh bahunya. "Kita akan menanganinya bersama-sama."

Dengan kata-kata Kael, Elarya kembali memfokuskan energi segelnya, berusaha menenangkan kegilaan yang ada di dalam dirinya. Dan, dalam keheningan yang menyelubungi mereka, sinar cahaya yang begitu terang memancar dari tubuhnya, menciptakan perisai yang kuat untuk melawan ancaman yang datang.

Makhluk besar itu menghentikan langkahnya, seperti terhenti oleh kekuatan segel yang menghalangi jalannya. Suara gemuruh terdengar, semakin keras dan mengerikan, seolah makhluk itu ingin menembus perisai cahaya yang dibentuk oleh Elarya.

Namun, dalam hatinya, Elarya tahu—ini bukan hanya pertempuran fisik. Ini adalah ujian sejati, untuk melihat apakah dia bisa mengendalikan kekuatan segel dan melindungi semua yang dia cintai.

"Aku akan melindungimu, Kael," bisiknya. "Aku akan melindungi kita semua."

Dengan tekad yang bulat, Elarya mengangkat kedua tangannya, cahaya dari segelnya semakin terang, menantang makhluk itu yang semakin mendekat. Namun, ancaman yang datang bukan hanya makhluk itu—ada sesuatu yang jauh lebih gelap yang menunggu di balik bayangan, siap merobek kedamaian yang baru mereka raih.

Kekacauan dimulai kembali, dan ini adalah pertarungan yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya.

Perlahan, perisai cahaya yang dibentuk oleh Elarya semakin terang, mengalirkan kekuatan dari dalam dirinya ke udara di sekelilingnya. Namun, semakin lama, kekuatan yang mengalir terasa semakin berat, bagaikan gelombang besar yang terus menekan tubuhnya. Setiap detik berlalu, Elarya merasakan getaran dalam dirinya yang semakin kuat, seolah segel cahaya itu mulai memberontak.

Kael berdiri di sampingnya, menatap makhluk yang mendekat dengan pedang terhunus. "Elarya, kau harus bertahan! Jangan biarkan dia memecahkan pertahanan kita!"

Namun, Elarya bisa merasakan, meski cahaya itu begitu terang, kekuatan makhluk itu lebih besar daripada yang dia perkirakan. Setiap langkah makhluk itu terasa lebih berat, mengguncang tanah dan menekan perisai yang ia bentuk.

"Kael..." Elarya berbisik dengan suara lemah. "Aku... aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan."

Kael menatapnya dengan penuh kekhawatiran, namun tetap menjaga ketenangannya. "Jangan berpikir seperti itu! Kau telah mengalahkan ancaman lebih besar dari ini. Kita bisa melakukannya. Aku akan menjaga mu."

Gadis itu mencoba menarik napas dalam-dalam, namun hawa yang mencekik dari kekuatan makhluk itu semakin membuatnya merasa sesak. Dia menoleh ke arah Kael, memandang matanya dengan penuh keyakinan. "Kael... terima kasih... aku tahu kau selalu ada untukku. Tapi kali ini, aku harus lebih kuat."

Dia merasakan aliran kekuatan dalam dirinya kembali. Segel cahaya yang sebelumnya bergejolak kini mulai kembali terkendali. Cahaya itu semakin membesar, menembus kegelapan yang menyelubungi mereka, menantang makhluk yang datang. Elarya menggenggam tangannya lebih erat, fokus pada kekuatan yang mengalir, mencoba menstabilkannya.

Namun, tiba-tiba, makhluk itu melepaskan teriakan yang menggetarkan langit, menyebabkan cahaya segel itu bergetar hebat. Makhluk itu melompat ke arah mereka, menciptakan gelombang kekuatan yang hampir membuat perisai mereka pecah.

Elarya terjatuh, hampir kehilangan kendali. Namun, Kael cepat menyambar tubuhnya, membantunya bangkit. "Jangan menyerah, Elarya! Aku ada di sini!"

Dengan napas tersengal-sengal, Elarya menatap Kael dengan penuh tekad. "Kita harus lebih cepat. Kalau tidak, semuanya akan hancur."

Kael mengangguk dengan tegas, lalu berlari ke depan, mencoba menarik perhatian makhluk itu agar Elarya bisa memusatkan kekuatannya. Ia bergerak cepat, menghindari serangan api yang datang dari makhluk itu, sementara Elarya berusaha mengendalikan segel dengan sekuat tenaga.

Sekilas, makhluk itu mendekat dengan cakar api yang siap menghancurkan perisai mereka. Namun, ketika serangan itu datang, Elarya mengangkat tangannya dengan penuh tekad. Cahaya dari segelnya meledak, menciptakan tembok cahaya yang menghalangi serangan itu dengan kekuatan luar biasa.

Makhluk itu terhenti sejenak, seolah terkejut oleh perlawanan yang datang. Namun, itu hanya untuk sesaat. Dengan sebuah gerakan cepat, makhluk itu kembali menyerang, kali ini dengan lebih ganas.

"Elarya, fokus!" teriak Kael, berlari kembali ke sampingnya. "Kau hampir berhasil! Jangan biarkan dia menang!"

Elarya menatap makhluk itu dengan mata yang menyala penuh semangat. "Aku tidak akan membiarkannya merusak semua yang kita bangun, Kael."

Dengan kekuatan yang semakin terkendali, Elarya mengangkat tangannya, kali ini tidak hanya menciptakan perisai, tetapi juga tombak energi besar yang melesat ke arah makhluk itu dengan kecepatan yang luar biasa. Tombak itu menembus tubuh makhluk itu, membuatnya terhuyung mundur sebelum akhirnya terjatuh, meledak dalam ledakan cahaya yang mengiluminasi seluruh tempat.

Kael memandangnya dengan mata penuh kekaguman. "Kau melakukannya, Elarya. Kau berhasil!"

Namun, Elarya hanya bisa terjatuh ke lutut, kelelahan. Energi segel itu terasa begitu besar, dan meskipun kemenangan tercapai, tubuhnya merasa lemah, hampir tidak bisa berdiri.

Kael segera menghampirinya, mendukung tubuh Elarya dengan lembut. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan khawatir.

Elarya memandang Kael dengan senyuman tipis di wajahnya. "Aku... aku baik-baik saja. Tapi, Kael... aku bisa merasakan... sesuatu yang lebih besar datang. Ini belum berakhir."

Kael mendekatkan tubuhnya, mengeratkan pelukannya. "Apa pun itu, kita akan menghadapinya bersama. Kau tidak sendirian."

Elarya terdiam sejenak, merasakan keteguhan yang mengalir dalam diri Kael. Kekuatan segelnya telah melalui banyak ujian, tetapi dia tahu, perjalanan mereka masih panjang.

Saat mereka duduk bersama, keheningan melingkupi mereka. Meskipun kemenangan baru saja diraih, di dalam hati Elarya, bayang-bayang ancaman baru masih terasa. Mereka mungkin telah menang hari ini, tetapi ada sesuatu yang lebih gelap yang menunggu di balik horizon.

Dengan satu napas panjang, Elarya menatap Kael. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Kael. Apa pun yang datang, kita akan melawan bersama."

Kael memeluknya erat, tak ada kata-kata yang lebih penting daripada itu. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai, namun dengan kekuatan cinta dan segel cahaya, mereka siap menghadapi apa pun yang akan datang.

1
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!