Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. PEMULIHAN
Keadaan Alexa semakin membaik, Langkah Kecil Menuju kesembuhan mulai tampak, walau wajah dia belum sepenuhnya pulih. Tak terasa 3 bulan lexa berada dirumah sakit. Dengan tekad dan kuat dia pasti bisa sembuh. Walau harus rutin menjalani terapi.
Di ruang terapi fisik, Alexa menghadapi tantangan baru setiap harinya. Ia harus belajar menggerakkan otot-otot wajahnya kembali. Bahkan sekadar tersenyum terasa seperti pekerjaan berat.
“Alexa, coba angkat sudut bibirmu perlahan,” ujar terapisnya suatu hari.
Alexa menatap cermin di depannya. Gerakan kecil yang diminta terasa sangat sulit. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia mencoba mengangkat nya.
Alexa menatap bayangannya di cermin, bibirnya sedikit gemetar. Usahanya belum menghasilkan senyuman yang sempurna, tetapi ada perubahan kecil hampir tak terlihat. Meski begitu, terapisnya tersenyum hangat.
“Luar biasa, Alexa! Itu langkah pertama yang sangat baik,” ujar terapisnya sambil mencatat kemajuan di buku catatan.
Namun, Alexa hanya menghela napas. Hatinya dipenuhi campuran frustrasi dan keinginan kuat untuk berhasil. Baginya, setiap gerakan kecil terasa seperti pendakian gunung yang tak berujung. Ia merindukan wajah lamanya, senyuman yang dulu muncul begitu mudah, tanpa beban.
Di sudut ruangan, ibunya memperhatikan dengan mata penuh haru. Wanita paruh baya itu selalu menemani Alexa sejak awal masa perawatannya. Baginya, setiap detik yang ia habiskan dengan putrinya adalah hadiah, terlebih di saat yang mengubah kehidupan Alexa.
Setelah terapis nya selesai. Alexa, kembali ke kamarnya. Alexa menjatuhkan diri nya ditempat tidur dengan memandang langit langit ditempat tidurnya saat ia memejamkan mata, kekuatan yang tersisa mengalir begitu saja.
Sambil melamun dengan memandang langit langit. Ia berbicara dalam hati. Apakah aku bisa kembali seperti dulu. Apakah aku bisa memperbaiki semua ini? ” gumam Alexa dengan kekuatan bicara seorang wanita yang sedikit.
Ibunya, yang duduk di sofa dekat jendela, mendengar pertanyaan itu. Ia bangkit dan mendekati Alexa.
“Kamu pasti bisa, sayang,” ujarnya sambil menggenggam tangan putrinya.
“Setiap langkah kecil adalah kemenangan. Jangan pernah lupa itu.”kata ibunya lagi.
Alexa terdiam, menatap tangan ibunya yang hangat. Kata-kata itu memberikan secercah harapan di hatinya, walau masih ada keraguan yang menggelayut.
Malamnya, Alexa memutuskan menulis di buku hariannya. Buku itu sudah menemaninya sejak hari pertama ia dirawat. Ia menuliskan semua rasa sakit, kemajuan, dan harapan kecilnya.
Hari ini aku mencoba tersenyum. Sulit sekali. Tapi aku berhasil menggerakkan sedikit bibirku. Terapisku bilang itu luar biasa.
Aku tidak tahu apakah dia berkata jujur, atau hanya ingin menghiburku saja dengan perkataan nya. Tai aku yakin aku pasti bisa.
Beberapa hari kemudian, terapi berlanjut. Kali ini tantangan nya begitu sulit, Aku harus mengucapkan banyak kata kata sederhana sambil menggerakkan wajahku. Berulang Kali yang membuat ku sangat hampir frustasi karena begitu sulit.
“Alexa, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri,” kata terapisnya dengan sabar.
“Progresmu sudah jauh lebih baik dibandingkan tiga bulan lalu. Ingat, ini perjalanan panjang.”katanya lagi.
Di momen itu, Alexa menyadari sesuatu. Selama ini ia terlalu terpaku pada hasil akhir, pada keinginannya untuk sembuh total. Namun, ia melupakan satu hal penting setiap usaha, sekecil apa pun, adalah langkah menuju kesembuhan.
Suatu hari diwaktu sore hari, Alexa memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru itu. Alexa meminta ibunya untuk memotretnya dengan keindahan matahari sore yang menyapu wajahnya. “Kenapa tiba-tiba mau difoto?” ucap Ibu nya yang tanpak heran.
