XAVIERA TRANSMIGRATION

..."Lebih baik terlihat seperti orang jahat tetapi hatinya bersih, daripada terlihat seperti orang tanpa dosa tetapi hatinya kotor. Karena hidup kalau hanya untuk memenuhi ekspektasi manusia itu tidak akan pernah selesai, karena manusia itu haus akan kesempurnaan dan tidak pernah merasa puas!"...

...~XAVIERA TRANSMIGRATION~...

"Gimana Josh?"

Pertanyaan itu membuat Joshua nampak bingung. "Gimana apanya?"

"Viera, dia gadis baik Josh" lanjut Damian.

Joshua meneguk vodkanya one shot "Terus kalau-pun baik kenapa?"

Damian mengendus, captain yang merangkap menjadi teman dekatnya itu sangat tidak peka pikirnya. Atau Joshua itu memang bodoh?

"Ck, selama ini kau anti cewek kan, kali aja gitu Viera bisa membuatmu jatuh cinta. Atau ternyata kau suka sesama?"

Geplakan di bagian belakang kepalanya membuat Damian mengaduh.

"Aku normal!" sunggut Joshua tidak terima.

"Santai dong bro, jangan mukul juga!" Damian membalas dengan menendang tulang kering Joshua, tidak begitu kencang.

Joshua meliriknya sinis.

...⏳...

Viera berjalan riang menuruni anak tangga, dibawah ia melihat Xavier dan Marcel yang tampak anteng duduk di sofa.

"Hai Tuan-Tuan" kedua pria itu menatapnya.

"Bentar lagi Daddy sampai, Daddy bilang untuk mengajak kalian makan malam dulu, bagaimana?"

"Setuju Nona!" Marcel lalu berdiri.

"Yuk!"

Marcel mengikuti langkah Viera, membuat Xavier mau tidak mau mengikuti mereka.

Setelah selesai makan mereka kembali ke ruang tamu, Daddy nya juga barusan masuk ke dalam mansion.

"Daddy!"

Reymond merentangkan kedua tangannya untuk memeluk putrinya, rasa lelahnya terobati disaat ia melihat putrinya.

"Viera sudah makan?"

Viera mengangguk "Sudah Dad!" Reymond melepaskan pelukannya.

Pria paruh baya itu melihat kearah dua pria yang hanya diam menatap mereka.

"Ada apa Tuan Xavier?" ia masih sedikit kesal terhadap pria muda di hadapannya itu.

"Saya ingi membicarakan hal penting Tuan."

Mendengar itu membuat Reymond paham "Sayang kamu kembali ke kamar dulu ya, sana belajar atau apapun terserah kamu. Daddy mau mengajak mereka keruangan kerja" Viera mengangguk tersenyum lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya.

Xavier memandang Viera yang mulai menaiki anak tangga dengan tatapan yang sulit diartikan.

Reymond lalu mengajak mereka masuk ke ruang kerjanya.

"Hal penting apa Tuan Xavier?" tanya Reymond datar setelah mereka sudah duduk di ruang kerja milik pria itu.

"Apakah anda tidak penasaran tentang kematian istri anda Tuan?"

...⏳...

Viera menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ia memijit pangkal hidung nya. Sepertinya setelah nonton football di cuaca yang lumayan terik dapat membuatnya pusing.

Ia membuka ponselnya untuk melihat-lihat beranda instagram.

Dirasa sudah cukup lama menatap layar ponsel, malah membuatnya tambah pusing. "Duh pusing dehh, ada obat ngga ya?" gumamnya lalu ia mendudukan diri bersandar.

Viera menghela napasnya, sebaiknya ia turun untuk mengambil air minum dan obat dulu lalu tidur, itu ide yang baik!

Ia menuruni tangga sambil celingak-celinguk.

"Kak Anite!"

"Iya Nona?"

"Tolong ambilkan obat sakit kepala ya, aku mau ambil air minum dulu" Anite yang tadinya sedang mencuci piring, menghentikan aktivitasnya lalu bergegas untuk mengambilkan Viera obat sakit kepala.

Viera duduk lalu meneguk air putih, beberapa menit kemudian Anite sudah datang dengan kotak P3K di tangannya.

