NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Batas Mulai memudar

Bab 3

Keesokan harinya, suasana kantor kembali normal—setidaknya di permukaan. Namun, atmosfer di antara Kayla, Arav, dan Darren perlahan berubah menjadi lebih intens. Setiap tatapan yang diberikan Arav pada Kayla selalu penuh dengan makna tersembunyi, sementara Darren justru semakin sering berinteraksi dengan Kayla, seolah ingin memancing reaksi dari adiknya.

Di sela-sela pekerjaan, Kayla mendapati dirinya berada di tengah percakapan ringan dengan Darren di pantry. Suara tawa lembut mereka mengisi ruangan, membuat suasana yang tadinya tegang menjadi lebih hangat. Namun, tiba-tiba percakapan itu terhenti saat Arav muncul di ambang pintu, tatapannya seolah menyelidik. Kayla merasakan ketegangan yang tajam di udara.

“Sedang sibuk apa di sini?” suara Arav terdengar datar namun penuh makna.

Darren menyeringai sambil menyandarkan diri di meja. “Hanya berbagi tips kopi dengan Kayla. Kamu mau ikut bergabung, Rav?”

Arav melirik Kayla sekilas sebelum kembali menatap Darren. “Aku rasa dia sudah cukup punya pekerjaan. Jangan ganggu stafku dengan obrolan yang tidak penting.”

Kayla yang merasa tersudut langsung menundukkan kepala. Ia merasa harus segera pergi dari situasi canggung ini. “Maaf, saya akan kembali ke meja kerja,” ucapnya dengan cepat, sebelum buru-buru pergi tanpa menunggu jawaban.

Begitu Kayla keluar dari ruangan, Darren menatap Arav dengan tatapan penuh arti. “Kamu terlihat terlalu sensitif, Rav. Ini bukan kamu yang biasanya.”

Arav hanya menatap dingin tanpa menjawab. Ada keinginan besar untuk menghentikan Darren, tapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Sementara itu, Darren sepertinya menikmati ketegangan yang ada, seolah sengaja ingin menguji batas kesabaran adiknya.

Di tengah kesibukan sore itu, tiba-tiba Kayla menerima panggilan dari HRD. Ia diminta untuk segera menemui kepala HRD karena ada urusan penting yang harus dibahas. Kayla langsung merasa khawatir, takut jika terjadi sesuatu yang buruk. Dengan langkah cepat, ia menuju ke lantai HRD.

Saat tiba di sana, Kayla langsung disambut oleh kepala HRD yang memperlihatkan senyum formal namun penuh misteri. “Kayla, ada sesuatu yang harus kami bicarakan. Ini mengenai kontrak kerjamu di Callahan Corp.”

Kayla merasa ada sesuatu yang tidak beres. “Kontrak saya, Bu? Apa saya melakukan kesalahan?”

Wanita itu menggeleng pelan sambil menatapnya tajam. “Bukan soal kesalahan. Justru sebaliknya. Pihak manajemen melihat potensimu, dan mereka memutuskan untuk memberikanmu tanggung jawab yang lebih besar.”

Kayla merasa terkejut sekaligus bingung. “Tanggung jawab lebih besar?”

“Benar. Kami mempertimbangkan untuk menempatkanmu dalam tim khusus yang akan bekerja langsung di bawah CEO. Tentu saja, ini adalah langkah besar, dan kami berharap kamu bisa menanganinya.”

Kayla terdiam. Bekerja langsung di bawah CEO berarti akan semakin sering berinteraksi dengan Arav. Ia belum tahu apakah ini sebuah kesempatan besar atau justru masalah baru.

“Ini kesempatan yang langka, Kayla. Kamu memiliki bakat dan dedikasi yang terlihat jelas, dan kami ingin memberikanmu ruang untuk berkembang lebih jauh.”

Kayla mengangguk pelan. Meski ragu, ada perasaan bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh ia lewatkan. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa bekerja langsung dengan Arav akan memperumit segalanya. Apalagi, dengan ketegangan antara Arav dan Darren yang semakin terasa setiap kali mereka berada di dekatnya.

Malam itu, Kayla pulang dengan hati yang berat. Dia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang harus ia lakukan. Mengambil peran baru berarti menempatkan dirinya lebih dekat dengan Arav, yang selama ini sudah cukup membuatnya bingung. Tapi menolak kesempatan ini juga tidak masuk akal—ini adalah lompatan besar dalam kariernya.