“Saya ingin melihat diri sendiri dan bekas bekas luka ini. ” ucap Alexa dengan nada suara lembut. Setelah potret itu selesai diambil, Alexa memandang potretnya dengan teliti.
Wajah ternyata belum sepenuhnya pulih, meski pada dasarnya ada sebuah cahaya dimatanya sesuatu yang telah hilang.
“Ini belum tampak sekali sempurna, tetapi ini adalah aku,” gumam Alexa dengan nada nada pelan balik wajah telanjang Mungkin bukan senyum, tetapi ia sedikit senang.
Hari yang tersisa terasa sedikit lebih mudah. Alexa mulai membuka diri dari terapi dengan semangat barunya. Ia tidak lagi terbebani dengan keadaan nya yang dulu. Ia tetap memperlihatkan langkah untuk menuju kesembuhan.
Dan seiring nya waktu Alexa menyadari Ia bukan hanya memulihkan wajahnya, tetapi juga menemukan dirinya yang telah hilang.
“Aku mungkin belum sempurna lagi. Tapi aku tetap Alexa yang dulu. "bisik nya penuh semangat sambil tersenyum kecil. Meskipun senyum itu belum sempurna, ia merasa bahagia.
Dan tiba tiba Ninda datang menjenguk nya. Dengan hati yang gembira.
Hiii... Cantikkk... Bagaimana keadaan mu harini??? Apakah cukup baik? "tanya Ninda.
"Sudah mulai membaik Nin. Terima kasih yah kamu selalu ada disini buat ku. "ucap Lexa.
"Kita kan sahabat Lexa. Aku pasti senantiasa bersama mu. "jawab nya.
"Oya.... Lexa. Gimana kalau kita jalan jalan cari udara sebentar yuukk, kamu keberatan tidak!!! Kamu perlu menghirup udara diluar juga lexa. Biar lebih fresh lagi. Pasti kamu rindu sama keadaan diluar kan!!! "ucap Ninda.
"Ta... tapi aku malu Nin. " jawab ku.
"Nih aku ada masker, pakai masker saja kalau kamu malu yah. "ucap Ninda sambil memberikan masker.
Alexa,pun berjalan ditaman bersama Ninda dengan memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya, awalnya ia ragu untuk pergi.
Ia takut akan tatapan orang-orang yang mungkin mengasihani atau bahkan mencemoohnya dengan keadaan wajah yang buruk ini.
“Lexa, Bagaimana perasaan mu apakah sedikit tenang? Cuma beberapa menit saja buat kita mencari udara.” bujuk Ninda dengan lembut.
Setelah beberapa saat berpikir, Alexa setuju. Di taman, mereka duduk di bangku kayu, menyaksikan angin memainkan dedaunan. Alexa merasa sedikit lebih tenang.
“Kadang, kita cuma perlu berhenti sejenak, Lexa,” ujar Ninda.
“Lihat betapa damainya burung-burung itu. Mereka tidak peduli dunia sedang berantakan, mereka tetap terbang.” ujar nya lagi.
Alexa menatap burung-burung kecil itu dan merasa ada sesuatu yang menggerakkan hatinya. Mungkin, ia juga bisa mencoba terbang lagi, meskipun dengan sayap yang terluka. Yah aku akan kuat. ini masih awal permulaan ku untuk bangkit. Bisiknya.
Setiap malam Alexa menuliskan semua perasaannya rasa sakit, ketakutan, dan sedikit harapan yang perlahan-lahan muncul. Semua ia tulis dalam buku buku nya.
“Langkah kecil menuju kesembuhan,” tulisnya di halaman pertama malam itu.
Menulis adalah salah satu cara yang dapat membuat hatinya lega. Ia mulai menuliskan sesuatu yang tidak bisa dia ucap kan dengan lisan termasuk mimpi nya untuk mejalani kehidupan yang normal.
Alexa sadar ia tidak bisa melewati ini semua sendiri. Dukungan kedua orang tua nya sangat lah penting untuk nya. Kasih sayang ibu merupakan semangat untuk nya.
“Lexa, kita semua ada di sini untuk kamu,” ujar ibunya suatu pagi.
“Kamu hanya perlu percaya bahwa kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan.” ujar ibunya lagi memberi semangat.
Selain itu, Ninda terus menjadi sahabat yang tak tergantikan. Ia mendampingi Alexa ke setiap sesi terapi, bahkan menemani saat Alexa merasa putus asa.
“Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Lexa,” ujar Ninda suatu malam ketika Alexa menangis tanpa alasan yang jelas.
BERSAMBUNG...