"Ini Non tinggal satu."

Viera menerimanya lalu dengan cepat meminumnya. "Ini stock obat yang abis besok beli ya kak di apotek, jaga-jaga kalau yang lain butuh."

Anite mengangguk hormat "Baiklah Nona, sebaiknya anda tidur agar cepat sembuh."

"Iya kak, terimakasih yaa!" Viera tersenyum membuat Anite membalas senyumannya.

Viera berjalan ke kamarnya dengan lesu, ia berjalan dengan kepala menunduk. Disaat melewati ruang kerja Daddynya, sebuah pintu yang sengaja dibuka itu membuatnya kaget.

"Oh My God!" ia kaget lalu mendongak.

"Yaampun sayang, Daddy ikutan kaget."

"Lagian Daddy ngga kasih aba-aba kalau mau buka pintu" Viera mencoba menetralkan pernafasannya.

Reymond mengerutkan keningnya "Bagaimana mau aba-abanya sayang?"

"Em gatau juga sih" Viera meringis.

"Ekhem, Tuan Sebastiono bisakah anda bergeser sedikit? Kami mau pulang!" ucap Marcel membuat ayah dan anak itu mengalihkan pandangannya.

Dibelakang Reymond masih ada dua pria muda yang wajahnya sudah kusut, mereka semua berekspresi datar.

"Belum pulang ternyata" batin Viera.

Reymond otomatis menyingkir agar mereka bisa lewat. "Silahkan, kalau ada sesuatu anda bisa menghubungi tangan kananku terlebih dahulu Tuan Marcel!"

Marcel mengangguk "Baiklah Tuan, kami permisi."

Xavier dan Marcel beranjak untuk meninggalkan mansion itu. Sebelum mencapai pintu utama, Xavier terlihat menengok ke arah Viera dengan tersenyum aneh.

Viera balik menatap pria itu polos, setelah itu sosok pria itu sudah tidak terlihat.

"Kamu tadi habis apa sayang?" Reymond mengelus pucuk rambutnya, membuat Viera sedikit kaget.

"Eum, itu Dad tadi abis minum obat."

"Obat apa?"

"Obat sakit kepala" tampak ekspresi Reymond berubah jadi khawatir. "Tapi tidak apa Dad, ini mungkin efek terlalu lama di outdoor tadi panas" Viera tersenyum meyakinkan.

"Kenapa kamu di outdoor sayang?"

"Abis nonton football Dad!" seru Vira semangat.

...⏳...

Pagi ini Viera sudah terlihat segar, untungnya semalam langsung minum obat lalu tidur. Jadi ia tidak merasakan sakit yang terlalu lama karena obat itu membuat kantuk.

Ia menyetir mobilnya dengan sesekali berdendang senang. Disaat terlihat gerbang sekolahnya, ia mulai menetralkan ekspresinya agar tidak terlihat berlebihan. Viera merasa belakangan ini ia asik menggunakan sifat asalnya, padahal niatnya mau jadi cewek cool seperti raga Viera. Tapi arwahnya ternyata lebih dominan, ia menggerutu sendiri.

"Iya lah, orang random kek gue kok tiba-tiba jadi cewek cool? Ya di ketawain Elena kalau dia tau!" ia tersenyum kala nama Elena terucap.

Ah sepertinya ia merindukan sosok sahabatnya itu, Viera tersenyum miris.

Mobilnya berhenti di tempat parkir, sebelum turun ia bercermin sebentar.

"Duh cantiknya gue!" ucapnya percaya diri.

Viera turun dari mobilnya, tetapi tidak ada drama jika ia akan mendapatkan pekikan puja dari orang-orang. Yang ada orang akan menjauhinya karena wajah dia terlihat dingin.

"Kasian banget lu Viera" batinnya prihatin.

Ia berjalan santai untuk menuju kelasnya, sampai panggilan dari seseorang dari arah belakang membuatnya berhenti lalu menghadap belakang.

.

.

.

Mohon dukungannya terus yaaaa

Dan jika ada saran boleh di sampaikan ya temen-temen

Maaf kalau ada typo

Terimakasih, semoga kebaikan selalu menyertai kalian♡