MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

Ada tawa yang terdengar saat Giska akhirnya berhasilkan mengalahkan Alka dalam permainan catur saat ini.

"Akhirnya, aku bisa mengalahkan mu, Alka!" Giska berteriak girang sambil bersorak dengan dirinya sendiri.

Selesai makan tadi, Alka meminta salah satu pelayanan untuk membawakan papan catur yang memang biasa Alka mainkan bersama Rudi jika mereka ada di sini.

Alka sudah memenangkan pertandingan sebanyak 3 kali dan saat permainan keempat, Giska justru yang mengalahkannya.

"Kok bisa ya?" Alka menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil terus berpikir bagaimana cara Giska mengalahkannya.

"Gampang saja. Kamu sudah 3 kali menang. Merasa sombong dan keras kepala. Akhirnya merasa besar kepala. Di saat orang itu merasa sombong, disitulah ia akan jatuh."

"Aku nggak sombong, Gis."

"Sedikit."

Alka mengeram kesal. "Ya sudah. Aku mau pesan kopi dulu. Kamu mau?"

Giska menggeleng. "Aku harus berangkat kuliah. Jam berapa ini?"

Alka melihat jam tangannya. "Pukul 4 sore."

"Astaga..., aku sudah terlambat 1 jam. Kok kamu nggak bilang sih?" Giska nampak kesal.

"Kita berdua terlalu asyik bermain catur. Sudahlah. Bolos sekali kan nggak apa-apa."

Giska masih kesal.

Alka tersenyum. "Kita ke bioskop, yuk. Ada film terbaru dari Leonardo Dicaprio."

"Ha?" Giska kaget. Wajah cemberutnya langsung berubah. "Itu aktor kesukaan aku."

"Aku tahu."

"Tahu dari mana?"

"Di kamar kamu ada beberapa poster Leonardo."

"Oh iya ya? Jadi kita ke bioskop sekang?"

"Sebentar aku lihat jam tayangnya dulu." Alka membuka aplikasi di ponselnya. Ia kemudian segera memesan dua tiket masuk. "Jam 5.30 penayangan selanjutnya. Kita masih punya waktu untuk ke sana."

"Ok." Giska nampak senang. Tanpa sadar ia melingkarkan tangannya di lengan Alka. Mereka pun jalan bersama.

***********

"Selalu jalan ceritanya bagus. Leonardo tambah tua tambah ganteng. Aku suka padanya." kata Giska saat keduanya keluar dari bioskop.

"Sebenarnya aku tak terlalu suka sama Leo, hanya saja karena kamu suka jadi ikutan saja."

Giska menatap Alka. "Terima kasih ya?"

"Lain kali kalau kita menonton, jangan berteriak histeris begitu dong saat melihat Leonardo. Kupingku sampai sakit."

"Ih...., namanya juga idola."

"Dasar bocil!" Alka langsung melangkah lebih dulu. Giska mengikutinya dari belakang.

"Alka....., lapar.....!" rengeknya.

Alka menghentikan langkahnya. "Sepanjang pemutaran film, mulutmu tak berhenti mengunyah. Popcorn, kentang goreng. Masih lapar juga?"

"Aku butuh nasi."

Alka tertawa. "Ayo kita cari rumah makan!" anaknya sambil melingkarkan tangannya di bahu Giska.

"Kita jangan pulang ya?" ujar Alka saat mereka sudah selesai makan dan memasuki mobil.

"Kenapa? Aku capek banget. Kekenyangan. Enaknya mandi dan langsung tidur."

"Besok kan hari Sabtu. Kamu nggak masuk kuliah. Kita menginap di hotel saja."

"Kamu ingin menghindari Kelly ya?"

Alka mengangguk.

"Ya sudah. Kita cari hotel saja. Tapi aku mau hotel yang paling mahal dan mewah. Bolehkan?"

"Kamu akan mendapatkannya, bocil."

30 menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah hotel yang mewah dan megah.

Giska langsung berendam di bathtub sedangkan Alka menelepon Rudi dan meminta untuk dibawakan pakaian. Ia juga menelpon papanya dan mengabarkan kalau dia dan Giska ingin quality time berdua. Tentu saja tuan Geo sangat senang mendengarnya.

"Kamar mandinya mewah. Hampir sama sih dengan kamar mandi mu. Tapi bathtub nya lebih besar. Hampir saja aku ketiduran di sana." kata Giska saat keluar dari kamar mandi. Ia menggunakan jubah handuk.

