Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.
Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.
Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana
Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?
Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?
Semua keanehan ini..
Tidak masuk akal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 | Bergosip bersama para kesatria
Setelah sesi perkenalkan yang sangat panjang itu.. Mereka akhirnya duduk melingkar. Tepat di samping kanannya terdapat Louis dan kirinya diisi Alvin.
Melihat tingkah mereka disini mengingatkan Lidya pada teman-temannya di dunia asalnya, tepatnya saat bersama Graventas. Sungguh karakter mereka yang bermacam-macam benar-benar mencairkan suasana.
Dimana-mana pasti ada saja orang yang berisik, jahil dan orang yang tidak suka diganggu. Mereka bertolak belakang, tapi entah kenapa mereka malah menjadi yang paling dekat satu sama lain.
Seperti yang Lidya duga, menyenangkan bersama mereka. Setidaknya Lidya tidak menyesal meruntuhkan harga diri dan menyiksa diri sendiri demi bersama mereka.
"Jadi, kesatria terdiri dari 4 bagian?" Tanya Lidya penasaran
"Benar Lady, kesatria dibagi menjadi Sword master, Sorcerer, Archer, dan Defense." Jawab Louis tanpa menoleh. Dia mengulurkan tangannya berniat mengambil kue kesukaannya, tapi kalah cepat dengan Alvin yang menampilkan raut menyebalkan.
Louis memicing tajam "dasar sialan! Itu milikku!"
Alvin menunjukkan kue itu didepannya "siapa cepat, dia dapat~" Ejeknya lalu memakannya dengan raut menyebalkan menurut Louis.
Lidya yang berada ditengah tengah antara mereka menggeleng dengan senyum geli lalu menatap Louis.
"Louis, bisa jelaskan apa-apa saja empat bagian itu?" tanya Lidya
Louis tersentak, dia yang semula berniat membawa kasus tadi ke ranah duel akhirnya sadar kembali. "Ah, tentu Lady. Jadi.. Kita mulai dari bla bla....
.
.
Beberapa saat kemudian~
.. Begitulah kira-kira lady."
Lidya mangut mengerti "apakah tiap bagian hanya mampu dibidang masing-masing?"
Sebelum Louis menjawab, Alan lebih dulu menyahut "tidak. Setiap kesatria dituntut untuk bisa di semua bidang. Hanya saja, tujuan dari empat pembagian bidang ini untuk lebih mempermudah peningkatan kemampuan. Jadi setiap kesatria akan diuji satu-persatu setiap bagian. Mereka harus bisa semuanya. Lalu orang yang menguji akan mengukur lebih condong kemana kekuatan kesatria itu.
Setelahnya, mereka akan dipisahkan sesuai bidang masing-masing. Disana mereka akan fokus latihan pada bidang mereka namun mereka tetap harus melatih bidang lainnya, hanya saja tidak seserius bidang asli mereka."
"Itu benar!!" Sahut Nico. Dia lalu merangkul Aaron disebelahnya. "Seperti contohnya temanku ini. Dia adalah seorang Sorcerer atau ahli sihir. Meskipun bagiannya adalah sihir, namun dia tetap bisa memanah ataupun berpedang. Hanya saja sejak awal bakatnya memang sihir, karena itu kemampuan sihirnya jauh lebih kuat dari kami semua." Ucapnya yang tanpa bersalah mengacak rambut Aaron yang tentu saja dibalas sikutan maut dari Aaron.
"Kau ingin ku ubah jadi kodok!?" Delik kesal Aaron padanya
Nico menjauh dan menyilangkan tanggannya "jangan! Kalau kau melakukan itu aku akan diputusi pacarku!"
Alan mendengus mendengarnya "pacarmu hanya melihat pangkat dan wajahmu."
Mereka kompak mengangguk "bahkan meskipun berpangkat, para wanita tetap akan ragu jika wajahmu jelek." Tambah Frank kesal.
