Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Satu setengah jam kemudian, mobil yang di kendarai Zen parkir di halaman rumah yang katanya milik mendiang ayah nya Ica.
"Aku boleh mampir?" tanya Zen.
"Sebaiknya tidak, pulang saja.." Ica berjalan pelan dan langsung masuk karena pintu tak di kunci.
"Darimana saja kau hah?" Tanya seorang wanita yang duduk dengan tangan bersedekap dada, seperti menunjukan kalau di rumah ini, dia lah yang berkuasa.
"Habis main dari rumah temen."
"Main, gak ada kata main buat anak pembawa sial seperti dirimu. Kau hanya boleh keluar rumah untuk bekerja, bukan untuk main." Wanita itu berdiri dengan tangan yang tetap di posisi semula.
"Tapi Ma, Ica juga berhak menikmati masa muda Ica. Lagipun, Ica gak pernah makan sedikit pun hasil Ica kerja di bar itu. Ica capek ma." Ica masih bisa berkata lembut.
"Kau tak rela uang mu saya pakai?"
"Ica gak masalah kalau di pakai untuk makan, tapi ini kan buat modal kak Meisya dugem di bar."
"Diam, sekali lagi kau berani membalas ucapan saya, mati kau." Ibu itu membawa semacam tongkat yang terbuat dari bambu.
"Hari ini kau pulang dengan tangan kosong, tak bawa uang dan bolos kerja, jadi terima hukuman mu."
Ctass...
Tongkat itu di pukul kan ke kaki Ica hingga membuat nya memekik kesakitan, bahkan dengan kejam nya Ibu tiri Ica itu terus memukulkan tongkat kecil itu di kaki Ica.
"Ampun Ma, sakit.."
"Hentikan, ada apa ini?" Seorang lelaki paruh baya datang, pakaian nya nampak rapi dengan rambut kelimis yang di penuhi uban, belum lagi perut nya yang buncit.
"Ahh tuan, selamat datang. Ini Ica pulang malam, jadi saya ngasih dia sedikit pelajaran."
"Kau tak pantas menyiksa calon istri ku." Ucap pria itu.
Ica mendongak, pria itu tersenyum manis saat pandangan mereka beradu, membuat Ica bergidik.
"Aku tak mau saat pernikahan, dia terluka sedikit pun, atau aku akan mengambil kembali uang ku." Ancam pria itu membuat wajah Ibu tiri Ica mendadak pias.
"Tunggu, pernikahan? Uang? Maksudnya apa ini?" Tanya Ica, dia mana tau kalau ibu tiri nya sudah menjual dirinya pada pria paruh baya yang lebih cocok menjadi ayah dari Ica.
"Iya, ibu mu sudah menjual dirimu padaku dengan harga yang fantastis. Karena ibu mu bilang kau masih segel." Jelas pria berkumis tipis yang nampak menakutkan bagi Ica.
Sontak saja Ica melotot mendengar penjelasan pria paruh baya yang duduk santai di depan nya.
"Ma, katakan ini semua tak benar.."
"Sayang nya itu benar Ica, aku tak mau terus di repotkan dengan kehadiran mu, aku begitu muak melihat wajah mu itu." Jawab ibu tiri Ica datar, tanpa mempedulikan ekspresi Ica.
"Tapi Ica salah apa sama Mama? Selama ini Ica yang kerja buat mama,"
"Karena aku membenci dirimu Wenthrisca Liu, kau yang membuat suamiku kecelakaan dan tewas di tempat, kalau saja hari itu kau tidak ngotot pergi ke sekolah, mungkin suamiku masih hidup sampai sekarang, kau hanya anak pembawa sial bagiku."
Terjawab sudah pertanyaan nya selama ini, alasan ibu tiri nya membenci dirinya. Karena peristiwa 3 tahun lalu, di saat itu dia masih SMA.
