Seorang pria bernama Alzeyroz, ia hanyalah pekerjaan bangunan. Saat mendapatkan upah, ia pulang untuk membelikan kue dan kado ulang tahun istrinya, saat sampai di rumah, ternyata istri dan teman satu kantornya dulu berselingkuh, karena panik, istrinya menusuk kedua matanya dengan gunting.
Bukan hanya kedua matanya buta permanen, ia juga di jual dengan bos pengemis, ia kerap kali di siksa karena tidak mau mengemis. hingga akhirnya ia terjatuh di aspal panas, saat ingin meraba tongkat kayunya ia malah menemukan kacamata.
Saat di pakai, kacamata itu malah membuat ia kembali bisa melihat, ternyata itu adalah kacamata super yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
...❤️❤️❤️❤️ Happy reading ❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
Alzeyroz mengerutkan kening, tak percaya dengan apa yang dilihatnya di layar kacamata tembus pandangnya. Bayangan samar seorang pria tampak sedang mencekik seorang wanita di dalam toilet. Mulut wanita itu dibekap erat, matanya melotot ketakutan.
"Sial! Aku harus cepat menyelamatkannya," gumam Alzeyroz, jantungnya berdebar kencang. Ia tak bisa membiarkan wanita itu celaka. Dengan cepat, ia menekan tombol di samping kacamatanya, mengaktifkan mode "penetrasi". Kaca mata itu berkedip, dan kini ia bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam toilet.
Alzeyroz berlari cepat menuju toilet, kepalan tangannya mengepal kuat. Ia tak peduli dengan suara langkah kakinya yang bergema di lorong, fokusnya hanya pada wanita yang terancam di dalam.
Dengan satu hentakan kuat, Alzeyroz mendobrak pintu toilet. Bunyi dentuman keras menggema di ruangan, membuat pria itu tersentak kaget dan melepaskan tangannya dari leher wanita tersebut. Wanita itu terhuyung ke belakang, batuk-batuk dengan napas tersengal-sengal.
"Kau baik-baik saja?" tanya Alzeyroz, matanya tajam menatap pria itu.
Pria itu berdiri terpaku, wajahnya pucat pasi. Ia tak menyangka akan ada yang berani mengganggu aksinya.
"Siapa kau?" tanya pria itu, suaranya gemetar.
"Orang yang akan menghentikan mu," jawab Alzeyroz tegas.
Alzeyroz melangkah maju, siap menghadapi pria itu. Ia tak akan membiarkan wanita itu terluka lagi.
Alzeyroz berdiri tegak, matanya menyala dengan amarah yang membara. "Oh, kau ingin membunuh dia kan? Rasakan ini!" raungnya, suaranya bergema di toilet sempit itu. Tinjunya, dibalut dengan kekuatan dahsyat, menghantam kepala pria itu dengan keras.
Buk!
"Akhhhhhhhhh!" Pria itu meringis kesakitan, tangannya terangkat untuk melindungi kepalanya yang berdenyut. Ia terhuyung mundur, tubuhnya gemetar.
"Kau pikir kau bisa lolos?" Alzeyroz mengejek, senyum sinis terukir di wajahnya. Ia mencengkeram baju belakang pria itu, menariknya dengan kasar hingga pria itu tersungkur.
Pria itu berusaha bangun untuk menekuk Alzeyroz, tapi Alzeyroz tepis.
"Rasakan ini!" Alzeyroz menghantam kepala pria itu lagi, kali ini lebih kuat, membuat pria itu terhuyung dan kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh, kepalanya membentur lantai dengan keras.
"Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan aku!" Alzeyroz berteriak, suaranya penuh dengan kepuasan sadis. Ia menendang perut pria itu dengan brutal, membuat pria itu meringkuk kesakitan.
"Sekarang, katakan padaku, apa tujuan mu membunuhnya?" Alzeyroz berbisik, napasnya memburu, tatapannya tajam menusuk ke dalam mata pria yang terkapar itu. Kegelapan dalam matanya semakin dalam, seolah-olah menelan seluruh ruangan.
"Bukan... Bukan urusan mu!" teriak pria itu ketus, meskipun tubuhnya gemetar menahan rasa sakit. Wajahnya memerah, urat-urat di lehernya menonjol, menunjukkan amarah yang terpendam.
Alzeyroz menyeringai sinis. Ia menarik kerah baju pria itu dengan kuat, jari-jarinya mencengkeram erat. "Oh, kau pikir kau bisa menyembunyikannya dariku?" bisiknya, suaranya dingin seperti es. Ia semakin mengeratkan cengkeramannya, membuat pria itu terengah-engah, berusaha menarik napas.
"Le-lepaskan aku! Le-lepaskan aku!" pria itu memohon, suaranya terengah-engah, nyaris tak terdengar. Ia meronta-ronta, namun kekuatan Alzeyroz jauh lebih besar.
"Oh kau tidak mau memberitahu ya? Kamu cepat telpon polisi!" perintah Alzeyroz kepada wanita yang tadi ingin dibunuh oleh pria tersebut, suaranya penuh dengan sarkasme. Ia melepas cengkeramannya, membiarkan pria itu terjatuh ke lantai, terengah-engah, tubuhnya lemas.
"I-iya." angguk wanita itu cepat.
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️ Bersambung ❤️❤️❤️❤️...
