Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.
Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.
Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.
Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.
Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.
Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DYD25
Bella menatap nanar sosok Tommy yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri di atas ranjang beroda. Wajahnya menjadi pucat memikirkan nasibnya ke depan.
Edwin memiringkan kepalanya, netra hitam pekat itu membulat dan menatap penuh makna. Tawa yang memekakkan telinga akhirnya berhenti jua.
"Aku sudah membawakan mu hadiah, jadi ... kita bisa memulai nya sekarang kan?" Edwin menyeringai mesum.
Sengaja tungkainya melangkah perlahan, mendekati tempat Bella terbaring tak berdaya. Edwin membuka baju hitam yang membalut otot-otot kekarnya, menghempaskan nya ke lantai.
Sejenak, Bella tertegun melihat pemandangan indah yang pria itu suguhkan. Tubuh atletis dengan perut kotak-kotak seksi, membuat Bella tak sengaja meneguk kasar ludahnya.
'Ommmooooo! Kau baru saja meneguk ludahmu, Bell? Kau meneguk ludah karena melihat tubuh seksi milik pembunuh gila itu?! Dasar wanita ganjen bin gatel! CEWEK GANJEN KAYAK ELU TUH COCOKNYA DI TONJOK SAMA OKY LUKMAN SAMPAI KOMA!' jerit Bella di dalam hati.
Edwin tersenyum tipis melihat Bella yang sempat terpana, lalu sekian detik menghantuk-hantukkan kepalanya pada badan ranjang. Sembari meneguk kasar ludahnya, Edwin secepat kilat mengungkung tubuh wanita itu. Bella terkesiap dan mendelik.
"OMO OMO OMOOO! TUNGGU DULU, SIALAN!" Maki Bella dan secepat kilat menghadiahkan tendangan tepat di benda keramat milik Edwin. Pria itu meringis, tapi, tetap bergeming di tempatnya.
"Aaauuuchh! Ya?!! -- Kenapa kau menendangnya, heumm?" Sambil meringis, Edwin mengecup bibir Bella dengan penuh gairah. Sontak saja Bella kembali menjerit dan mengumpat muak.
"Meskipun kaki dan tangan mu terikat ... tenaga mu tetap liar ya ...." Bisik Edwin dengan suara serak menggoda.
Bella serasa membeku, cepat ia membuang wajahnya ke arah lain demi menghindari tatapan maut pria itu.
"Minggir, aku tak sudi bercinta dengan pria yang tak lagi perjaka," remeh Bella sengaja.
Edwin mengerjap. "Apa katamu? Tak perjaka? Apa maksudmu? -- Ini pertama kalinya untukku."
Pria itu melonggarkan kungkungan nya, lalu menatap Bella sengit. Bella bergidik dan berusaha menetralkan degup jantungnya.
"Bullshit! Kau kira aku percaya? Korban-korban mu kan banyak, cantik nan seksi pula. Mustahil satupun tak ada yang kau cicipi!" Bella balas menatap sengit.
"Oh ayolah! Jangan berpikiran buruk tentang ku seperti ini. Kau cemburu? Pada wanita-wanita murahan itu?" Edwin menelisik heran.
Bella melirik sinis, menunjukkan wajah masam nya. Padahal, benaknya sedikit lega karena dapat mengecoh pria itu. Setidaknya, dia dapat mengulur waktu untuk mengorek sedikit keterangan.
"Murahan? Memangnya apa yang diperbuat wanita-wanita itu sampai kau lancang memberikan mereka gelar murahan?" Bella lekas memiringkan tubuh ketika Edwin melepaskan kungkungan nya dan duduk tepat di sebelah jasad Malik.
"Memang mereka murahan," sahut Edwin santai.
Pria itu membuka sarung tangannya, kemudian mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku celana. Satu kali hisapan dan satu kali hembusan, asap rokok langsung memenuhi ruangan itu.
"Kau tau, gara-gara para wanita dari aplikasi kencan itu ... aku harus kehilangan ibu ku. Ibu yang sangat aku cintai. Ibu yang kerap mendukung apapun yang ku suka. Hanya dia satu-satunya di dunia ini yang mendukung aku menjadi pelukis," lirihnya.
"Ayah mu?" pancing Bella.
"Bajingan itu tau apa? Selain memaksaku untuk menjadi Dokter seperti dirinya, pria brengsek itu hanya tau selangkangan wanita dari aplikasi sialan itu!" desis Edwin dengan wajah dingin.
"Dia tidak pernah menanyakan apa yang aku suka, apa yang aku benci, aku ingin menjadi apa. Dia hanya tau memerintah dan menganggap impian ku tak lebih dari sampah!" Rahang Edwin seketika mengetat.
Edwin menghela napas berat, lalu kembali menatap Bella dengan raut serius. Sedangkan Bella hanya mendengarkan dengan tenang.
