Anak itu tumbuh di keluarga kaya. Dia mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan segala macam hal-hal yang penting bagi orang kaya. Namun, dia terlalu fokus pada semua itu. Anak itu tumbuh menjadi orang egois, dia merasa tidak pernah bantuan orang lain, uang bisa melakukan segalanya. namun suatu ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan, dia tinggal sendiri bersama para bawahannya, tapi ketika dia sakit, seluruh hartanya di curi dan semua bawahannya meninggalkannya. dalam keadaan menderita dia terbaring di rumah sakit, tanpa keluarga dan istri. dia baru menyadari pentingnya seorang istri, dan keluarganya. meninggal dalam penyesalan dan bereinkarnasi di Dunia lain. Dunia yang unik dan penuh dengan kultivasi. di sini dia akan berjuang demi kehidupan yang layak dan berdiri di puncak kultivasi.
Namun dia tidak punya akar spiritual, bagaimana dia bisa berdiri di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tidak sengaja melihat!
Pada siang harinya, akhirnya lonceng berbunyi dan pria itu mengumumkan ajaran telah selesai dan mereka di persilahkan balik untuk mempersiapkan kegiatan selanjutnya.
Sebagian murid-murid mengerti dan pergi begitu saja.
Lalu lima belas menit kemudian akhirnya mereka kembali dengan persiapan yang matang.
“Ini adalah pertama kalinya kalian bekerja.” Pria itu membagikan gergaji, kapak dan pisau besar. Sembilan orang itu mendapatkan alat masing-masing. “Sekte Yung Yue masih dalam tahap pembangunan, oleh karena itu, kami memerlukan banyak bantuan kalian. Kami para peri tentu saja bisa menghancurkan apa pun dengan mudah, tapi membuatnya dengan energi Peri, itu hanya tingkat atas yang bisa melakukannya. Sebelumnya, patriark terdahulu mampu mencapainya. Dia kemudian meninggalkan sekte dan menaiki alam kedua.”
“Hutan di dekat sekte seluruhnya bisa kalian tebang, tetapi aku akan memilihkan tempat untuk kalian.”
Pria itu berbalik pergi dan seluruh murid mengikutinya.
Mereka di bawa ke area timur dan di sana beberapa pekerja tua sedang memotong kayu dan membawanya. “Ini adalah tempat kalian. Sebelum lonceng berbunyi, kalian tidak bisa pergi dari sini.”
Murid-murid rata-rata berumur sepuluh tahun ke atas, hanya Xiao Li dan He yang di bawahnya. Mereka sangat muda di antara para murid. Semua orang memandangnya kasihan, tapi tidak ada yang menyangka Fisik Xiao Li setelah berlatih di pondok telah membuatnya kuat. Dia tidak perlu khawatir dengan ini.
Tapi setelah pekerjaan berlangsung, dia mulai kelelahan dan rasa iri kadang-kadang muncul ketika para murid pria yang rupawan pergi dengan pedang terbangnya melintasi langit dan murid-murid perempuan yang memesona dalam balutan kain katunnya. Itu membakar semangatnya dan berjuang lebih giat.
Pada sore hari, akhirnya lonceng berbunyi. Sepuluh murid itu lega dan tubuh mereka di penuhi keringat yang kental. Hari itu benar-benar melelahkan dan panas. Tapi Xiao Li menikmati ketika dada gadis-gadis itu menempel pada pakaian mereka sehingga memperlihatkan lekukan indahnya. Ini adalah hiburan tambahan baginya.
Xiao Li duduk di bawah pohon. Xiao He menawarkan Araknya. Dia menolak. Mereka bersama-sama duduk. “Hari ini lelah,” Kata Xiao Li.
Xiao He mengangguk.
Tidak lama kemudian Xiao He berdiri. “Kau tidak ingin pulang?”
“Kau terlebih dahulu. Aku ingin jalan-jalan sebentar.”
Xiao He pada dasarnya bukan orang yang terlalu banyak peduli, dia meminta izin dan pergi dari sana.
Para pekerja sudah pergi dan murid-murid merendam dirinya untuk menyembuhkan tubuhnya kembali. Xiao Li lebih baik pergi ke sungai. Dia memejamkan matanya dan mulai menyerap energi Qi alam. Seperti yang di harapkannya, suasana menjadi hening. Dia dapat mendengar daun-daun berjatuhan, suara angin bertiup dan burung-burung mengepakkan sayapnya. Kemudian dia mendengar suara percikan-percikan air. Hati Xiao Li gembira kemudian energi Qi mulai masuk. Tidak lama, Xiao Li memuntahkan darah.
Dia mengusap wajahnya dan berdiri. “Arah selatan.” Dia memandang ke selatan. Di sana arahnya. Pasti ada air terjun.”
