"Aku tidak menyangka kau begitu tega padaku. Di saat aku bertugas di luar kota, kau malah selingkuh di belakangku. Aku menyesal karena sudah menikahi wanita sepertimu!"
Devina ditalak dan dituduh telah berselingkuh dengan pria lain yang tak lain adalah sahabat dari mantan suaminya, Marcell. Hidupnya jadi menderita dan terlunta-lunta ketika berpisah dari suaminya. Fitnah keji itu membuat anak kembar yang dilahirkannya harus menanggung beban penderitaan karena keegoisan orang tua. Dalam keadaan serba kekurangan, Devina berdiri sendiri untuk menjadi ibu sekaligus Ayah buat kedua anaknya.
Mampukah Devina melewati segala cobaan yang datang silih berganti dalam hidupnya?
Mungkinkah dia bersatu kembali dengan mantan suami setelah tahu dia memiliki anak yang harus dijaga bersama?
Kisah Devina hanya ada di Noveltoon, dengan judul Bayi Kembar Presdir Tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Azalea Kritis
Tiba di rumah sakit, Azalea langsung mendapatkan perawatan di ruang IGD.
Devina maupun Marcel sangat cemas, Mereka takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada putrinya.
Devina tak berhenti menangis hingga wajahnya membengkak seperti orang disengat lebah.
"Vina, tenanglah, kita doakan Lea supaya lekas sadar. Dia anak yang kuat, sekarang dia berjuang untuk melawan masa kritis. Kalau kamu sedih, dia juga ikutan sedih."
Marcell sendiri juga sedih melihat anaknya tidak sadar, namun ia masih bersikap tenang.
Orang tua mana yang tidak takut akan kehilangan buah hatinya, apalagi Marcell masih baru mengenali anak-anaknya.
Dengan terisak-isak, Devina menyeka air matanya yang tidak berhenti menetes membanjiri wajah ayunya.
"Bagaimana aku bisa tenang, sedangkan anakku kondisinya kritis di dalam sana. Aku takut Lea kenapa-napa, kalau sampai dia kenapa-napa, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Buat apa aku hidup tanpa anak-anakku, kalau tahu begini, aku tidak akan pernah melahirkan mereka. Hidup bersamaku membuat mereka tersiksa, aku tidak bisa memberikan kehidupan dan layak untuk mereka, bahkan sekarang aku tega mencelakainya."
Devina tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri yang sudah lalai membiarkan anaknya sampai berlari keluar halaman.
Dia selalu berfikir bahwa dirinya lah penyebab kecelakaan yang terjadi pada anaknya.
Andai saja ia tidak sedang bersitegang dengan mantan suami di depan anaknya, mungkin saja Lea tidak akan mengalami kecelakaan.
"Vina! Apa yang kau katakan! berdoalah yang baik, jangan bicara ngawur seperti itu. Lea butuh doamu, bukan butuh keluhanmu!"
Seketika itu Marcell langsung membentak Devina karena menganggap ucapannya begitu buruk.
Kenzo sendiri juga menangis melihat ayahnya yang tega membentak ibunya di saat ibunya tengah bersedih.
"Daddy! Daddy nggak boleh bentak mommy! Daddy kalau nggak cayang cama kita mendingan pelgi aja. Jangan cakiti mommy telus, kacian mommy banyak menangis."
Anak laki-laki itu mendekati Ibunya dengan tangan meninggalnya terulur untuk mengusap air mata yang meleleh di wajah ibunya.
Dia sangat sedih melihat ibunya menangis, apalagi kembarannya dalam keadaan kritis.
Walupun Kenzo masih kecil dan belum mengerti apa yang terjadi pada kembarannya, ia ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh kembarannya.
"Kenzo, tenanglah. Mommy nggak apa-apa, Daddy nggak ada niatan buat marahin mommy. Daddy hanya panik, kamu nggak boleh nyalahin Daddy ya nak? Kenzo anak yang baik, Kenzo nggak boleh berani melawan orang tua. Daddy ini Ayahnya Kenzo dan adik, jadi Kenzo juga harus menghormati dan menyayangi Daddy seperti Kenzo sayang sama mommy."
Di sela-sela kesedihannya, Devina masih juga memperhatikan Kenzo yang tengah memaki-maki Marcell karena ingin membelanya.
Marcell hanya diam tidak menyalahkan anaknya walaupun dia sudah dimaki-maki.
Dia sangat paham jika Kenzo lebih menyayangi ibunya karena selama ini hanya Davina yang selalu ada menemaninya.
"Tapi aku tidak suka mommy dimarahin sama Daddy. Celama ini Daddy tu pelnah ada buat kita, cekalang Daddy datang dan cuka malahin mommy. Memangnya mommy punya calah apa cama Daddy, hingga Daddy celalu nyalahin mommy."
