Di universitas ada seorang gadis yang nampak sangat misterius. Penampilannya amat persis seperti kutu buku, dengan kacamata tebal, baju sederhana, buku yang selalu dalam genggaman. Bahkan cara berjalannya pun nampak begitu sangat lamban, sampai-sampai kerap kali jadi bahan tertawaan bagi orang sekitar
Beberapa orangpun mulai berani melakukan pembullyan terhadap sang gadis, namun nahas. Tak lama setelah perundingan tersebut, tersebar kabar jika pelaku pembullyan di temukan dalam keadaan mencengangkan. Tubuh mereka di penuhi luka hingga membuat ngeri bagi siapapun yang melihatnya. Mereka juga pernah sekali di temukan dalam keadaan tidak bernyawa di gedung belakang universitas. Berita panas itu menyebar begitu cepat memenuhi artikel kampus. Tak ada yang tahu, siapa sebenarnya sang Gadis? Benarkah dia pelaku tersembunyi itu ataukah ada oranglain yang membantu di belakang sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tu es belle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam sebelum Anita terbunuh
Dalam gelap malam, wanita berjubah merah menjuntai berjalan. Tiap hentakan kaki wanita itu terdengar menyeramkan. Tak ada yang bisa menebak ke mana kaki jenjang milik wanita itu akan berlabuh di depannya gedung yang nampak usang beratapkan rumbia tengah berdiri seorang wanita kisaran berusia 25 tahun
Wanita bergaun merah dengan kacamata yang selalu menempel itu menggerakkan telunjuk pada anak buah, pria gendut di sebelah wanita yang sedang terikat pada sebatang bambu itu bergerak maju lalu mengangkat wajah wanita tersebut, membuat wanita bergaun merah itu tersenyum miring
"akhirnya aku mendapatkan mangsa baru"
ucap wanita gaun merah
"siram dia dengan air!" katanya lagi memberi perintah
byutr..... Manusia dalam kondisi pingsan disiram dengan air langsung membuatnya membuka mata
si wanita yang sedang terikat itu menyipitkan pandangan. Ketika cahaya kekuningan menerobos masuk melewati kornea matanya
"A-- aku dimana?"
Ada suara tawa yang menggema dalam pondok beratap rumbia
Anita, wanita yang tidak tahu Apa masalahnya sampai dia diculik seperti ini menoleh ke sumber suara
"siapa?"
"Kenapa?"
"kamu? memangnya kita ada masalah?"
Tapi saat mata Anita melihat jelas wanita di depan sana, kesadaran Anita Langsung kembali secara cepat
"dasar tidak tahu diri, apa yang sudah --- "
tawa nya masih menggema, membuat Anita semakin berang
Dia menggila, suaranya jeritan dalam kondisi mulut kering pasti menyiksa
"kamu pasti bekerja sama dan memberikan tubuh pada preman jalanan ini kan?"
kata Anita dengan pongah
padahal kondisinya sudah sangat mengenaskan.
Gantian gadis bergaun merah itu bersuara setelah selesai memberi Anita ruang untuk memuntahkan semua layarnya
"Hei, sudah sekarat tapi mulutmu sungguh sangat Arogan"
Anita menarik paksa tangan yang terikat pada sebilah bambu, bukannya lepas, rasa sakit malah makin mendominasi sampai kulit mulus Anita mulai terkelupas
"Lepaskan aku sialan, dasar gadis culun"
PLAK
Sudah cukup, dia bukanlah wanita sabar yang diam saat di bully, di hina, bahkan di rendahkan sedemikian rupa
Wanita bergaun merah nampak meradang, usai tamparan keras itu dia meepas kacamata dan menunjuk wajah Anita yang masih menoleh kesamping akibat tamparan beberapa waktu lalu
"Kau hanyalah seonggok daging yang tidak berguna disini"
Anita tertawa sampai ludahnya menetes,
"Jika ayahku tahu--"
"Persetan dengan Ayahmu" pungkas wanita itu
Langsung dia memberi perintah pada anak buah yang bertugas sebagai algojo
"Iris kulit nya, sampai dia merasakan mati rasa"
belum sempat Anita memberontak bahu sebelah kirinya terasa begitu perih.
AAARRRGGGKKHHHHHH.........
Jeritan panjang dari seorang gadis menggaungkan langit malam, dia tidak menyangka jika perbuatan yang menurutnya sangat menyenangkan akan menuai hasil sesakit ini
Anita menyaksikan bagaimana tiap detail tubuhnya di iris secara perlahan , tiap detail tulang merah begitu nyata di depan matanya sendiri
Anita menoleh secara lemah, bibir pucat itu berucap tanpa suara 'Ampun'
namun semua sia-sia, kematian sudah di depan mata. Malam dingin hari ini sebagai selimut untuk Anita menutup mata
"Buang mayatnya di tempat yang aku katakan!"
"Baik Nona"
Sesaat akan melangkah, kaki wanita bergaun merah itu terhenti. Dia menoleh
"Pastikan aman! jangan biarkan tikus-tikus ibu kota mengambil kesempatan"
mereka kompak menunduk, pergi dengan membawa kantong jenazah dalam gelap malam menjelang pagi
Suara mesin mobil terhenti menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di samping gedung fakultas sastra universitas
Tiga pria turun, melihat kekiri, ke kanan. Kemudian memberi isyarat kepada rekan, menandakan jika kondisi aman
tanpa rasa iba, mereka pun menggulingkan mayat Anita begitu saja, ketiganya menepuk tangan seolah tengah menyelesaikan misi yang membahagiakan
"Mari pergi!"
penasaran bngt...