Jelas itu akan lebih jauh, tapi Xiao Li bisa mengeluarkan pedang terbangnya. Dia mencobanya sesuai yang di ingatnya. Tapi setelah melakukan beberapa lambaian tangan, Pedang terbang tidak kunjung muncul. Apa karena tubuhnya saat ini masih lemah?”
“Sekali lagi.”
Dia mencobanya dan tiba-tiba muncul butiran-butiran cahaya putih dan pedang terbang seukuran telapak tangan dewasa dan tebal. Panjangnya kira-kira tiga meter. Xiao Li kagum, jadi dia dapat mengeluarkan pedang terbang yang lebih besar dan kuat.
“Di dalam deskripsi, mengendalikan Pedang dengan pikiran. Pedang adalah pikiran dan pikiran adalah pedang.”
Dia perlahan-lahan menginjakkan kakinya dengan mantap. Dia ragu-ragu karena pedang itu semakin turun. Memastikan pedang itu kuat, dia mengangkat kaki yang satunya lagi. Menyeimbangkan tubuhnya, dia lalu mengontrol pedangnya seperti pikiran dan tiba-tiba Pedangnya terbang ke langit, menghilang.
Namun Xiao Li tidak bisa mengontrolnya dengan baik. Dia melaju lebih cepat dan tubuhnya tidak kuat. Melambatkannya, tiba-tiba pedang itu berhenti dan Xiao Li menghela nafas. Pada saat itu dia sudah bergelantungan dan di atas kakinya menyentuh ujung pepohonan. Jika lengah, dia sudah terjatuh dan terluka. Xiao Li merangkak dan tidur di atasnya.
Ternyata terbang seperti peri memerlukan latihan.
Dia beristirahat sebentar. “Baiklah. Kita akan mencobanya lagi.”
Xiao Li menghela nafas dan mengontrol pikirannya dengan lembut. Perlahan-lahan pedang terbang mulai melaju dan Xiao Li semakin gembira. Dia dapat menyeimbangkan tubuhnya. Semakin cepat dan lebih cepat. Dia berhasil dan kemudian mencoba turun menghindari pepohonan. Dia juga berhasil melakukannya.
Namun ketika ada dua ranting yang mencoba menghalanginya, dia menjadi lebih yakin dan menantangnya. Dia bisa menaiki pedang terbangnya lebih tinggi dengan cepat.
Akan tetapi, ketika hendak melakukannya, di depannya tiba-tiba ular bergelantungan. Xiao Li terkejut dan kehilangan kendali. Dia terjatuh dan mendarat dengan kasar. Tentunya itu tidak terlalu sakit. Dia mengaduh dan berdiri. Tiba-tiba dia mendengar suara percikan-percikan air mengalir. Xiao Li gembira. Dia bergegas mendekatinya dan muncul dalam semak-semak.
Dia terkejut memandang keindahan air terjun. Dari kiri airnya jernih dan memukau. Air mengalir deras membawa aura sejuk, tapi semakin ke kanan.... Eh? Xiao Li terkejut.
“Seharusnya aku tidak melihatnya.”
Ada sosok yang indah tenggelam dalam air terjun. Kulitnya tidak seputih salju, tapi sangat menawan, namun dia bukan orang yang gemuk dan memiliki tubuh yang ideal, tapi terlihat tepat dengan tinggi tubuhnya.
Dia membelakangi Xiao Li sehingga dia dapat melihat punggungnya yang ramping dan putih.
Di kehidupan sebelumnya selain pornografi, dia tidak pernah melihat keindahan seperti ini, dan setelah melihatnya secara langsung, rasanya benar-benar berbeda. Ada sensasi yang sangat indah di hatinya.
Tapi, tidak lama kemudian, gadis itu terkejut dan berbalik. Matanya tertuju pada Xiao Li. Langsung menyembunyikan payu daranya yang kecil. “A-apa yang kau lihat?”
Xiao Li terkejut dan berseru, “Maaf kakak, aku tidak sengaja melihat. Aku akan pergi!”
Xiao Li masuk ke dalam semak-semak.
“Tidak melihat? Jelas-jelas kau menontonnya!”
Gadis itu melompat. Pakaiannya yang putih abu-abu segera menyelimutinya dengan baik.
“Kakak, ini kesalahan paham!” Xiao Li berujar.
Gadis itu tidak menerima alasan. Dia secepat kilat terbang dengan pedang terbangnya dan muncul di depan Xiao Li. Dia mengulurkan tangannya dan lima pedang terbang melesat ke depan.
Xiao Li terkejut. Dia tidak bisa menghindari lima pedang itu secara bersamaan. Dengan cepat berbalik dan pergi dengan pedang terbangnya.
“Anak kecil, kau tidak bisa lari dariku.”
Gadis itu memiliki kecepatan yang tinggi dan muncul di depan Xiao Li.
Xiao Li terkejut lagi.
Gadis itu mengeluarkan pedang dan melesat ke arah Xiao Li. Itu sangat cepat dan Xiao Li tidak akan bisa menghindarinya. Apa yang harus di lakukannya?