Devina memegang tangan mungil putranya dan menariknya berlahan hingga membuat anak itu terhuyung mendekat.
Dia memberinya pengertian agar Kenzo mengerti apa yang membuat Marcell memarahinya.
Walaupun ia sendiri masih ada rasa dongkol pada mantan suaminya, ia tidak ingin mengajari anak-anaknya untuk ikut-ikutan menjauhi Ayahnya, karena biar bagaimanapun juga, Marcell tetap Ayah kandung mereka yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun.
"Kenzo, tadi Daddy marahin mommy karena mommy sudah putus asa. Mommy juga minta maaf sama Kenzo, karena selama ini mommy belum bisa menjadi orang tua yang baik buat Kenzo dan juga dedek. Kenzo sendiri tahu kan, seperti apa kehidupan mommy?"
Anak kecil itu menyandarkan kepalanya di dada bidang ibunya.
Air matanya menetes ketika mengingat dirinya dengan kembarannya yang selalu diberi makan sama tahu kecap oleh ibunya.
Belum lama menikmati makanan enak yang diberikan oleh Ayahnya, adiknya sudah mengalami kecelakaan.
"Mommy, semoga dedek lekas sembuh ya mom? Aku rindu sama dedek, Aku ingin main sama dedek. kenapa dedek tiba-tiba sakit? Apa dedek nggak mau main lagi sama aku?"
Marcell mendekat dan mengusap surai putranya dengan harapan sedih.
Walaupun sudah dicaci maki oleh putra kecilnya, dia tidak marah atau bahkan ingin membalas cacian putranya.
Mungkin Kenzo sudah mengerti bagaimana ia membuatnya menderita dan menelantarkannya selama ini.
"Kenzo, maafin Daddy ya? Daddy udah banyak salah sama kalian, Daddy terlalu jahat sama kalian hingga membuat hidup kalian menderita. sekarang Daddy menyesal nak, izinkan Daddy untuk menebus kesalahan yang sudah Daddy perkuat pada kalian. Izinkan Dedi tetap disini menemani kalian dan juga dedek Azalea."
Kenzo hanya diam tak menjawabnya, bahkan dia juga tidak mau menoleh sedikitpun pada Ayahnya.
Hatinya masih sakit dan juga kecewa saat melihat ibunya dimarahi tepat di depan mukanya.
Dari awal ia tidak yakin kalau daddy-nya bisa membuatnya senang dan lepas dari segala masalah.
Mendapati anaknya yang hanya diam saja, Devina pun mencolek dagu Kenzo memberikan teguran pada anak laki-lakinya itu agar tidak mengabaikan Ayahnya yang tengah mengajaknya bicara.
"Aku lagi cakit gigi, aku nggak mau bicala!"
Begitu konyolnya Kenzo berpura-pura sakit gigi tak mau bicara dengan ayahnya.
Marcell tidak bisa tertawa mendengar jawaban konyol anaknya, karena kembaran dari Kenzo sendiri masih dalam keadaan kritis.
Cukup lama seorang suster keluar dari ruang IGD nampak mencari-cari seseorang dari keluarga pasien.
Tatapannya tertuju pada mereka yang tengah berada di ruang tunggu dan berakhir menghampirinya.
Marcell dan Devina langsung berdiri dari tempat duduknya dengan mimik wajah mereka yang cemas.
"Apakah benar ini keluarga dari pasien anak Ananda Azalea?" tanya suster pada mereka berdua. Di situ hanya ada tiga orang saja dan suster yakin mereka adalah keluarga dari pasien yang mengalami kecelakaan.
Devina dan juga Marcell langsung mengangguk berharap suster memberikan keterangan yang menyenangkan mengenai kondisi putrinya.
"Iya benar suster, kami orang tua dari pasien yang bernama Azalea. Bagaimana dengan kondisi anak kami sekarang suster? Apakah anak kami baik-baik saja?"
Dengan tatapan gelisahnya mereka menanyakan kondisi anaknya secara serempak.
Degup jantung Devina maupun Marcell berdetak begitu kencang, rasa khawatir dan takut tidak bisa dihindarinya.
Mereka hanya berharap anaknya akan baik-baik saja tidak mengalami masalah yang serius.
"Kondisi pasien anak yang bernama Azalea masih dalam keadaan kritis, dan dia mengalami kehilangan banyak darah. Kami menghimbau pada keluarga untuk segera melakukan transfusi darah, atau mencari pendonor untuk membantu pasien. Dokter meminta secepatnya keluarga membantu untuk mendapatkan darah secepatnya, jika tidak maka nyawa pasien,"
tapi kadang heran dengan karakter anak umur 2-3 tahun..bijak amat yaaak