Di sisi lain, Arav juga berhadapan dengan dilema pribadinya. Meski terlihat kuat dan penuh kendali, perasaannya mulai goyah setiap kali melihat Kayla. Dia tahu bahwa dirinya sudah terlalu jauh terlibat, dan semakin Kayla dekat dengannya, semakin sulit baginya untuk menyangkal perasaannya. Namun, di balik semua itu, ia tetap seorang CEO dengan tanggung jawab besar, dan perasaan pribadinya tidak boleh mengganggu kinerjanya.

Sementara itu, Darren juga tidak tinggal diam. Ia terus memperhatikan situasi, berencana untuk melihat seberapa jauh Arav akan mempertahankan posisinya dalam permainan ini. Baginya, Kayla adalah seseorang yang menarik, dan ia tidak akan mundur hanya karena adiknya mulai menunjukkan rasa cemburu.

Dengan ketegangan yang semakin meningkat di antara mereka, hanya masalah waktu sebelum konflik besar terjadi, yang pada akhirnya akan memaksa Kayla dan Arav untuk membuat keputusan yang mungkin mengubah hidup mereka selamanya.

###

Keesokan harinya, Kayla berusaha menenangkan pikirannya. Ia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya dan mengabaikan perasaan rumit yang mulai tumbuh di hatinya. Namun, bayangan Arav dan Darren terus menghantui. Setiap kali ia melihat Darren melintas di koridor, senyumnya yang penuh arti selalu membuat hatinya berdebar. Di sisi lain, tatapan dingin Arav yang penuh rahasia justru semakin mengusik hatinya.

Hari itu, Kayla harus menghadiri rapat dengan beberapa departemen untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Suasana rapat berlangsung formal seperti biasa, hingga akhirnya Arav masuk ke ruang rapat, membuat semua orang langsung menegang. Ia berjalan dengan langkah mantap dan mengambil tempat di ujung meja, tepat di hadapan Kayla. Matanya sekilas menatap Kayla, dan wanita itu merasakan getaran aneh yang tak bisa dijelaskan.

Setelah presentasi selesai, Arav mulai memberikan masukan yang tegas namun profesional. Namun, di tengah diskusi, tiba-tiba ia menyelipkan komentar yang membuat Kayla terpaku.

“Kayla, kamu melakukannya dengan baik, tapi jangan sampai kamu terlalu terbawa suasana atau perhatianmu terpecah pada hal-hal yang tidak relevan.” Ucapannya terdengar biasa, namun tatapan matanya mengirim pesan berbeda—seolah-olah ia tengah menyinggung tentang kejadian kemarin saat makan siang bersama Darren.

Kayla terdiam sejenak, mencoba mencerna maksud dari kata-kata itu. Ia merasa tersudut, seakan Arav sedang mengawasinya lebih ketat daripada yang ia sadari. Namun, ia berusaha tetap tenang dan menanggapinya dengan profesional. “Terima kasih atas masukan Anda, Pak. Saya akan lebih berhati-hati ke depannya.”

Setelah rapat selesai, Kayla bergegas keluar dari ruangan. Namun, sebelum ia berhasil mencapai pintu, Arav sudah berada di belakangnya. “Kayla, tunggu sebentar,” panggilnya dengan nada rendah, tapi cukup tegas.

Kayla berhenti dan berbalik, mencoba memasang ekspresi yang tenang meskipun jantungnya berdegup kencang. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?”

Arav melangkah lebih dekat, hingga jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa langkah. “Aku tahu kamu bertemu dengan Darren kemarin. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada salah paham di antara kita.”

Kayla menatapnya bingung. “Salah paham? Maksud Anda?”

Arav menatapnya tajam, seolah mencoba membaca pikiran Kayla. “Darren bisa sangat persuasif dan terkadang suka bermain-main dengan orang lain. Aku hanya ingin mengingatkan, bahwa tidak semua orang di sekitarmu memiliki niat yang sama.”

Kayla merasa napasnya tercekat. Ada peringatan dalam kata-kata Arav yang membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, ia tidak mau terlihat lemah di hadapan pria ini. “Terima kasih atas peringatannya, Pak. Tapi saya rasa saya cukup dewasa untuk menilai situasi sendiri.”

Arav tersenyum tipis, tetapi senyum itu penuh makna. “Baiklah, aku hanya memastikan. Ingat, di perusahaan ini, setiap langkah kita bisa berdampak besar pada masa depan.”

Setelah mengatakan itu, Arav meninggalkannya begitu saja Kayla dengan kebingungan yang semakin dalam. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Kenapa ia merasa seperti di bawah pengawasan pria itu setiap saat? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengusiknya sepanjang hari.

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!