Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.
Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.
Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Rahasia Warisan
Pagi di Sekte Pedang Langit selalu dimulai dengan hembusan angin segar dari puncak gunung, membawa aroma embun pagi yang dicampur bau pinus segar serta tanah basah setelah hujan semalam.
Lin Feng berdiri di teras paviliunnya, matahari terbit menyinari wajahnya dengan cahaya keemasan yang hangat, seolah menyambutnya sebagai anak kesayangan langit.
Tubuhnya masih terasa berat dari luka-luka misi kemarin— rusuk retaknya yang kini sudah menyatu berkat pil penyembuh sekte, tapi sensasi nyeri samar seperti jarum menusuk tetap ada, mengingatkannya pada kebrutalan pertarungan dengan kultivator Darah Iblis.
Ia duduk bersila di atas batu meditasi yang dingin, permukaannya kasar menyentuh kulit lewat jubah tipisnya. Hari ini adalah hari penting, ia akan mencoba menembus Qi Condensation tahap 9 puncak, langkah terakhir sebelum Foundation Establishment.
Teknik Pedang Abadi Langit menuntut persiapan matang untuk tahap ini. Ia harus mampu melewati lapisan keempat, "Angin Musim Gugur yang Mengiris Daun", yang melibatkan pemadatan Qi menjadi bilah-bilah tak kasat mata di dalam meridian.
Prosesnya dimulai dengan visualisasi, membayangkan angin gugur yang menyapu daun-daun kering, memotong mereka dengan ketajaman tak terlihat.
Qi harus diputar dalam dantian sebanyak sembilan puluh sembilan kali, setiap putaran menyerap esensi langit dan bumi melalui pori-pori kulit, membuat tubuh bergetar seperti daun yang berdesir.
Efeknya, intent pedang menjadi lebih mematikan, bisa memotong aura musuh dari jarak jauh, dan tubuh kebal terhadap serangan energi rendah.
Lin Feng menarik napas dalam, dinginnya udara pagi mengisi paru-parunya seperti mata air gunung yang jernih. Qi murni mulai mengalir, hangat di perut bawah, lalu menyebar ke lengan dan kaki seperti aliran sungai yang semakin deras.
Tapi tiba-tiba, langit berubah menjadi mendung gelap. Awan hitam berkumpul di atas paviliunnya, suara gemuruh samar terdengar seperti raungan naga yang marah.
"Tribulasi Langit!" gumam Lin Feng dengan mata melebar.
Ini lebih cepat dari dugaannya— tribulasi pertama untuk kultivator yang akan naik ke tahapan berikutnya, ujian dari langit untuk membersihkan atau menghancurkan yang tak layak.
Tidak perlu menunggu waktu lama petir pertama menyambar— biru aliran listrik yang sangat menyilaukan, langsung ke arah dantiannya. Rasa sakit yang Lin Feng rasakan seperti ribuan pedang menusuk perutnya sekaligus, tubuhnya bergetar hebat, darah mengalir keluar dari hidung dan telinga.
Aroma khas kain yang terbakar menusuk hidung, rambutnya sampai berdiri tegang karena aliran listrik statis yang menjalar di tubuhnya. Ia menggertakan gigi, menyalurkan lebih banyak Qi untuk membentuk perisai intent pedang di sekitar tubuh—lapisan biru tipis yang bergetar seperti daun di tengah angin kencang.
Tribulasi berlanjut dengan ganas. Petir kedua datang lebih tebal, seperti tombak langit yang menusuk langsung ke dada Lin Feng.
Kulitnya melepuh instan, bau daging terbakar menyebar di udara pagi yang tadinya segar, kini berubah menjadi neraka kecil. Rasa sakitnya tak tertahankan—seperti api membakar dari dalam dan luar sekaligus, tulangnya seolah retak di setiap bagian. Darah kembali mengalir deras dari luka yang baru saja sembuh di bahu dan punggung, membuat jubahnya basah kuyup serta lengket di kulit.
Di dalam batinnya, suara Xuan Qing bergema lagi, tenang tapi mendesak, "Gunakan warisan! Aktifkan Cincin Abadi untuk menyerap energi tribulasi. Ini bukan hukuman, tapi berkah—energi langit murni yang bisa memurnikan dantianmu hingga sempurna."