Bob berdiri dan berseru kesal "Benar! Tahta tertinggi adalah mereka yang tampan! Bahkan jika kau miskin sekalipun, mereka mungkin akan setia karena wajahmu tampan! Dan jika kau kaya tapi buruk rupa, mereka kemungkinan besar akan selingkuh dengan mereka yang tampan! Cih dasar wanita!" Seru Bob menggebu-gebu
Alan tersenyum geli mendengarnya "kau emosi sekali mengatakannya."
Alvin mengangguk menyetujui "kenapa, pengalaman?" Tebaknya yang dibalas anggukan Bob.
Dengan raut sedihnya Bob berkata "benar, pengalaman buruk." Ceplosnya yang disambut tawa heboh Mereka
"Hahaha kau pernah diselingkuhi? Kasihan sekali.. " Ejek Grant dengan wajah menyebalkan.
Bob mendengus "siapa yang diselingkuhi. Kau tak lihat wajahku tampan?" Ketus Bob.
Mereka saling pandang. Lidya yang memang cukup tertarik dengan pembahasan ini pun berucap ragu "lho~ terus? Jangan bilang kau jadi..."
Bob mengangguk "sebenarnya aku selingkuhannya."
.
.
H e n i n g ~
.
.
Lalu...
BWAHAHAHAHAHA
Gelak tawa terdengar keras dari mereka semua. Bahkan Alvin dan Nico sampai terpingkal-pingkal. Lidya sendiri menggeleng tidak percaya begitu pula dengan Alan disebelahnya.
"Bisa-bisanya.. " Ucap Lidya
Masih dengan tawanya Alan juga menyahut "Lady, jangan sampai Lady tertular kebodohannya. Jauh-jauh dari dia lady!" Kompor Alan semakin tertawa melihat delikan tajam temannya. Bob hanya mendengus mendengar ejekan teman-temannya.
"Ternyata kau seorang perusak hubungan orang lain! Aku sampai tidak percaya!" Tambah Nico pedas
Bob memutar matanya "itu tidak benar! Aku juga korban disini. Aku tidak tau dia sudah memiliki suami, bahkan aku sampai mencintainya." Ucapnya seraya memegang dada. Terlihat sakit sekali pria satu ini
Bwahahahahahaha
"Yaampun! yaampun! Astagaaa!! Hahaha.."
"Sudah bersuami!!"
"Dasar bodoh! Haha"
Aaron yang memang hanya tertawa seadanya kembali bertanya "kau tau dari mana kalau kau adalah selingkuhan?"
Bob cemberut mendengar ejekan teman-temannya "suaminya mendatangiku dan memberitahu ku kebenarannya. Dia menyuruhku memutuskan hubungan ku dengan istrinya. Aku yang tau kenyataan itu jelas sakit hati, tapi aku juga sadar yang salah adalah hubungan ku dengannya jadi aku memang berniat memutusinya."
Bob memukul Alvin yang paling semangat mengejeknya "lalu kalian tau apa yang lucu?" ucapnya kesal
Mereka masih tertawa, lalu meredakan tawa mereka
"APA?" Jawab mereka kompak
"Istrinya memilihku saat aku berniat memutuskannya. Dia mengajakku kabur dan mengaku sudah mencuri uang suaminya untuk mahar menikahiku."
Hahahahhaha..
Aaron yang tak bisa menahan rasa penasarannya pun bertanya "Lalu kau terima?" Tanya Aaron polos
Bob menggeleng "tidak, tapi aku melaporkannya."
"Dan dia lalu dipenjara dengan tuduhan mencuri. Suaminya yang baru tau uangnya hilang pun setuju dengan keputusanku lalu memberikan ku beberapa uangnya sebagai ucapan terimakasih."
Hahahahaha
Mereka semakin tertawa mendengarnya. Astaga temannya ini...
Setelah tawa mereka mereda, Lidya kemudian berbicara "Sepertinya pemilik teater bisa mempertimbangkan ceritamu untuk ditampilkan di acaranya."