"Ayah ku meniduri setiap wanita yang dikenalnya dari aplikasi kencan itu. Brengsek, kan? Padahal dia sudah memiliki ibuku yang setia. Ibuku yang selalu menunggu bajingan itu pulang sampai terkantuk-kantuk. -- Pria busuk itu bilang, uangnya sudah banyak habis untuk menjadikan aku seorang dokter, ha ... ha ... padahal jelas uangnya lebih banyak habis untuk membayar selangkangan!" Edwin menyeka air bening yang menetes dari pelupuk mata.
"Hey, lihatlah, Bell. Aku tertawa riang seperti ini, tapi, kenapa air mata ku menetes sederas ini?" tanya Edwin dengan dada sesak.
Bella diam, tak menjawab sepatah kata pun. Ia menunggu pria gila itu melanjutkan ceritanya.
"Ibu ku yang malang, ah, ibu ...." suara Edwin bergetar. "Ibuku terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa dan berakhir mati mengenaskan di dalam sana. Aku masih ingat jelas malam itu, malam di mana hujan sangat deras disertai guntur yang menggelegar, pihak rumah sakit menghubungi ku, memberitahu kematian ibu ku. -- Kau tau di mana ayah ku saat itu, Bell? Dia bercinta dengan teman kencan onlinenya, di kamar ibu ku pula! Dan yang membuat aku bertanya-tanya hingga kini, dari mana ibu ku mendapatkan seutas tali untuk mengakhiri hidupnya? Aku yakin, pria sialan itulah yang memberikan benda itu pada ibu ku!"
"Kau mempunyai bukti, atau kau hanya sekedar menuduh saja?" tanya Bella hati-hati.
Bola mata Edwin seketika menyorot tajam. Ia membuang puntung rokoknya ke atas lantai lalu menginjak-injak kasar.
"Aku memang tak memliki bukti, Bell. Tapi, jelas bajingan itu dalangnya. Dokter mesum itu tengah mencalonkan diri untuk menjadi calon tikus-tikus berdasi. Pria itu akan menyingkirkan siapa saja yang menurutnya akan menjatuhkan nya kelak. Termasuk wanita-wanita yang pernah ditiduri nya selama ini." Edwin meraih pisau penuh darah yang ada di samping jasad Malik, lalu menatap Bella tajam.
Meskipun degup jantung nya kian kencang, Bella berusaha menjaga ekspresi wajahnya untuk tetap tenang. Ia berharap, Ajax ( kamera menyerupai kancing baju ) yang melekat di kemejanya merekam jelas pengakuan pria di hadapannya kini.
"Maksudmu, ayah mu membunuh wanita-wanita yang menjadi teman kencannya?" Bella memperjelas kalimat Edwin. Pria itu mengangguk.
"Tapi, bukankah ini tidak adil untuk para wanita dari aplikasi kencan itu? Kau membunuh mereka seolah mereka yang menyebabkan kematian ibumu. Bisa saja mereka perempuan baik-baik yang memang ingin mencari jodoh?" sergah Bella.
"Perempuan baik-baik mana yang mau membuka gesper pria asing di hari pertama mereka bertemu, heum?" Bantah Edwin dengan senyuman sinis, membuat Bella menghela napas panjang.
"Lalu, Rani? Kau yang membunuh Rani, kan?" tanya Bella lagi. "Kenapa kau membunuh Rani?"
Edwin berdecak kesal. "Itu sebuah kesalahan. -- Gadis cantik itu menyaksikan aku membunuh salah satu dari pelacur-pelacur itu."
Dada Bella seketika memanas dan bergemuruh riuh. Kalimat yang dilontarkan Edwin membuat amarahnya mendadak meluap.
"Lalu neneknya? Kenapa kau membunuh orang tua yang bahkan tak tau apa-apa?!" Intonasi suara Bella mulai meninggi.
"Aaaarrrghh!" Edwin tiba-tiba menjerit keras. "Itu gara-gara pria brengsek ini ...!"
JLEB!
Edwin tiba-tiba menghunuskan benda tajam dalam genggaman nya ke perut Tommy, memutar-mutar benda tajam itu dengan seringai kejam.
Jantung Bella seketika melemah melihat adegan itu, di tambah lagi darah segar merembes dari tubuh dokter itu.
*
*
*
Anyeong Readers 💖
Author ucapkan terimakasih banyak buat yang sudah setia membaca karya ini dan tak malu-malu meninggalkan jejak cinta nya di setiap bab, termasuk kalian yang sudah bermurah hati selalu memberikan gift ini itu💖
Semoga kalian always happy dan di lancarkan rezekinya ya 💋
Jangan lupa ya untuk selalu meng-klik permintaan updatenya 💖
edwiiinnnnn kamu bajingaaaannnnnn
Edwin psikopat yang udah ... entahlah sulit menjelaskannya 😀
Keren kamu Kak❤️