Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tertipu Bima kw
Clara mondar mandir di teras rumah sambil sesekali menatap layar ponselnya, tak ada tanda tanda Bima akan menjemput dirinya, padahal ini masih hari ke 27 dalam perjanjian antar jemput selama satu bulan.
Tak berselang lama terdengar deru mesin motor berhenti di depan pagar rumah, Clara yang takut telat langsung berlari kecil menuju pagar lalu keluar dengan wajah sedikit kesal.
"lama amat sih!." tegurnya sambil memanyunkan bibirnya.
yang di tegur hanya mengangguk, entah bagaimana ekspresi wajah dibalik helm teropong tersebut.
Clara sedikit menyipitkan mata saat melihat penampakan Bima yang agak berbeda, dari segi pakaian pria itu sangat kontras dengan penampilan sehari hari.
"kamu mau ngantor juga?." tanya Clara sembari memakai helm.
Pria itu hanya mengangguk tanpa berniat menyahuti dengan bersuara, Clara yang takut telat tak mau berlama lama basa nasinya, dia langsung naik keatas boncengan motor.
"motor baru nih?." tanya Clara setelah mereka berlalu meninggalkan rumah Edy.
Lagi lagi hanya anggukan kepala yang Clara dapatkan, mereka pun tak banyak bicara, motor melaju kencang menuju kantor tempat Clara bekerja.
(kurang 5 menit lagi, pasti si tiang listrik itu sudah menunggu dengan berbagai alasan buat ngomel ngomel!.) batin Clara sambil melirik jam tangannya.
"Bimbim, agak cepetan dikit ya! Aku hampir telat ini." ucap Clara setengah berteriak.
"hemm!."
"aku males ribut! Si cerewet itu pasti sudah menungguku di kantor." ujar Clara lagi.
Beruntung pagi itu mereka terhindar setiap ada lampu merah, Dewi Fortuna seolah olah sedang berpihak ke Clara yang sedang cemas di kejar waktu.
Bima yang biasanya cerewet dan suka menggoda Clara, pagi ini terlihat berbeda, pria itu lebih banyak diam, bahkan menjawab setiap pertanyaan dari Clara hanya dengan anggukan kepala atau gumaman.
(dia kenapa ya? Apa sedang ada masalah? Atau jangan jangan sakit gigi, atau sariawan?.) batin Clara yang merasa aneh.
Clara menarik nafas lega saat tinggal satu lampu merah lagi yang harus Mereka lalui untuk sampai ke kantornya, di dalam tasnya ia dapat merasakan getaran ponselnya berkali kali tanda ada yang menghubungi dirinya.
"ck! Pasti dia sudah petentang petenteng di depan kantor!." batin Clara kesal.
Tak lama kemudian motor itu langsung masuk ke area perkantoran lalu menuju basemen khusus parkiran motor, dahi Clara mengernyit heran.
"bim, kok sampai ke dalam sih, cukup di luar saja!." ujar Clara seraya menepuk pundak sang joki yang tak menghiraukan ucapannya.
Motor terparkir manis di deretan motor lain milik karyawan, Clara bergegas turun lalu melepaskan helmnya, dahi gadis itu saling bertautan saat melihat orang yang di sangka Bima itu juga turun lalu melepaskan helmnya.
"ka-kamu!." mata bulat Clara melotot sempurna.
"ya, kenapa?." Bastian tersenyum tipis lalu mengambil helm di tangan Clara.
"ko-kok.....
"mulai hari ini aku akan naik motor ini sama kamu." potong Bastian seraya meletakkan helm Clara lalu berlalu begitu saja meninggalkan Clara yang masih mematung.
(jadi dia yang dari tadi aku ajak bicara? kok bisa aku nggak nyadar?)
(motornya beda, helm juga, aku tadi cuma salfok sama penampilannya saja, aku pikir Bima lagi kumat, ini gara gara aku terlalu terburu buru tadi!?) batin Clara yang masih terbengong bengong di tempat ia berdiri.
"mau sampai kapan kamu disitu?." tegur Bastian yang sudah lumayan jauh melangkah.
"eh!."
Clara buru buru meninggalkan parkiran motor lalu berjalan cepat menuju lobi kantor, disana mereka berdua disambut tatapan heran para karyawan lain, termasuk violin si biang gosip yang tak pernah jerah meskipun sudah mendapatkan peringatan keras dari sang bos.
Clara melangkah cepat agar bisa terhindar dari tatapan penuh tanda tanya dari para karyawan lain, dia segera masuk ke dalam lift, gadis itu merogoh ponsel di dalam tasnya lalu membukakan.
"Bima!." gumamnya saat melihat puluhan panggilan tidak terjawab dari pria itu.
Clara segera hubungi balik Bima untuk mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai kantor.
"halo bimbim, sorry ya aku nggak tau kamu nelpon tadi, aku lagi di jalan. Sekarang aku udah nyampe kantor." cerocos Clara.
(kok kamu nggak bilang sih kalau mau berangkat sendirian? Aku habis di pelototin papa kamu nih gara gara nungguin kamu.) sahut Bima yang kini juga sudah sampai di kantornya.