Alvin mengangguk menyetujui "itu benar, nanti judulnya adalah 'kekasihku rupanya telah bersuami' hahaha"
Nico menyahut "Tidakk lebih bagus begini 'aku dan suami kekasihku menjebloskan kekasihku dipenjara' itu lebih drama!"
Alvin nampak tidak setuju "heyy lebih bagus---"
"Sudahlah kalian.. Lihatlah wajahnya yang kusut itu. Aku khawatir saat tidur nanti kepala kalian terlepas karena pedangnya." Potong Alan ketika melihat wajah mendung temannya.
Bob yang mendengar nya mendengus "seandainya tidak kau ucapkan, aku akan benar-benar melakukannya nanti."
Frank membuang nafas melihat tingkah teman-temannya lalu menatap Lidya "Lady.. Sebenarnya aku sudah penasaran sejak tadi. Kenapa Lady kesini sendiri, bukankah seharusnya Lady bersama seorang pelayan kemari?"
Mereka yang mendengarnya mengangguk menyetujui
"benar"
"Aku sudah memikirkan nya sejak tadi."
"Aku baru sadar"
Lidya meringis menggaruk pipinya "dia.. Tadi kuberi tugas. Mungkin sekarang sudah selesai."
"Oh ya, tugas apa itu?"
"Itu.. "
"NONAAAA!!!! "
Mereka tersentak terkejut lalu menoleh serempak kearah satu objek
"Itu... "
"Nonaaa!!! Aku sudah mencarimu kemana-mana!" Meylin muncul didepannya dengan keadaan ngos-ngosan.
Lidya yang melihatnya tersenyum tak enak "ehm.. Maaf, aku sejak tadi disini dan lupa memberitahumu."
“Astaga nona... Mey sampai mengelilingi mansion ini hanya untuk mencari nona." Eluhnya nampak sangat lelah.
Lidya menatap para kesatria tak enak "aku berbicara pada anak ini dulu." Ucap Lidya meminta izin
Mereka semua tersenyum lalu mengangguk "silahkan, lady~"
Melin yang mendengar suara lain di pembicaraan mereka akhirnya sadar bahwa tidak hanya ada mereka disini.
"Eh nona, bagaiamana nona bisa sampai ke sini?" tanyanya penasaran
Ini barak kesatria kan? Pikirnya
Lidya bangun lalu menepuk belakang gaunnya yang sedikit kotor lantaran duduk di tanah. Para kesatria yang melihat nya memasang wajah tak enak. Lidya tersenyum mencoba menenangkan mereka.
"yah... Ceritanya panjang. Sudahlah, ada urusan apa kau mencariku?" Tanya Lidya kembali menatap Meylin
Melin seakan tersadar lalu menepuk keningnya "benar juga."
"Astaga, Mey baru ingat.. NONAAAA KITA HARUS SEGERA BERSIAP! KITA KEDATANGAN TAMU DAN DUKE MEMANGGIL NONA!!" Teriak Meylin nampak panik lalu tanpa aba-aba menarik tangan Lidya untuk mengikutinya.
"Nonaa... Kita harus segera pergi."
"Eh tunggu sebentar, aku belum---"
"Sudahlah nanti saja. Ada tamu yang sangat tidak ditunggu kedatangannya sedang berada diruang tamu. Kita harus segera kesana sebelum dia mengambil DUKE, AYAH NONA!"
Lidya menoleh cepat "apa maksudnya? Ayahku diambil?"
Meylin berhenti lalu berbisik "Benar! Sumber uang nona akan dimonopoli orang lain! Nona harus menghentikannya"
Lidya melotot "ini keadaan genting, Mey!! Kita harus cepat!"
"Benar, ayo nona!!"
Lidya menoleh kebelakang menatap para kesatria tanpa menghentikan langkah nya, Lidya melambai "SEMUANYA!! AKU PERGI DULU! NANTI KITA BERKUMPUL LAGI YA?! TERIMAKASIH WAKTUNYA!!"
Para kesatria berdiri dan ikut melambai semangat
"TENTU LADY!! SERING-SERINGLAH DATANG KEMARI!!" Balas mereka semua serempak.