Lin Feng memutar cincin giok di jarinya, ruang penyimpanan terbuka di pikiran. Ia menarik sebuah pil biru berkilau—Pil Penyerap Petir tingkat menengah, peninggalan Xuan Qing. Pil itu meleleh di mulutnya, rasa pahit yang tidak tertahankan mengalir ke tenggorokan, lalu bergerak ke dantian.
Qi tribulasi yang liar mulai tertarik masuk melalui pusarnya, diputar dalam siklus sembilan puluh sembilan kali seperti yang dibutuhkan di lapisan keempat. Setiap putaran terasa seperti roda besi yang sedang menggilas tubuhnya, tapi secara bertahap, Qi-nya semakin padat, intent pedangnya semakin tajam.
Su Ling’er, yang sedang berada di pavilium nya sempat terdiam saat ia merasakan getaran energi. Ia mencoba mengenali energi itu lewat tekniknya dan dari mata batinnya gadis itu melihat Lin Feng yang sedang dalam kondisi tribulasi yang parah.
Ia segera bergegas berlari ke sana dan ia tiba tepat saat petir ketiga menyambar—yang paling brutal, memiliki ketebalan seperti pohon tua, menyambar langsung ke atas kepala Lin Feng.
Gadis itu berteriak, "Feng gege!" dan melemparkan domain esnya berusaha melindungi, tapi tribulasi langit tak bisa dihalangi begitu saja.
Esnya hancur seperti kaca yang dihantam benda berkecepatan tinggi, pecahannya beterbangan seperti daun bambu berwarna merah gelap yang gugur karena tercampur dengan darah Lin Feng yang memercik.
Lin Feng, dengan matanya yang memerah karena darah, meliriknya sekilas. "Jangan dekat… ini milikku saja."
Tapi hati Su Ling’er berdegup kencang, air mata dingin membeku di pipinya seperti kristal es. Ia tak pernah merasa begitu takut— bukan untuk dirinya, tapi untuk pemuda yang sudah mulai menyentuh hatinya yang beku.
Petir keempat dan terakhir datang seperti badai, angin kencang menerpa paviliun hingga atap-atapnya bergetar. Lin Feng berdiri sekarang dengan pedang kayu di tangan, ia menebas ke atas dengan intent penuh ke arah datangnya petir terakhir. Garis biru musim gugur memotong petir itu menjadi dua, sisa energi murni itu diserap ke tubuhnya. Itu adalah klimaks dari rentetan rasa sakitnya.
Seluruh meridiannya terasa terbakar, tapi kemudian datang kelegaan— Qi-nya naik ke tahap 9 puncak, dantiannya seperti danau luas yang penuh air yang begitu tenang.
Awan hitam diatas kepala Lin Feng kemudian menghilang memberi tempat bagi matahari untuk bersinar lagi. Lin Feng jatuh berlutut, tubuh berasap dan berlumur darah, tapi auranya kini lebih kuat, lebih abadi.
Segera Su Ling’er berlari mendekat, memeluknya meski tubuhnya panas seperti besi panas. Aroma darah bercampur dengan wangi bunga plum dari rambut gadis itu, menciptakan kontras aneh yang membuat momen itu terasa nyata dan intim.
"Kau… hampir mati, bodoh! Kenapa kamu tidak memberi tahu aku? Kita bisa melakukan kultivasi dual untuk membantumu melewati tribulasi ini."
Lin Feng menyandarkan kepala di bahunya, napasnya terengah sambil tersenyum lemah. Kulitnya yang melepuh terasa dingin saat disentuh dinginnya tangan Su Ling’er, sensasi seperti air dingin yang menyiram api.
"Aku tak mau kau terlibat dalam bahaya. Tapi, terima kasih. Kau tahu, rasanya seperti mimpi, energi langit itu… sekarang Qi-ku lebih murni, meridian lebih lebar. Besok kita coba dual kultivasi—menggabungkan esmu dengan pedangku."
