NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

"Aku mau ke toilet."

"Cepatlah! Kita akan masuk sebentar lagi," ujar teman Sarah yang baru selesai dari kantin.

Sarah mengangguk. Dia pergi ke toilet dengan terburu-buru karena sudah tidak tahan mau buang air kecil. Begitu tergesa-gesanya ia sampai tidak sadar jika Aurora ada di dalam sana duduk di atas wastafel dengan gaya yang angkuh.

"Mau kemana?" sapa Aurora membuat Sarah terperanjat dan menoleh.

Degg!!

Jantungnya seakan melompat keluar saat melihat Aurora di sana. Wajahnya berubah pucat dan tegang karena masih ingat apa yang ia lakukan di kelas tadi.

"A-aurora!"

"Hm. Kau kenal aku?" tanya Aurora dengan arti tatapan seolah mengatakan jika sarah

sudah mencari mati dengannya. Jelas gadis itu gugup. Aurora adalah momok yang

paling menakutkan bagi para gadis yang berani mendekati Damian.

"A-aurora! Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mendekati damian tapi...tapi teman-temanku yang menyuruhnya."

"Lalu?" Aurora turun dari wastafel masih dengan tatapan tenang penuh intimidasinya.

Sarah makin panas dingin meremas pinggir roknya. Dengan kepala tertunduk ia mencoba menghindari kontak mata dengan Chelsea.

"Maaf."

"Kau menyukai damian?"

Sarah mengangguk ragu-ragu.

"Apa yang kau suka darinya?"

Sebelumn menjawab Sarah mencuri pandang ke wajah Aurora memastikan gadis itu tidak akan menerkamnya.

"D-dia tampan dan pintar."

"Hanya itu?"

Sarah menggeleng. Pipinya memerah setiap membayangkan damian karena sejak awal masuk sekolah ia memang sudah punya rasa pada lelaki itu. Tapi keberanian sarah

tidaklah seperti Aurora yang terang-terangan mengejar damian.

"Aku menyukai damian sejak dari kelas satu. Apa..apa kau bisa merelakan damian untukku?"

"Tentu," jawab Aurora mengejutkan sarah yang semula takut setengah mati.

"Benarkah? Kau tidak akan marah marah?"

"Tidak. Kenapa aku marah? Wajar kau menyukai damian karena dia memang begitu mempesona." Senyum sarah merekah

lebar. Binar matanya berkobar penuh kebahagiaan.

"Aurora! Kau..kau benar-benar tidak marah jika aku.."

"Tapi yang salah, kau mengajaknya berpacaran"

Senyum sarah lenyap berganti rasa takut yang kembali datang. Lihatlah bagaimana raut wajah beku Aurora yang seolah-olah mau memakunya hidup-hidup.

"Aku tidak melarang siapapun menyukainya tapi jangan sampai berani mendekat atau menyatakan perasaan padanya. Tapi kau...kau sangat berani."

"A-aurora," gugupnya berjalan mundur saat Aurora melangkah maju penuh ancaman.

"Aku sudah lama tidak mematahkan jari seseorang. Kau ingat kejadian bulan lalu pada teman satu angkatan kita, hum? Jarinya yang indah... seperti punyaku!"

Aurora menunjukan kukunya yang cantik berkutek merah. Sarah amat pucat bahkan kedua tungkainya gemetar dia tahu Aurora sangat nekat dan ambisius.

"M-maafkan aku. Maaf! Aku..aku sungguh minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Aku tahu. Tapi untuk kesalahanmu tetap harus mendapat balasan, bukan?"

Sarah sudah mentok ke dinding toilet. Aurora berhenti berdiri tepat di hadapannya dengan sorot mata menakutkan penuh kebengisan.

"Aurora!"

"Tidak akan sakit. Sungguh" gumam Aurora menyeringai iblis segera menjambak rambut

Sarah dan menyeret gadis itu ke dalam kamar mandi. Sarah memberontak tapi jelas kekuatannya dan Aurora beda jauh. Gadis yang ditempa dengan kekerasan dan

kekejaman tidak akan bisa mundur hanya karena dorongan remaja gemulai.

"Aurora!! Aurora aku mohon! Aku mohon jangaan!"

"Hanya sebentar. Aku dengar kau pandai berenang bukan? Aku rasa ini tidak masalah."

"Aku...akkhmmm!" Aurora sudah membenamkan wajah sarah ke bak air yang penuh. Kedua tangan gadis itu memberontak tapi Aurora tidak peduli.

"Masih berani kau mendekatinya?"

"Eumm!!" Menggeleng kuat berusaha bangkit tapi Aurora sangat begis menekan-nekan kepalanya ke dalam bak air.

"Apa kurang?"

"Eummm!!!"

Memukul-mukul pinggir bak air karena kehabisan nafas. Aurora menarik rambut nya ke atas otomatis kepalanya terangkat

dari dalam bak air.

Wajah sarah pucat dengan nafas memburu bahkan tersedak terminum air.