Lidya tersenyum lalu melajutkan langkah nya semakin cepat meninggalkan para kesatria yang masih menatapnya.
Frank terduduk dan menyelonjorkan kakinya "ha... Ternyata kalian benar soal lady Gricella."
Bob mengangguk menyetujui "aku pikir kalian bohong soal lady yang meminta maaf pada kalian didepan umum hanya karena menebak kalian akan dihukum"
Charles yang memang sejak tadi berada tidak jauh dari mereka yang berkumpul menyahut "itu mungkin terjadi karena lady terlihat takut membuat orang-orang membencinya. Dia hanya kesepian dan membutuhkan teman, namun orang-orang justru membencinya karena asal-usul yang sudah lama berlalu."
Mereka mengangguk
"Ketua benar. Kupikir lady adalah nona menyebalkan seperti nona bangsawan lainnya, rupanya tidak begitu. Lady bahkan tidak ragu untuk duduk bersama-sama tanpa alas di tanah bersama kalian. Padahal kalian sudah menawarinya tampat duduk tapi dia menolaknya." Tambah Paulo yang memang tidak ikut nimbrung sejak tadi
"Sejak awal ketika mengantarkannya 'kan sudah kukatakan! Lady itu tidak seburuk itu! Kalian saja yang tidak percaya." Celetuk Alvin kesal
Louis mengangguk "teman-teman kita dihukum kemarin itu semua memang kesalahan mereka. Coba kalian bayangkan adik kalian di perlakuan buruk didepan orang tetapi tidak ada yang membantu."
"Meskipun tidak didepan kita lady dulu disiksa, tapi kita tau soal kenyataan itu dan diam saja. Padahal jika sejak dulu kita mengatakan nya, yang mulia pasti tau dan lady tidak akan menderita selama ini."
Alan menunduk "tidak bisa kubayangkan seberapa tersiksa nya lady selama ini."
Mereka mengangguk lemah
Aaron diam lalu bertanya "lalu, apa pendapat kalian tentang mereka yang dikeluarkan dan bahkan disiksa hingga mati oleh duke."
Mereka saling pandang lalu Charles berkata "itu memang kesalahan mereka. Jika kalian hanya diam saja walau tau lady ditindas, teman-teman kalian lebih parah. Beberapa ada yang ikut menyiksanya, menontonnya tanpa melakukan apapun, dan bahkan berani disogok oleh para pelayan dengan tubuh mereka untuk tutup mulut."
"Bahkan jika aku dalam posisi yang mulia saat tau anakku diperlakukan seperti itu pun, aku akan melakukan hal yang sama sepertinya untuk menghukum mereka."
Mereka mengangguk setuju
Kesatria lain yang juga mendengar mereka menyahut "rasanya aku ingin minta maaf pada lady karena selama ini hanya diam saja."
Aaron menatapnya "tidak perlu."
Alan mengangguk menyetujui "tidak perlu minta maaf. Rasanya kalau aku jadi lady Gricella, permintaan maaf kita sangat tidak dibutuhkan. Cukup kedepannya kita memperlakukannya dengan baik dan menjadi temannya. Itulah keinginannya bukan?"
Mereka mengangguk
Nico yang diam sejak tadi berdiri "Baiklah, kalau begitu. Apapun yang terjadi, kedepannya kita akan selalu berada di samping lady! Menjadi temannya dan selalu menjaganya. Bagaimana?" Ajaknya semangat
Mereka saling pandang lalu ikut berdiri dan mengeluarkan pedang masing masing dan mengangkat benda itu keatas.
"TENTU SAJA!!"
Ucap mereka serempak.
Sedangkan seseorang yang memang sejak awal mengawasi mereka hanya bisa tersenyum dipojokan.
"Setidaknya, nona akan jauh lebih aman jika mereka berada disisinya." Gumamnya pelan dan kemudian menghilang dari sana dengan kekuatan teleportasi nya.
.
.
.
To be continued_
dan jgn bikin cerita baru dl.
selesain tugas, trs lanjut up yg banyak ya..