"hehehehe... Maaf Bimbim, tadi aku takut telat soalnya kerjaan aku numpuk banget."
(besok tungguin aku ya? Kan besok hari terakhir aku jadi kang ojek kamu, tapi kalau mau di perpanjang sih aku siap dengan senang hati cla.)
"eh iya juga ya! Yaudah aku tungguin kamu deh besok."
(jadi di perpanjang nggak nih?.) tanya Bima sambil tersenyum.
"ehmm... kayaknya nggak usah deh, kamu kan capek lama lama harus bangun pagi tiap hari." jawab Clara seraya menggaruk garuk tengkuknya lalu melangkah masuk ke ruang kerjanya.
(buat kamu nggak ada kata capek kok, justru aku senang melakukan itu.) balas Bima dengan suara lembut.
"nggak usah ngegombal deh! Masih pagi nih, nanti yang denger jadi mules loh." Clara berkata tanpa menyadari Bastian sudah berdiri di belakangnya.
(aku serius cla, jadi kang ojek seumur hidup buat kamu sih aku ikhlas banget ini mah.)
"dih! Yaudah kembali tidur sana, aku mau kerja dulu."
"ehem!." Bastian berdehem cukup keras saat mendengar ucapan Clara yang menurutnya terlalu berlebihan.
"setan!." pekik Clara seraya menoleh dan tepat di hadapannya Bastian berdiri dengan wajah datar.
Karyawan lain termasuk Mira hanya bisa menahan tawa saat melihat Clara terkejut.
"ada apa sih ngikut sampai ke meja saya pak?." protes Clara yang langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Bastian menoleh ke para karyawan yang baru saja datang, mereka semua menundukkan kepalanya takut beradu tatap dengan pria yang selalu memasang wajah datar tersebut.
"mesra banget ya kalau sama orang lain, aku tunggu di ruanganku sekarang!." bisik Bastian tegas penuh penekanan.
"apa sih dikit dikit saya tunggu di ruangan saya!." lagi lagi Clara memprotes Bastian.
"segera!." ucap Bastian seraya berlalu meninggalkan Clara.
"hii! Menjengkelkan!." geram Clara yang langsung mengikuti Bastian sambil menghentak hentakkan kakinya.
"kayaknya mereka itu musuhan ya? Tapi dikit dikit memang pak Bastian itu manggil si Clara ke ruangannya." bisik karyawan lain.
"iya ya, jangan jangan memang ada apa apa nih." tebak yang lain.
"ck! Mana mungkin, kalau mereka ada hubungan spesial otomatis Clara akan berbunga bunga setiap kali keluar dari ruangan pak Bastian, lah ini kan tidak, dia malah akan uring uringan sepanjang hari!." cetus yang lain mematahkan dugaan temannya.
"benar juga ya? Atau jangan jangan pak Bastian yang naksir lalu cintanya bertepuk sebelah tangan?."
"masih pagi jangan diawali dengan gosip! mending mulai kerja." tegur Mira yang sudah tahu hubungan Clara dengan Bastian.
Sementara Clara sendiri di depan meja kerja Bastian sambil mengerucutkan bibirnya, wajahnya terlihat kesal.
"cla, bisa tidak kamu jauhi si Bima! Aku sudah bela belain beli motor supaya kamu suka sama aku, eh!." Bastian menutup mulutnya sendiri.
"ha?." bibir tipis Clara yang tadinya mengerucut kini berubah mengangah lebar.
Bastian mendekati Clara lalu berdiri berhadapan hanya berjarak beberapa inci, bahkan Clara bisa merasakan hembusan nafas pria itu.
"cup!."
Bastian meraih tengkuk Clara lalu menyergap bibir tipis nan menggemaskan itu, sontak saja Clara terkejut lalu berusaha mendorong tubuh Bastian.
Tapi sayangnya Bastian justru bermain main dengan penuh perasaan, dia sudah kecanduan bibir tipis berwarna pink alami itu, setelah puas barulah dia lepaskan tengkuk Clara lalu mengusap lembut bibir manis itu.
"kamu!." mata Clara melotot tajam.
Bastian malah tersenyum manis sambil menatap wajah merah gadis di hadapannya itu, Clara yang merasa malu langsung ngeloyor pergi tanpa mempedulikan panggilan Bastian.
"dasar laki laki menjengkelkan!." gerutu Clara sembari berjalan ke meja kerjanya.
"sst! Tuh lihat, dia pasti uring uringan!." bisik rekan setimnya sambil menunjuk Clara dengan dagunya.
"iya ya, mirip author kita yang tengah sedih karena belum dapat like and coment dari para pembacanya." balas rekannya.
"oh ya?."
"ya, dia kan baru nulis di sini, kasihan loh followersnya juga belum ada."
"yaudah deh kita doakan semoga bukunya laris manis banyak yang like and coment ya!."
"Yups! nulis itu gak gampang loh, masak sih tinggal ngasih like saja keberatan."
Sang teman pun mengangguk anggukkan kepalanya sambil memulai pekerjaannya pagi itu, sementara Clara seperti biasa, dia akan uring uringan sepanjang hari kalau moodnya sudah di ganggu oleh Bastian.