Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Seharusnya aku lah yang berkata seperti itu, beraninya kau menyentuhku tanpa ijin." Pekik Bulan dengan wajah yang memerah menahan amarah
"Seharusnya kau berterimakasih padaku karena akulah, kau tidak harus menanggung malu semakin dalam! Sebenernya, apa yang ada di dalam pikiran mu saat ini?"
Setelah mengatakan itu, Ragnar sampai-sampai harus menarik rambutnya sendiri agar tidak terpancing emosi.
"Malu, untuk apa aku malu? Seharusnya, kau memang tidak perlu menarik ku keluar karena aku bisa keluar sendiri. hanya saja, aku akan keluar setelah membuat Arneta meminta maaf padaku dan mengganti semua kerugian ku. " Jawab Bulan penuh percaya diri
"What?" Ragnar tak bisa berkata-kata lagi hingga di buat mengusap wajahnya beberapa kali. pria itu di buat tak habis pikir dengan kerasa kepalanya Bulan yang tak pernah berubah, malah semakin menjadi-jadi
"Ck, buang-buang waktu saja." Geram Bulan, lalu dengan cepat berusaha untuk kembali masuk ke dalam. namun dengan cepat Ragnar berhasil menghalangi langkahnya
"Mau kemana kau?" Tanya Pria itu sembari menatap tajam ke arah sang wanita
"Aku ingin masuk! urusanku belum selesai."
"Tidak bisa, kau tetap di sini atau Vincent sendiri yang akan menyeret mu pergi! semua keputusan ada di tangan mu." tekan Ragnar penuh peringatan
"Itu tidak mungkin karena kami adalah ke........ " Ucapan Bulan menguap begitu saja setelah mulutnya tiba-tiba di sumpal oleh managernya sendiri.
"Maaf, saya yang akan membawanya pergi dari sini." Ucap Wanita berusia 42 tahun itu.
"Bibi seharusnya mengajarkan Adab kepada Bulan, Bik! tingkahnya semakin menjadi-jadi, aku takut dia akan terkena masalah jika sikapnya masih seperti ini."
Ragnar mencoba memberikan pengertian setelah melihat Ibu dari mantan kekasihnya itu muncul. Ya, Manager Bulan adalah ibunya sendiri yang nyatanya mengetahui pekerjaan sampingan Bulan adalah seorang Simpanan pria-pria kaya.
Ragnar sebenarnya tau jika sahabatnya tengah bermain curang di belakang Arneta. namun, ia belum mengetahui jika wanita simpanan Vincent adalah Bulan, yang merupakan mantan kekasihnya.
Entah apa yang akan terjadi jika sampai Ragnar tau Bulan adalah Wanita yang berhasil menggoda Vincent untuk bermain Gila dengannya.
Meskipun Bulan berusaha berontak agar Mulutnya di buka, Namun sang ibu nampaknya tidak bisa melakukannya karena ia tahu putrinya itu pasti akan semakin berulah, hingga bisa-bisa rencana mereka akan gagal total.
"Ya, kau tenang saja! sepertinya obat Bulan habis sehingga emosinya tidak terkendali. aku akan segera membawanya untuk bertemu terapisnya lagi supaya Ia mau meminum obatnya kembali."
Setelah mengatakan Itu, Wanita paruh baya itu menarik Bulan untuk pergi dari sana secepat mungkin.
Ragnar geleng-geleng kepala sembari menatap kepergian keduanya. Ia tak habis pikir jika sikap Bulan masih belum banyak berubah, Nampaknya penyakit Bipolar yang di idapnya mudah sekali kambuh sehingga membuatnya sulit untuk menahan emosi.
"Aku berharap kau segera sembuh, Bi. seandainya kau tau jika aku masih sangat mencintaimu." Gumam Ragnar lirih sembari meremas dadanya sendiri
"Apa...... kakak bicara dengan siapa?"
Deg
Ragnar sampai terlonjak kaget dengan kemunculan seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
Entah dari mana Viviane muncul karena tiba-tiba saja wanita muda itu sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh kecurigaan
"Ya Tuhan Vivi, bikin kaget saja."
Ragnar sampai-sampai harus menarik nafasnya panjang karena terkejut.
Melihat raut kekerasan di wajah pria yang sangat di cintainya itu, Viviane berinisiatif untuk memeluknya.
"Jangan marah kak! Aku sangat merindukanmu," Ujar gadis itu setelah berhasil memeluk pinggang sang pujaan hati
Ragnar reflek mengangkat kedua tangannya dengan mata terpejam ketika gadis itu tiba-tiba memeluk tubuhnya.
"Vivi, Bisa lepaskan aku!" Pinta Ragnar sembari menarik rambut Viviane yang kebetulan di kepang satu.