"Aku mau mandi juga. Nanti kalau ada yang datang, buka saja pintunya. Itu pasti Rudi yang mengantarkan pakaian untuk kita. "

Giska hanya mengangguk.

Saat Giska sementara mengeringkan rambutnya, Deo Videocall.

"Kamu di hotel ya? Bersama Alka? Satu kamar?" tanya Deo dengan nada cemburu.

"Ada acara keluarga. Masa sih kami harus pisah kamar. Apa nanti yang akan dikatakan papanya Alka."

"Tapi kalian di kamar yang sama."

"Kamu nggak percaya padaku? Aku tes keperawanan untuk membuktikan kalau aku masih gadis?"

"Bukan begitu sayang."

"Deo, hubunganku dengan Alka hanya seperti kakak adik. Kamu harus percaya. Tak ada yang akan terjadi diantara kami. Alka itu suka sama gadis yang penampilannya seperti model ternama."

"Kamu cantik, Gis. Kamu menarik. Kamu pikir kalau Alka nggak akan tertarik padamu?"

Giska tersenyum. "Alka itu selalu menghina aku sebagai bocil. Sudahlah jangan membuat dirimu cemburu pada sesuatu yang tak mungkin terjadi ceritakan dulu soal kegiatanmu hari ini."

Rudi datang mengantarkan pakaian setelah Giska selesai Videocall dengan Deo. Gadis itu bergegas mengenakan pakaiannya sebelum Alka keluar dari kamar mandi. Cowok itu mandinya juga sangat lama.

"Alka, tadi paman Rudi berpesan agar kamu menelponnya."

Alka yang sementara menyisir rambutnya mengangguk.

Ia melangkah ke arah balkon dan segera menelpon Rudi.

Agak lama Alka dan Rudi berbicara. Masalah proyek yang Alka tangani di Batam.

Begitu ia masuk, dilihatnya Giska sudah tertidur. Sangat nyenyak sampai gadis itu tak menyadari kalau gaun tidurnya tersingkap. Menampilkan pahanya.

Alka menarik selimut dan bermaksud akan menutupi tubuh Giska, namun gadis itu yang tadinya tidur miring, kini terlentang. Gayanya sungguh menantang dengan bagian dada yang terbuka.

"Dasar bocil !" Alka dengan cepat menarik selimut dan menutupi tubuh Giska. Ia pun merasa sangat capek. Segera di matikannya lampu utama dan tidur di sisi yang lain ranjang ini.

Saat Alka memejamkan matanya, ponselnya tiba-tiba berdering lagi. Ada panggilan dari Kelly. Alka mempertimbangkan untuk mengangkatnya dan akhirnya Giska terbangun karena bunyi ponsel itu.

"Kenapa nggak diangkat?" tanya Giska protes.

"Kelly yang menelepon."

Giska tiba-tiba punya ide gila saat ponsel Alka berdering kembali. Ia mengangkatnya. "Alka sayang....ah.....aku suka, oh....ini nikmat sayang....kamu hebat...., eh sayang...kayaknya ada yang menelepon mu, ah...aku mau sampai sayang...."

Alka terkejut mendengar Giska bersuara seperti orang yang bercinta.

"Aku yakin Kelly tak bisa tidur malam ini." Giska tertawa senang lalu segera membaringkan tubuhnya lagi.

"Gis....kamu beneran masih bocil?" tanya Alka.

Giska membalikan tubuhnya. "Maksudmu?"

"Desahan tadi....kamu dan Deo sudah making love?"

"Enak saja. Aku tuh pernah nonton dengan beberapa teman waktu SMA. Hanya sekali sih. Dan coba mempraktekkan suaranya. Sama persis kayak orang bercinta ya?" tanya Giska dengan pipi bersemu merah.

"Ya."

Giska hanya tertawa. "Semoga itu bisa membantumu untuk jauh dari Kelly." lalu ia kembali memunggungi Alka. "Good night."

Alka menarik napas panjang. Ia pun kembali membaringkan tubuhnya. Ia memang butuh tidur. Namun ada sesuatu yang membuat Alka bingung. Sesuatu yang tidak diharapkannya berdiri namun akhirnya berdiri tegak. Hanya karena mendengar desahan Giska yang aneh itu.

Gila! Kok si palo bisa seperti ini sih? Memangnya aku bergairah mendengar suara desahan Giska?

Alka menepuk kepalanya sendiri sementara Giska yang tidur di sampingnya nampak sudah terlelap dengan suara dengkuran halusnya.

************

Ayo Alka...

Ada apa denganmu ?