NovelToon NovelToon
DATING? YOU'RE DEAD!

DATING? YOU'RE DEAD!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Psikopat itu cintaku / Trauma masa lalu
Popularitas:66.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.

Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.

Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.

Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.

Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.

Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DYD26

"Itu sebuah kesalahan. -- Gadis cantik itu menyaksikan aku membunuh salah satu dari pelacur-pelacur itu." Edwin berdecak kesal. Pria itu melangkah sambil menenteng sebilah pisau, menyambar mantel yang menggantung di sandaran kursi.

Setelah mengenakan mantel yang merupakan hadiah terakhir dari sang ibu, pria itu kembali bersandar di tempatnya semula. Ia menatap Bella yang melayangkan tatapan sengit.

Bella mengepalkan jari-jemarinya yang berada di belakang badan, amarahnya nyaris meluap.

"Lalu neneknya? Kenapa kau membunuh orang tua yang bahkan tak tau apa-apa?!" Intonasi suara Bella mulai meninggi.

"Aaaarrrghh!" Edwin tiba-tiba menjerit keras. "Itu gara-gara pria brengsek ini ...!"

JLEB!

Edwin tiba-tiba menghunuskan benda tajam dalam genggaman nya ke perut Tommy. Dalam sekejap, darah mengucur bak air pancur.

Bella menjerit pelan, jantungnya seketika melemah ketika Edwin menyuguhkan adegan tak terduga. Genangan darah menyisakan aroma amis yang menyengat.

"Tommy mengadu pada nenek tua itu, bahwa aku lah yang membunuh Rani. Jika banci sialan ini tak bermulut rombeng ... aku tidak akan melenyapkan wanita tua itu! --- Bukan kali ini saja pria jadi-jadian ini membuatku kesal ... kau tau, Bell? Ayahku sengaja merekrut Tommy demi mengusikku, Tommy sang Dokter dan Tommy si pelukis kerap dibanding-bandingkan. Pria tua itu sengaja memicu ku untuk kembali menjadi Dokter dan menjadi pimpinan di Rumah Sakit Mangkujiwo kelak. Sangat memuakkan bukan? Sekarang ... aku tak sudi harus dibanding-bandingkan dengan manusia tak jelas seperti dia." Edwin mencabut pisaunya dan kembali mengangkat benda tajam itu setinggi-tingginya, ia bersiap-siap untuk kembali menikam perut Tommy.

Namun, Edwin menghentikan aksinya. Bola mata pria kejam itu membulat sempurna, darahnya berdesir ketika melihat Bella sudah berdiri di atas ranjang dengan kedua kaki dan tangan yang tak lagi terikat.

"Bagaimana bisa, kau ...." Edwin menggantungkan kalimatnya, lalu melirik pisau dalam genggaman. "Sial ...!"

Tampaknya Edwin baru menyadari, ternyata Bella beranjak dari ranjang dan meraih pisau yang menganggur di sisi jasad Malik, kemudian memotong tali pengekang selagi dirinya menjemput Tommy yang ditawarkannya sebagai hadiah untuk wanita itu.

BUGH!

Edwin terpental dan menubruk ranjang Malik ketika Bella melompat dan menerjang tubuhnya tiba-tiba.

Sedangkan Bella terjerembab, tak sengaja tubuhnya mendorong ranjang beroda milik Tommy. Menyebabkan ranjang dokter yang masih tak sadarkan diri itu tergeser jauh.

Bella lekas berdiri, menegakkan punggung dan pundak. Kedua kakinya sudah memasang kuda-kuda, dua kepalan tinjunya sudah siaga di depan dada.

"Maju kau!" desis Bella.

Edwin masih diam di tempat, matanya hanya fokus menatap lurus pada bibir ranum nan menggoda milik Bella. Bak tersihir, pria itu maju beberapa langkah mendekati Bella yang sudah menatapnya sengit.

Pukulan bertubi-tubi yang Bella layangkan membuat pria itu bergeming sedikitpun. Tubuhnya kokoh layaknya tembok pelindung, tentu membuat Bella bingung. Apalagi, Edwin sedikitpun tak balik menyerangnya.