Papa dan ibu tiri nya itu melarang Ica untuk sekolah karena pagi itu turun hujan besar dengan angin yang begitu kencang, tapi Ica tak pernah bolos sekolah dan hari itu ada ujian praktek di sekolah, membuat Ica mau tidak mau harus berangkat sekolah, kalau tidak dia takkan mendapat nilai, karena sebentar lagi dia lulus.
Ica tetap pergi dan terjadi banjir bandang di area dekat sekolah, membuat ayah nya khawatir dan segera menyusul Ica, tapi sayang di perjalanan dia malah kecelakaan yang membuat nya tewas seketika.
Sejak hari itu ibu tiri nya sangat membenci Ica, padahal itu semua bukan sepenuhnya salah Ica. Anak yang mana, yang menginginkan hal naas terjadi pada orang tua yang begitu dia sayangi.
Ica tergugu mendengar ucapan yang keluar dari mulut ibu tiri nya, tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Jangan menangis di depan ku, aku muak melihat air mata mu itu. Mulai lusa aku bebas, karena besok kau akan menikah dengan tuan Zatra,"
"T-tapi Bu, Ica gak mau. Lihat, dia sudah tua. Dia lebih cocok menjadi ayah Ica, bukan suami." Ucapan Ica membuat kedua mata ibu tiri nya itu membulat, tangan nya gatal ingin menampar wajah anak tiri nya itu, tapi dia malu pada pria yang sudah membeli anak nya itu.
"Aku memang tua, tapi aku masih mampu membuat mu hamil sayang, jangan khawatir." Celetuk pria tua yang bernama Zatra itu, membuat Ica meronta sambil memegangi tangan ibu tiri nya.
Ibu tiri nya menghempaskan tangan Ica dengan kasar, lalu duduk berhadapan dengan tuan Zatra.
"Jadi, bagaimana pernikahan nya besok?" Tanya ibu tiri Ica pada Tuan Zatra.
"Besok jadi, tapi karena istri saya gak tau jadi gak ada pesta."
"Apa? Jadi pria ini sudah punya istri?"
"Sudah sayang, kamu akan jadi istri ketiga ku." Ica jelas saja melotot, berarti sekarang pria itu sudah memiliki dua istri?
"Pria serakah, tak cukup kah dengan dua istri hingga ingin memperistri aku yang lebih pantas disebut anak?" Batin Ica,
"Tak ada pesta pun tak masalah tuan, yang penting uang nya sesuai dengan yang di janjikan."
"Tentu saja, apalagi dia terlihat sangat cantik dan menggoda." Pria itu tersenyum nakal sambil memperhatikan tubuh mungil Ica, dari atas sampai bawah.
"Kalau begitu saya pulang dulu, bersiap lah untuk besok."
"Baik, saya akan menyiapkan Ica sebaik mungkin agar anda senang." Jawab ibu tiri Ica.
Setelah nya, pria itu pergi dengan sebuah tongkat yang menopang berjalan nya.
"Sudah reot juga masih mau kawin lagi.." Cibir Ica dalam hati.
"Kau bisa istirahat malam ini, besok adalah hari yang paling membahagiakan untuk ku." Ibu tiri Ica melenggang pergi dengan angkuh nya, tanpa melirik sedikit pun pada Ica yang masih bersimpuh di lantai.
"Aku harus apa? Aku tak sudi menikah dengan pria tua itu.."
"Zen, ya tuan Zen pasti bisa menolong ku. Aku akan kesana saja meminta bantuan." Ica bangkit sambil meringis, belum sembuh luka kaki nya karena terkilir, sekarang di pukuli.
Ica membuka pintu perlahan, bahkan sangat perlahan agar ibu tiri nya itu tak tau kalau dia pergi.
.....
🌷🌷🌷
jangan lupa like, komen, favorit, bunga sama kopi nya, hari senin juga nih jangan lupa vote ya, happy reading❤️🥀
Emg mo di gagahi waktu M?