"L-lepaas uhukk! T..tolong hiks!"

"Masih mau?" tawar Aurora tak bercanda.

Sarah menggeleng dengan tatapan penuh permohonan padanya. Melihat gadis itu sudah trauma, Aurora segera melepas jambakannya sampai tubuh sarah merosot ke lantai kamar mandi. Kedua kakinya gemetar dan Aurora tersenyum puas melihat Sarah kencing dalam celana. Sungguh, ini sangat menyenangkan.

"Katakan pada teman-temanmu. Jika dia

berani mendekati Damian atau membicarakannya saja, dia akan mendapat giliran. Paham?"

"I-iya," jawab Sarah mengangguk cepat.

Aurora melangkah keluar dari toilet. Sialnya dia berpapasan dengan tiara yang mau memasuk ruangan itu.

"Aurora!" sapanya ramah tapi Aurora tidak menggubris Tiara.

Dia pergi meninggalkan gadis itu seolah tidak melihat siapapun. Tujuan Aurora adalah kelas nya ini sudah masuk jam pelajaran terakhir dan sudah lumayan terlambat. Sesampainya di kelas Aurora menyelonong masuk. Kebetulan tidak ada Guru di dalam dan mereka terlihat mengerjakan tugas. Aurora melirik ke bangku Damian. Lelaki itu tidak ada di sini dan mungkin sudah pulang lebih awal. Enatlah, dia memang suka pergi tanpa aturan.

"Ra!" panggil Rama melambaikan tangan padanya.

"Ada tugas dari Mis Merry! kita satu kelompok dan. Damian juga," imbuh Rama yang diangguki Aurora.

"Dari mana saja kau? Pembuat masalah!" sinis Rafa sedari tadi bermalas-malasan di

mejanya. Aurora mengabaikan Rafa. Dia duduk di kursinya membuka ponsel untuk membalas pesan seseorang.

"Ck! Dasar sombong!" maki rafa geram.

"Kau berisik. Kerjakan saja tugas kelompokmu sendiri," ketus Rama tidak suka.

"Hey orang miskin. Kau jangan ikut campur."

"Yang kaya itu orang tuamu. Bukan kau si playboy cap katak"

"Kauu.."

"Raf!" tegur Kenan membuat rafa mendengus.

***

Setelah pulang dari sekolah Aurora segera pergi ke rumah Tuan Hendra. Tepat sore ini pria itu baru pulang dan langsung menghadiahkan tatapan tajam padanya menunjukan ketidaksukaan.

"Masih berani kau datang ke sini?"

Aurora menoleh ke arah pintu utama Tuan Hendra berdiri dengan stelan kerjanya dan tampak kusut.

"Paman!"

"Aku sudah mengatakan padamu, bukan? Jangan menginjakkan kakimu lagi di sini!!" bentaknya emosi. Aurora menghela nafas tidak mau terpancing. Langkahnya ditarik mendekat kemudian memandang tenang pria paruh baya itu.

"Aku sudah transfer 300 juta ke rekeningmu, Paman! Untuk sekarang alku hanya bisa membayar sebanyak itu tapi aku janji, nanti akan-ku berikan lebih."

"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Tuan Hendra menaikan satu alisnya curiga.

"Aku meminjam pada teman."

"Ck! Ntah apa yang kau berikan padaku hingga sampai meminjamkan uang sebanyak itu," tudingnya menatap jijik Aurora.

Aurora tidak terlalu mengambil hati. Yang jelas dia sudah memenuhi ucapannya kemaren.

"Aku sudah mengirim uangnya. Sekarang giliran Paman yang datang ke sekolah-ku untuk menemui Mr Frank."

"Apa? Kau pikir aku serius saat mengatakan itu?" deliknya mencemo'oh. Aurora mengepal. Wajahnya mulai marah karena ternyata Tuan Hendra hanya mempermainkannya.

"Aurora! Aku tidak sudi ikut campur lagi urusanmu dan jangan pernah membawa-bawa namaku lagi."

"Kau sudah berjanji untuk datang," bantah Aurora menahan emosi.

Tuan Hendra tergelak sinis kemudian langsung mencengkram pipi Aurora kuat sampai wajah cantik gadis itu mendongak padanya.

"Janji tidaklah berarti bagiku. Aku sangat muak melihat wajahmu bahkan seumur hidup-pun kau tidak pantas bahagia."

Mata Aurora memanas. Tidakkah cukup Tuan Hendra mengatasinya demikian.

Bahkan dia sudah bekerja keras mewujudkan permintaan pria utu sampai rela memasuki pekerjaan kriminal hanya demi mendapatkan uang tapi ternyata, dia ditipu.

"Kau harus tetap mengirimkan uang dalam

jumlah besar untukku. Jika tidak, kau terima akibatnya."

Tuan Hendra mendorong Aurora sampai tersungkur ke lantai kemudian meludahi kaki Keponakan yang malang itu.

"Setidaknya kau berguna. Hasilkan banyak uang karena kau memang mesin pencari

uang untukku."