Edwin tersenyum tipis melihat mata Bella yang linglung. "Sudah selesai? Sekarang giliran ku ...."

Netra hitam milik Bella langsung membola ketika kedua tangan Edwin beserta pisaunya membingkai wajah Bella. Wanita itu semakin membelalak kala bibir Edwin secepat kilat menyambar dan menyesap bibirnya. Bella membeku kaku. Wajah tampan pria itu sedetik membuatnya merasa tersihir.

Edwin melepas pagutannya dan menatap Bella lekat. "Sekarang, aku sudah jauh lebih tinggi darimu kan, Bell? Apa ... kau sudah menyukai aku?"

Sekali lagi, wajah Edwin mendekat dan memangkas jarak. Namun, dengan menggunakan keningnya, Bella lekas menghantam kepala Edwin. Pria itu mundur beberapa langkah, sesaat pandangannya mendadak gelap.

Bella gesit menghadiahi Edwin dengan tinjunya. Pria itu tersungkur ketika Bella menendangnya. Bella memukuli wajah seputih susu itu berkali-kali. Namun, Edwin sedikitpun tak melawan, ia hanya menatap Bella sepuasnya.

"Kenapa kau hanya menatapku, Sialan!" Jerit Bella yang tak hentinya memukul.

Edwin hanya merespon Bella dengan tawa renyah. Bella semakin gelap mata dan semakin bertubi-tubi melayangkan pukulannya.

Tak peduli dengan wajahnya yang sudah penuh darah, Edwin terus saja tertawa. "Kau kira ... aku tidak tau bahwa kau yang menyamar dengan akun palsu dan menggoda ku di aplikasi kencan itu?"

Kalimat yang dilontarkan Edwin, membuat Bella menghentikan aksinya. Ia menatap Edwin, menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.

"Aku tau bahwa itu kau ... seharusnya aku sudah membunuhmu saat itu juga agar tak ada yang bisa menghentikan aksi ku, Bell. Namun, saat aku tau kau orangnya, aku malah bermurah hati membiarkanmu hidup sampai sekarang. Tapi, kenapa kau harus datang ke kota ini? Kenapa kau harus mengejar ku sampai datang kemari dan terus-terusan mengusik perasaan ku? -- Betapa bodohnya aku ... padahal kesempatan kedua untuk membunuhmu sudah ada di depan mata. Harusnya, aku sudah membunuh mu di lembah bukit itu. Tapi, lagi-lagi perasaan ku terusik. Kau kira, kau masih hidup sampai detik ini karena kau hebat? Tidak, Bell, tidak. Itu karena kau berhasil mengusik ku kemb--"

Edwin tak sempat menyelesaikan kata-katanya ketika Bella kembali memukulnya. "Apa yang kau bicarakan, sih?! Aku tak mengerti maksudmu, Sialan!"

Edwin kembali tertawa renyah, kemudian menerjang tubuh Bella hingga terjerembab. Pria itu mengukung tubuh Bella dan menekan kuat pergelangan tangannya.

"Lepas, Sialan!" Bella menendang-nendang dengan kedua lututnya. Namun, Edwin bergeming di atas tubuhnya.

Edwin mendekatkan bibirnya ke telinga Bella, lalu berbisik dengan suara serak. "Jika ada orang yang bisa menghentikan kegilaan ku ... orang itu harus kau, Bell ...."

Bella mengernyit heran. Dia benar-benar tak mengerti apa yang diucapkan pria itu sejak tadi. Keningnya semakin berkerut melihat manik Edwin menatap pintu yang teramat jauh dari ruangan mereka, dengan mata menyorot tajam.

Edwin tiba-tiba tergelak, lalu melepaskan cengkraman nya. Kemudian gesit Edwin meraih pisau yang ia letakkan tepat di samping pergelangan Bella.

Edwin lekas berdiri, begitupun Bella. Namun, Bella mendadak mematung, benda tajam penuh darah sudah mengarah ke lehernya.

"Berdiri di depan ku ...," perintah Edwin tenang.

Kening Bella mengerut.

"Cepat!" Edwin menarik kasar lengan Bella. Kemudian dengan kasar pula ia mencengkram bagian belakang kemeja wanita itu dan menariknya mundur hingga beberapa langkah.

