Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Di rumah kediaman mendiang Simpily kini mendadak tengah heboh. Pasalnya Sonic tiba tiba pulang tanpa memberikan kabar pemberitahuan. Seperti jelangkung yang datang tak undang. Dia pulang dengan senyum mengembang. Sudah lama dia bersekolah di luar negeri, juga mengasah kemampuannya untuk segera mewarisi peninggalan orang tuanya.
Sonic celingak celinguk seperti mencari seseorang. Adiknya, semata wayang yang selama ini dia tinggalkan. Dia penasaran dengan parasnya.
Bertahun tahun tidak pernah bertemu, membuatnya tidak bisa mengenali wajah adiknya tentu saja.
Summer memeluk sonic penuh dengan gembira. Dibanding kakaknya Ken, Sonic jauh lebih tampan dan tinggi. Dia juga lebih lembut dan tidak kasar seperti Kenn.
"Ya ampun, anakku pulangggggg.... " Dorta tampak kaget dengan kepulangan Sonic yang tanpa pemberitahuan tersebut.
Sonic tersenyum memberikan pelukan kepada Bibinya itu. Frank juga sedikit pucat melihat Sonic. Mengirim dia ke luar negeri adalah cara aman Frank bisa menguasai harta saudaranya, tapi kenapa anak itu sudah pulang. Rencana nya akan gagal. Dia butuh waktu 3 bulan lagi untuk mengalihkan semua saham itu menjadi milik dirinya.
Sonic, banyak berceloteh kalau dia membawakan oleh oleh untuk semuanya.
Di Negeri Paman sam Sonic bekerja awalnya sebagai staff sampai setahun kemudian dia segera naik jabatan menjadi asisten kepala bagian dan secara bertahap dia menjadi kepala bagian dan bahkan asisten wakil direktur. Dia sudah belajar banyak hal disana, kini saatnya dia kembali untuk mengelola perusahan peninggalan mendiang orang tuanya.
"Aku akan naik untuk membereskan barang barang dulu." Sonic berbicara kepada mereka.
Dorta hanya mengangguk. Summer mengantar sonic naik ke lantai dua. Dia kemudian masuk ke kamarnya. Tidak ada yang berubah, kecuali debu yang banyak. Sepertinya dia harus membersihkan ekstra.
"Kamar ini tidak pernah dipakai kak... " Summer dengan manjanya mengatakan hal tersebut kepada Sonic.
"Ya, aku mengerti." Sonic segera membuka almari dan membersihkannya untuk meletakkan baju baju nya.
***
"Kenapa anak itu sudah pulang?" Dorta merasa marah pada Frank.
"Mana kutahu? Dia bahkan tidak menghubungiku dulu! " Frank juga pusing, dia akan mempercepat rencana. Membuat perusahaan itu bangkrut laku menjual secara murah untuk kemudian dia beli lagi.
"Dia tidak akan bisa berbuat banyak!" Frank menyakinkan Dorta.
Frank segera memencet tombol di ponselnya, menghubungi seseorang.
***
Selesai membereskan bajunya dengan ditunggui Summer, Sonic melangkah keluar menuju kamar di ujung koridor sana.
Summer mendadak menghentikan langkahnya, tapi sudah terlambat karena Sonic sudah membuka pintu kamar tersebut.
Kamar ini tampak jauh sangat berbeda, aksesoris dengan warna ungu mendominasi kamar tersebut. Semua selera nya berubah.
"Apakah selera anak itu berubah?"
"Apa maksud kakak?" Summer menyela omongan Sonic.
"Maksudku Berta. Dia banyak berubah kan?"
"Ah...? Iya!"
Tepat saat itu, sebuah pintu di kamar terbuk.
"Sedang apa kau di kamar Summer?" Kenn keluar dari kamar tamu yang di tempati
Sonic menaikkan sebelah alisnya.
"Kamar Summer?"
"Tunggu... Bukannya ini kamar Berta?"
"Ck!" Kenn berlalu pergi, tapi dia menghentikan langkahnya.
Tangannya menunjuk ke bangunan di sudut terpencil yang dulu di gunakan sebagai gudang.
"Disana adikmu tinggal! "
"Huh?" Sonic menganggap omongan hanya candaan belaka. Tapi sebelum itu, tentu saja Sonic penasaran kenapa kamar adiknya bisa jadi kamar Summer. Kamar itu adalah kamar terbaik yang dulunya harus ditempati Sonic, tapi setelah adiknya lahir, dia ingin memberikan kamar tersebut untuk adiknya . Kamar terluas dengan pencahayaan yang bagus.