Setelah menagatakan kalimat tajam itu, Tuan Hendra pergi. Aurora meremas pinggir

roknya menatap kepergian Tuan Hendra dengan mata berkaca-kaca.

"Nona!" Bibi sumi datang melihat dari kejauhan. Wanita itu membantu aurora berdiri dengan segala kekhawatiran sarat di

wajahnya.

"Nona..Nona baik-baik saja?"

Aurora mengangguk tersenyum tipis. Bibi sumi bisa melihat pipi Aurora merah terdapat bekas cengkraman tuan Hendra yang kuat.

"Bibi! Aku pergi dulu,' pamit nya segera keluar rumah.

Bibi sumi hanya bisa memandangi kepergian Aurora. Dia cemas jika gadis itu belummakan atau butuh sesuatu di luaran sana dan tidak ada yang

mengurusnya nanti.

****

Aurora memacu Black menuju apartemennya. Setibanya di sana Aurora langsung turun untuk membersihkan dirinya

berganti pakaian kemudian mengambil tas sekolahnya yang ia isi satu buku dan satu set pakian ganti. Setelah semua selesai, dia

kembali ke bawah mengendarai Black menuju kediaman Theodore.

Yah. Aurora memang nekat dan bisa dibilang sangat berani. Dia akan memanfaatkan agenda kerja kelompok mereka yang tadi belum selesai di sekolah untuk untuk menginap kediaman damian.

Untung-untung Aurora mencari hiburan karena dia cukup depresi setelah pulang dari rumah pamannya. Tidak butuh waktu lama bagi Aurora untuk sampai di sana. Mengendarai Black dalam kecepatan tinggi tidak heran lagi jika itu seorang Aurora.

"Kakak rora!!!" suara cempreng dan heboh sosok bocah berumur 5 tahun yang berlari keluar pintu besar Mansion mendatangi Aurora yang baru turun dari motor melepas helmnya. Sebelum ke sini Aurora

memberi pesan pada alexio. Jangan kira bocah itu tidak punya alat komunikasi. Dia

punya jam smart yang bernilai milyaran melingkar di pergelangan tangan mungilnya

untuk menerima panggilan atau pesan Seseorang.

"Alexio! Kenapa tidak memakai celana?" terkejut Aurora saat baru sadar Alexio si bocah pecicilan hanya memakai kaos lengan pendek dan CD anak-anak bermotif spiderman.

"Panas. Lagi pula tidak ada Diddy di Mansion," santainya sembari menggaruk-garuk pantat yang tak gatal.

"Ayo masuk. Jangan sembarangan tidak memakai celana jika di luar. Nanti burungmu lepas.

"Alexio punya burung?" polosnya membuat Aurora gemas bercampur geli menggenggam tangan alexio memasuki mansion besar ini.

"Punya," jawab Aurora jahil.

"Di mana? Alexio mau pamer sama Kakak.

Aurora tahu alexio susah sekali memakai celana. Timbul ide brilian di kepalanya.

"Di dalam CD Spiderman Alexio di sana ada burung masih muda. Jangan dipamerkan nanti bisa hilang. Ok?"

Alexio mengangguk patuh segera mencari Suster atau baby sister mereka untuk mengganti celana.

Aurora hanya menggeleng geli kemnudian mengamati seisi lantai dasar yang amat luas dan megah mnencari penghuni lain.

Ada satu foto keluarga besar di dinding sana terlihat elegan dan berkharisma.

"Apa damian belum pulang?" gumam Aurora tidak bersemangat.

"Aurora!" Panggilan dari arah belakang membuat Aurora berbalik. Senyumnya mengembang melihat ada Mymmy Eleza yang tampaknya baru tiba di kediaman.

"Mymy!"

"Kau baru datang? Kenapa baru sekarang? Sudah lama tidak melihatmu ke sini."

Aurora mendekat memeluk wanita cantik itu. Sampai sekarang Aurora masih sangat

mengaggumi sosok Mymmy Eleza karena menurutnya wanita ini sangat mahal dan badas.

"Hanya sedikit sibuk. Tapi hari ini aku berencana menginap, boleh My?"

Mymmy Eleza mengangguk. Dia sudah cukup akrab dengan Chelsea dan lumayan menyukai gadis bar-bar ini.

"Tidak masalah. Tidurnya di kamar damian," godanya membuat Aurora memerah.

"Tidak perlu mengelak. Aku tahu isi otak kecilmu ini."

"Mimmy yang terbaik," ucap Eleza mengacungkan dua jempol. Mimmy Eleza hanya tersenyum tipis pamit mau ke atas karena dia harus membersihkan diri. Hampir seharian dari luar dan tubuhnya lumayan lengket. Karena tidak ada yang mau dikerjakan lagi. Aurora langsung bersemangat ke kamar Damian. Ntah apa rencana licik dalam benaknya tapi yang jelas itu tidak baik untuk pria perjaka seperti Damian.

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!