Langkah kaki Edwin berhenti tepat di depan sebuah lemari tua. Bibir pria itu mendekati telinga Bella.

"Tim bodoh mu itu sudah tiba untuk menyelamatkan mu." Ucapan Edwin membuat Bella kembali mengernyit.

"Kau bingung aku bisa tau dari mana?" Edwin terkekeh. "Itu lah yang membedakan aku dengan kalian, Bell."

Tepat setelah berkata demikian, pintu ruangan itu didobrak. Tim 1 dan gabungan tim lainnya menerobos masuk ke tempat itu dengan mengacungkan senjata. Bola mata mereka serentak membeliak melihat jasad Malik yang sudah terkoyak-koyak.

"Diam di tempat atau kami tembak!" teriak Genta dengan kedua tangan bergetar.

"NYENYENYE!" ledek Edwin terbahak-bahak.

Para aparat di sana mendelik kesal, hendak menembak pun jelas posisi mereka tak menguntungkan.

Edwin menjambak kasar rambut Bella dan membisikkan sesuatu di telinga wanita pemilik netra hitam itu. Manik Bella membulat seketika, dia mendengarkan dengan baik ucapan Edwin.

"Aku akan menyerahkan diri jika kau bisa menangkap pria tua itu lebih dulu, Bell ...!" Edwin menerjang kasar bokong Bella hingga kapten cantik itu terjerembab. Lalu secepat kilat ia berlari ke arah lemari tua.

Abirama memusatkan senjata apinya pada Edwin.

DORR!

DORRR!

*

*

*

Maaf bab ini terlalu berantakan readers 💖

1
Akbar Razaq
jangan jangan ramq yg bunuh pelayan toko bunga.dan dianjuga ngasih obat dlm miniman bella.
Anonim
waduuuhhh Bellaaaa....
Sarah Q. M
setidaknya Edwin meskipun ngejar sadar diri sih👍, ini unsur Kelogisan yang bagus, karena aku ngerasa kalau Edwin gak minder kayak aneh aja, bukan tak mendukung couple author tapi aku memang gak menggebu-gebu ngeship aja/Blush/, lagipula aku juga klo jadi Edwin bakal minder sih /Frown/, tapi jujur kasihan sih dia jadi psikopat begitu/Scowl/ , gas salahin bapaknya lagi! /Angry/
Juhairiah
siap☺
Juhairiah
aku kok sedih ya ngelihat edwin
Riaaimutt
hei hei hei...(pemirsa panik)
Sarah Q. M
gak masuk akal sekali ya abirama? , yaa tapi ditunggu development karakternya...
semangat Thor! 👍
💕Bunda Iin💕
ah kau thor demen bgt bikin penasaran😂🤣
💕Bunda Iin💕
wah ada udang di balik batu nih...ada niat terselubung kau abirama😡😱
💕Bunda Iin💕
jgn di denger bella itu pancingan dia buat menghancurkan rumah tangga mu
💕Bunda Iin💕
mantap bella🥰
💕Bunda Iin💕
ayo bella...percayalah kepada suami mu💖😇
Raa
Pecundang bener ya si Abi, main curang.

Amit-amit banget ma lakik modelan seperti dia, udah kebanyakan teori, eh sekarang mau mendapatkan Bella dengan cara kotor🤢
Raa
Mending pulang Bell ... daripada dengerin laki-laki Eddiann yang belum bisa menerima kekalahannya dalam mendapatkan dirimu 😁
Raa
Ini dulu si Abi lulus lewat jalur mana sih?

Bisa-bisanya oon bener🤣
Raa
Bella ... gunakan insting mu, jangan asal percaya aja sama hal yang masih abu-abu. Lebih baik kau selidiki dulu.
Raa
Mending kau pulang, Bi ... terus tidur sambil ngompeng 😎
Raa
Hei Abi Eddiann ... Sepertinya jabatan mu itu hasil dari cuap-cuapan! Begog nya masih nggak ketulungan. Menuduh tanpa bukti akurat, asal jeplak aja tuh lambe 👿
Raa
Astaga 😁😁😁
Raa
Ayo Bell, rangkul dia! Perlahan pasti membaik kondisinya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!