"Kenapa ini bisa jadi kamar mu Summer?"
"Ah itu...... "Summer bingung harus menjawab apa, tidak mungkin dia bilang kalau dia yang menginginkannya kan, lalu berkata bahwa orang tuanya lah yang telah mengusir Berta keluar dari kamar ini.
" Karena dia sakit sakitan Nak, Berta kemudian menyarankan untuk berbagi kamar." Dorta untungnya segera naik untuk mengantisipasinya keadaan yang seperti ini.
"Jadi begitu... "
"Jadi apalah kondisimu sudah membaik?" Sonic mengelus kepala Summer.
Summer tersenyum malu, kakak sepupunya itu selalu baik dan berhati lembut. "Berkat perhatian kakak juga aku jadi tambah sehat."
"Good girls!"
"Jadi? Dimana Berta?"
Sonic sejak pindah ke Amerika, setiap dia telpon Bibinya selalu bilang kalau Berta tidak ada dirumah dan atau tidak mau melihat wajahnya. Sonic berpikir kalau Berta mungkin marah karena merasa ditinggalkan. Dia juga merasa bersalah meninggalkan adiknya, tapi dia juga harus segera mengambil tindakan demi masa depan mereka.
"Ah anak itu.... " Dorta memasang wajah melasnya. Matanya tiba tiba berkaca kaca, "Dia salah pergaulan dan sekarang dia minggat dari rumah."
"Apa?!"
Hiks... hikss... Dorta mulai mengeluarkan air mata palsunya. Aktingnya sangat mengesankan.
Summer juga ikut bertindak, dia pandai membaca situasi, "Benar kak... hiks.. Kak Berta dia minggat dari rumah dan entah ada dimana, Dan dan Mom sudah berusaha mencarinya tapi belum bertemu." Mereka berdua, Summer dan Dorta menangis histeris.
Sonic tidak berdaya, "Kenapa kalian tidak pernah mengabariku!" kalau dia mendaptkan kabar itu, tentu saja dia akan menyeret Berta dan membuatnya menjadi anak baik lagi. Dia adalah adik yang manis dan selalu mengikuti nya kemana mana waktu di kecil, kenapa bisa dia berubah seperti itu? Sonic hampir tidak percaya.
Drama mereka terus berlanjut, sampai akhirnya Sonic berkata akan memikirkan hal itu nanti dan ingin beristirahat di kamar saja.
Di kamar dia merenung, apa yang salah? dari mana titik masalah itu datang. Kemungkinan sejak orang tua mereka pergi.
***
Di kamar minimalis nya, Berta merasa kelelahan. Apa dia pindah saja ke luar negeri. Disana mungkin dia tidak akan mendapatkan masalah, mencari pekerjaan akan lebih mudah. Dia kesepian.
Dia melihat ponselnya, hanya ada kontak Clara, satu satunya temannya. Selain itu hanya ada kontak nomor orang tua muridnya, dan juga nomor muridnya.
Umurnya masih muda, tapi dia sudah mengalami banyak hal di hidupnya, bertemu dengan berbagai jenis lelaki mesumm, dan aneh. Hari ini dia bahkan di culik. Tanpa sadar akar mata Berta mengalir. Dia merindukan kedua orang tuanya.
"Mama... Papa... "
Ah... dia ingat punya seorang kakak, kakak yang pergi ke luar negeri meninggalkan dirinya. Dia disekolahkan sekolah yang bagus, berbeda dengan dirinya yang harus sekolah di sekolah umum agar gratis dan tidak membayar. Tidak pernah mendapatkan jatah les seperti Summer atau Kenn. Berta selalu belajar sendiri, secara mandiri. Bahkan ketika masuk SMA dia harus bekerja paruh waktu agar dapat menghasilkan uang untuk jajan dan beli keperluan pribadinya. Paman dan bibinya tamak, tak memberikan hak Berta sedikitpun. Baju yang dipakai Berta juga bekas dari Summer.
Kakaknya tidak tahu akan kondisi Berta. Dia juga tidak berusaha mencari tahu. Berta kecewa dengan kakaknya. Baginya hubungan masa lalu yang baik itu hanya tinggal kenangan. Berta ingin melupakan keluarganya.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