NovelToon NovelToon
Penantian Lama Mr. Alarick

Penantian Lama Mr. Alarick

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life / Anak Genius / Dark Romance / Mafia / Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: lee_jmjnfxjk

Novel ini akan mengisahkan tentang perjuangan Lucas Alarik yang menunggu sang kekasih untuk pulang kepelukannya. Mereka berjarak terhalang begitulah sampai mungkin Lucas sudah mulai ragu dengan cintanya.

Akankah Mereka bertemu kembali dengan rasa yang sama atau malah asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_jmjnfxjk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14.Hal yang Terlalu Dalam

Aku sempat berpikir, setelah aku menjauh, semuanya akan terasa lebih ringan.

Nyatanya tidak.

Yang berubah hanya jarak fisik. Perasaan justru semakin berisik. Setiap hari aku berangkat sekolah dengan niat yang sama—datang lebih pagi, duduk lebih depan, pulang lebih cepat. Menghindari semua kemungkinan bertemu terlalu lama dengan Danu. Tapi niat itu selalu runtuh di hadapan kebiasaan lama yang belum sempat kuhapus.

Bangku kosong di sebelahku masih terasa seperti kesalahan.

Dan setiap kali aku mendengar namaku dipanggil, tubuhku bereaksi lebih cepat daripada pikiranku.

Danu tidak berubah. Dan itu menyakitkan.

Dia tetap menyapaku setiap pagi dengan nada yang sama seperti dulu, seolah-olah tidak ada yang retak di antara kami. Tetap berdiri di dekat pintu kelas saat jam istirahat, berharap aku keluar dan berjalan bersamanya. Tetap menungguku, meski aku berkali-kali pura-pura sibuk dengan ponsel atau menghindar ke arah lain.

“Gio, lu makan?” tanyanya suatu siang.

Aku menggeleng.

“Udah.”

Padahal perutku kosong. Tapi aku tidak ingin alasan untuk duduk bersamanya lebih lama.

Dia hanya mengangguk, lalu berjalan di sampingku tanpa berkata apa-apa. Tidak memaksa. Tidak menginterogasi. Dan entah kenapa, sikap itu jauh lebih menyiksa daripada kemarahan.

Aku ingin dia kesal.

Aku ingin dia menyerah.

Aku ingin dia berhenti mengejar.

Tapi dia tidak.

Dan di situlah aku mulai sadar—yang sebenarnya ingin berhenti bukan dia. Tapi aku. Berhenti merasa sesak setiap kali dia tersenyum. Berhenti goyah setiap kali dia memanggil namaku dengan suara pelan, seolah-olah aku masih tempat pulang.

Aku bingung.

Bukan karena aku tidak tahu apa yang kurasakan.

Justru karena aku tahu.

Aku tahu aku nyaman dengan Danu. Terlalu nyaman. Aku tahu aku merasa aman di dekatnya, merasa dilihat tanpa harus menjelaskan. Dan perasaan seperti itu seharusnya sederhana. Tapi dunia tidak memberi ruang untuk hal-hal yang terlalu sederhana.

Ada persahabatan yang bisa hancur.

Ada orang-orang yang akan bertanya.

Ada kemungkinan kehilangan yang terlalu besar untuk diabaikan.

Aku tidak yakin aku cukup berani menanggung semuanya.

Hari-hari berlalu dengan pola yang sama. Aku menjauh, Danu mendekat. Aku menghindar, Danu menunggu. Sampai suatu sore, aku pulang lebih lambat dari biasanya dan duduk sendirian di lapangan belakang sekolah. Aku berharap langit senja bisa menenangkan pikiranku, tapi langkah yang sudah kuhafal itu kembali datang.

“Lu ngilang lagi,” kata Danu pelan.

Aku menarik napas panjang.

“Gw cuma pengen sendiri.”

“Lu selalu bilang gitu sekarang,” balasnya. Tidak menuduh. Hanya lelah.

Aku menatap rumput di bawah kakiku. Jari-jariku saling mencengkeram, mencoba menahan sesuatu yang ingin keluar.

“Gio,” lanjutnya, lebih pelan. “Gw gak maksa lu buat jelasin apa pun. Tapi jangan dorong gw sejauh ini.”

Kalimat itu membuat dadaku sesak. Karena aku tahu, dia tidak salah. Aku yang memilih jarak ini. Aku yang membuatnya bertanya-tanya tanpa jawaban.

“Aku bingung,” akhirnya aku berkata, suaraku lebih jujur dari yang kurencanakan. “Dan gw lagi berantem sama perasaan gw sendiri.”

Dia terdiam. Aku bisa merasakan tatapannya, tapi aku tidak berani menoleh.

“Gw cuma butuh waktu,” lanjutku.

“Gw bisa nunggu,” jawabnya pelan.

Jawaban itu bukan kelegaan. Itu justru ketakutan terbesarku.

Karena kalau dia terus menunggu, aku mungkin akan berhenti lari. Dan kalau aku berhenti, aku tidak tahu apakah aku sanggup pergi lagi.

Malam itu, sendirian di kamar, aku menatap layar ponsel yang kosong. Tidak ada pesan darinya. Tidak ada juga dariku. Tapi namanya tetap muncul di kepalaku, terus-menerus.

Aku menjauh bukan karena aku tidak ingin dikejar.

Aku menjauh karena aku takut…

kalau suatu hari aku menyerah,

aku akan memilih dia,

dan kehilangan segalanya yang lain.

Dan itu adalah keputusan paling menakutkan yang pernah harus kupikirkan.

—bersambung—

1
panjul man09
lanjut
Mercy ley
yupp aku stuju..
Mercy ley
kasian respon nya ga sesuai harapan kan haha🤭
Mercy ley
yupp..biarin dia jadi gila..
Mercy ley
hadehh...
Mercy ley
setuju.. walau sakit bgt rasa ny..
Mercy ley
pembohong 🤗
Mercy ley
yup btull ini cuma pancingan aja makin di ladeni makin menjadi soalnya
Mercy ley
heem btull..
Mercy ley
itu bukan fakta tapi manipulasi yg kmu buat
Mercy ley
gegabah bgt si Dewi dia g nyadar bakal ngehancurin dirinya sendiri 🤭
Mercy ley
tenang aja cas jgn tertarik sama permainan di ular itu
Mercy ley
cih..
Mercy ley
asekkk.. semangat Authorr,LucasAya, DanuGio,dan babyy Aksaa🤍🤭
Mercy ley
kmu yg bakal mundur.. karena permainan ini milik mereka bukan lu dewi
Mercy ley
kasi paham si Dewi,cas.🤗
Mercy ley
so tau si dewi
Mercy ley
uhh makin menarik..
Mercy ley
mntap lucass lanjutkan 🤭
Mercy ley
semangat semuaaa🤍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!