Gadis itu mengangguk, jarinya menyusuri luka di punggungnya dengan lembut, mengirimkan Qi es untuk menyembuhkan. Setiap sentuhan terasa seperti hembusan angin dingin yang menenangkan, membuat Lin Feng merinding tapi bahagia.
"Dual cultivation… itu berarti kita saling berbagi Qi, hati, dan rahasia. Kau siap?"
Lin Feng menariknya lebih dekat, hidungnya menyentuh rambutnya yang lembut. "Dari pertama kali lihat kau di ujian, aku sudah siap. Kau seperti bunga sakura es yang tak akan pernah layu—dingin tapi indah, dan sekarang… hangat di hatiku."
Su Ling’er memukul dadanya pelan, sembari tertawa kecil— suaranya seperti lonceng es yang pecah, manis dan jarang terdengar. Pipinya merah seperti apel musim gugur, kontras dengan auranya yang dingin.
"Kau menggodaku lagi. Tapi, aku juga merasakan hal sama. Saat tribulasi tadi, hatiku seperti ditikam dengan tombak. Jangan buat aku khawatir lagi, ya?"
Mereka duduk bersama di atas batu meditasi, tangan saling bergandengan, menyaksikan matahari naik lebih tinggi. Angin pagi menyapu wajah mereka, membawa daun-daun kering yang berputar seperti tarian, simbol perubahan yang mereka alami bersama.
Tapi kedamaian itu tak berlangsung lama. Elder Han muncul lagi, wajahnya yang muram. "Lin Feng, Su Ling’er. Ada berita buruk. Zhao Long hilang setelah selesai melaksanakan misi kemarin, dan tadi ditemukan jejak Sekte Darah Iblis di kamarnya. Ia mungkin berkhianat."
Lin Feng mengepalkan tangan, ingatan akan ejekan Zhao Long di masa lalu kembali seperti luka lama yang terbuka. "Ia bekerja sama dengan mereka?"
Elder Han mengangguk. "Kita harus selidiki hal ini. Tapi hati-hati—rahasia warisanmu mungkin sudah bocor."
Di ruang rahasia paviliun Lin Feng, ia membuka cincin giok sepenuhnya untuk pertama kali di depan Su Ling’er. Ruang penyimpanan terbuka seperti dunia kecil. Istana terapung di tengah kabut, rak-rak penuh gulungan kuno, pil bercahaya, dan senjata suci yang bergetar dengan energi abadi.
"Ini warisanku dari Xuan Qing," jelas Lin Feng, suaranya rendah seperti angin yang berbisik.
"Teknik lengkapnya punya sembilan belas lapisan, mencakup dari Qi Condensation hingga Ascension ke alam abadi. Lapisan kelima, 'Angin Musim Dingin yang Membekukan Jiwa', cocok dengan esmu—kita bisa gabungkan itu untuk dual cultivation, saling bertukar Qi yin dan yang, supaya mempercepat kemajuan kultivasi kita dua kali lipat."
Su Ling’er menyentuh sebuah gulungan, jarinya bergetar karena energi kuno. "Ini luar biasa. Tapi di satu sisi juga berbahaya jika sampai bocor. Zhao Long pasti mengincar ini."
Mereka akhirnya memulai meditasi dual, duduk saling berhadapan, telapak tangan bersentuhan. Qi Lin Feng yang hangat seperti musim panas mengalir ke Su Ling’er, sementara Qi esnya yang dingin kembali ke dirinya.
Sensasi seperti api dan es bertemu—awalnya sakit seperti benturan, tapi setelah waktu berlalu menjadi harmoni itu ditemukan, tubuh mereka bergetar bersama, napas menyatu.
Di tengah meditasi, Lin Feng merasakan hati Su Ling’er, kesepian masa kecil di keluarga Su yang dingin dan harapan akan cinta sejati.
Ia berbisik di pikiran, "Aku di sini sekarang. Selamanya."
Su Ling’er membalas dengan senyum batin, "Dan aku milikmu."
Sesi itu diakhiri dengan mereka yang saling berpelukan, tubuh panas dan dingin milik mereka menyatu dengan sempurna. Tapi jauh di luar, bayangan Zhao Long masih mengintai, dengan mata yang penuh iri dan dendam.
Tribulasi baru saja dimulai.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.
Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.
Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.
Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