"Aww awww awwww, sakit kak, tega sekali sih." Pekik Viviane bernada merengek
Sungguh pria itu merasa risih ketika gadis itu acap kali mencuri celah untuk menempel pada dirinya ketika mereka bertemu. entah sudah keberapa kali, Viviane mencoba untuk menguntitnya meskipun selalu berakhir dengan omelan dari Vincent kakaknya.
Sembari menggeleng kan kepalanya, Ragnar berujar, "Masuklah Vi, keluargamu pasti mencari mu saat ini." bubuknya agar gadis itu tak lagi menguntitnya
"Tidak mau!" Tolak Viviane sembari menggoyangkan jari telunjuknya dengan penuh percaya diri, sehingga membuat Ragnar kembali menghela nafasnya panjang.
"Baiklah, jika kau tidak mau maka biarkan aku saja yang pergi!"
Tanpa menunggu jawaban Vivi, Ragnar mencoba angkat kaki dari tempat itu meskipun ia sadar bawah itu tak akan mudah. gadis itu pasti akan melakukan segala cara agar bisa membuatnya tetap tinggal di sana seperti saat ini.
Bug
Suara benturan keras tiba-tiba terdengar hingga membuat Ragnar reflek menghentikan langkah kakinya sembari menghela nafasnya panjang.
"Kali ini, apa lagi yang di lakukan bocah ingusan itu?" Gumam Pria itu dalam hati sembari beranjak berbalik
Deg
Ragnar terdiam, tubuh Viviane tiba-tiba terkulai lemas di atas lantas padahal tadi gadis itu nampak baik-baik saja. Sejenak pria itu berfikir mungkin saja ini hanya akal-akalan Viviane untuk mencari perhatiannya, mengingat ini bukan kali pertama gadis itu bersiap demikian.
Sembari memutar bola matanya malas, Ragnar perlahan mendekat. "Bangun Vi atau aku akan memanggil kakakmu kemari!
"JANGAN!!!"
*******
Di lain tempat, Vincent tengah sibuk menyelimuti sang istri setelah membawanya ke ruang Pribadinya yang berada satu lantai di bawah Rooftop, bersebelahan dengan ruang kerjanya.
"Tidurlah sayang! Aku harus keluar sebentar." Ucap Vincent sembari beranjak untuk keluar kamar
Arneta hanya mengangguk patuh, ini memang sesuatu yang ia tunggu-tunggu sejak tadi agar bisa mencari celah memanggil Mira untuk datang ke kamarnya.
Klik
setelah memastikan kondisi aman, Vincent sudah pergi. Arneta mulai menggapai tasnya untuk mencari ponsel guna menghubungi Mira.
Setelah beberapa saat, panggilan itu terhubung hingga Arneta meminta Mira untuk bergegas datang ke kamarnya.
Beberapa saat berlalu, Mira pun sudah tiba di depan kamar itu sebelum Arneta membukanya.
Deg
"kau...... " Arneta terkejut karena Mira sudah berdiri di hadapannya ketika pintu baru terbuka.
"Saya Nona." Jawab Mira sembari sedikit menunduk
Arneta spontan menoleh ke kanan dan kiri guna memastikan tak ada satupun orang yang melihat pergerakan mereka. "Bagaimana secepat ini kau sampai di sini?"
"Saat anda menghubungi saya, kebetulan saya ada di Bar lantai bawah. jadi tidak butuh waktu lama untuk saya tiba di sini.
" Ohhhhhhh" Arneta menyerahkan Map yang sudah di tanda tangani tadi, "Cepat urus semuanya, dan jangan sampai ada yang curiga!" Ucap Arneta dengan berbisik
Mira mengangguk patuh, lalu ia bergegas undur diri untuk menyelesaikan seluruh tugasnya.
Arneta kini dapat bernafas dengan lega karena rencananya sedikit lagi akan berhasil. tinggal menunggu beberapa hari saja, ia akan membalikan keadaan seperti semula.
Siapa sangka dari ruang kerjanya, Vincent nyatanya mengawasi gerak gerik keduanya. namun, bukan karena mencurigai apa yang sedang di lakukan sang istri. Vincent melakukannya karena ia sangat khawatir dengan keadaan Arneta yang masih terguncang.
Dan kedatangan Mira ke kamarnya adalah hal biasa, mengingat Mira adalah asisten pribadi sang istri.
Mengingat itu, tangan Vincent terkepal kuat. ia teringat dengan apa yang di lakukan Bulan tadi saat mempermalukan sang istri.
"Dasar wanita tidak tau di untung. sampah, awas kau nanti!" Ucapnya geram.