The Most Beautiful Revenge

"Baiklah, saya akan ikut dengan anda Kak." Asura juga ikut bersemnagat, beberapa orang pria berjubah hitam juga tiba dengan nafas terengah.

"Astaga Putri, kau ini sedang menjadi Putri sekarang. Kenapa kau menggunakan kuda secepat itu!" Ucap orang-orang itu merasa kesal.

"Hehehe, maafkanlah aku Kakak-Kakaku yang manis. Sepertinya penjagaan harus lebih di waspadai lagi, salah satu dari kalian sebaiknya kembali ke menara sihir dan berikan kabar ini pada Kakak ku." Clia memberikan intruksi.

"Baiklah, anda juga harus segera kembali. Yang mulia Kaisar dan Ratu tengah menunggu anda di Istana." Ucap seorang Penyihir lainnya.

Clia mengangguk patuh dan turun dari kudanya, dia bersama para penyihir dan Asura berjalan menuju sebuah tempat yang luas. Sebuah Kereta kuda nampak tengah menunggu mereka.

"Clia, sebenarnya siapa pria yang kau bawa ini?" Tanya salah seorang Penyihir yang merasa penasaran.

"Namanya Asura, dia adalah adik ku mulai sekarang." Clia tersenyum memasuki kereta kuda.

"Kakak berdua saja yang mengantar ku, sisanya tolong sampaikan pada Kakak di menara sihir bila aku sudah sampai di Istana dengan selamat." Ucap Clia.

"Ayo adik, kita ke Istana." Clia mengulurkan tangannya dan merekapun akhirnya pergi. Dalam kereta kuda itu ada 4 orang manusia.

Hingga mereka akhirnya menghentikan perjalanan karena malam yang kian larut, para penyihir mendirikan tenda untuk mereka tinggali malam itu.

"Kamu pasti kaget ya? Aku memang putri Kaisar." Ucap Clia saat melihat Asura yang merenung di hadapan api unggun.

"Kaisar itu apa?" Tanya Asura, Clia seketika tertegun mendengar pertanyaan itu.

'Benar juga, Asura lupa ingatan bagaimana bisa aku mengatakan hal semacam itu.' Gumam Clia dalam hati.

"Kaisar itu adalah seorang penguasa, dia tinggal di sebuah istana." Ucap Clia menjelaskan.

Asura terdiam sejenak, mungkinkah itu sejenis Raja di Underworld pikir Asura. Asura sendiri merenung bukan karena memikirkan apa-apa, namun dia seolah melakukan lompatan yang sangat luar biasa dalam hidupnya.

"Asura, aku merasa aneh dengan keadaan ini. Mungkin bagi kamu yang tidak tahu sihir tidak akan mengerti, tapi aku memiliki jiwa yang berbeda dengan manusia pada umumnya." Clia menghela nafas panjang.

"Aku tidak tahu kenapa aku harus mempercayai mu, tapi aku sangat yakin bila aku adalah orang yang bisa aku percaya." Clia menggenggam tangan Asura.

"Saat aku menggenggam tangan mu, sesuatu yang selalu berontak dalam dada ku akan menghilang dan aku akan merasakan kedamaian." Asura terdiam, dia juga merasakan hal yang sama dengan Clia.

"Aku dan Kakak angkat ku telah berusha mencari cara agar dapat menyembuhkan rasa sakit ini, namun pada akhirnya selalu gagal." Asura terdiam, benar sekali apa yang di katakan Clia bila dia merasakan kedamaian saat dia menggenggam tangan Clia.

"Seandainya saudara kembar ku ada di sini, mungkin dia akan seperti mu. Kata Kakak ku, Cloa memiliki mata yang indah dan dia adalah penawar untuk rasa sakit ku." Clia bercerita panjang lebar.

"Saudara kembar?" Asura bertanya, dia tak pernah tahu mengenai istilah semacam itu.

"Saudara kembar adalah saudara yang lahir di hari yang sama dengan ku." Jawab Clia, Asura mengangguk faham.

"Dia sekarang tak ada, katanya dia di culik dan sampai saat ini belum di ketemukan. Sudah banyak cara di lakukan kedua orang tua ku untuk bisa menemukan Cloa, namun hasilnya selaku gagal." Clia menghela nafas berat, mengingat perjuangan kedua orang tuanya yang hebat.

"Itulah mengapa anda mengangkat saya jadi adik?" Tanya Asura sigap, Clia terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja bukan, dalan hatiku Cloa adalah Cloa meski aku tidak pernah bertemu dengannya namun dia tetaplah saudara ku yang berharga." Clia tersenyum lembut, Asura juga mengangguk faham.

Clisash

Suara angin menderu lembut, namun mata tajam Clia langsung bergeming dan berdiri dari tempatnya duduk. Begitupun dengan dua penyihir yang ikut bersama mereka.

"Keluar!" Ucap Clia, dia meraih busur yang tak jauh dari tempatnya berada. Aura keemasan langsung menyelimuti tubuhnya dan beberapa orang berjubah hitam turun dari atas pohon, mereka juga nampak membawa busur dan anak panah.

"Siapa kalian?" Clia memelototkan matanya yang berwarna biru dengan tajam.

"Salam kepada yang mulia Putri, kamu adalah penguasa tempat ini. Sebuah kehormatan bila Putri berkenan menjadi tamu kami." Ucap seorang pria yang langsung menunduk di hadapan Clia.

"Siapa kalian?" Tanya lagi Clia tidak percaya begitu saja, melihat aura gelap yang bersembunyi di balik tubuh mereka, tak dapat membuat Clia percaya begitu saja.

"Hahahah, kau memang cerdas seperti ibu mu. Tapi, kau tidak akan melihat hari esok!" Ucap sosok pria yang menunduk, dia kembali mengangkat wajahnya dan matanya yang putih langsung terlihat.

"Jangan lihat matanya!" Teriak Asura yang langsung menutup mata Clia dengan tangannya, seketika penglihatan Clia dan Asura terbagi. Clia seolah dapat melihat apa yang di lihat oleh Asura.

"Kalian kaki tangan Raja Iblis?" Ucap Asura yang tahu mereka semua, Pria tersebut tertawa namun langsung di bungkam oleh anak panah dari belakang tubuh Clia.

"Jangan kira kami hanya seorang Penyihir biasa!" Ucapnya, dia juga menutup mata sesuai perintah Asura. Dia pernah membaca buku mengenai kaki tangan Raja Iblis.

Blak!

Pria itu menghentakkan kakinya ke bumi hingga bumi bergetar seketika, semua orang di sana ikut oleng. Namun sebisa mungkin Asura menjaga Clia untuk tetap stabil.

Sebuah api keluar dari tangan penyihir lainnnya dan langsung menyerang mereka semua, dalam keadaan tersebut para penyihir langsung mengambil tindakan dan terbang membawa Asura dan Clia.

Mereka berlari di antara timbunan pohon hingga akhirnya sampai didepan pintu gerbang sebuah kota, mereka langsung masuk ke dalamnya dan menghela nafas lega.

Setidaknya di daerah kekuasaan Atlan para Iblis tak bisa berbuat semena-mena karena penjagaan dari pedang dan cincin kehidupan membentuk lingkaran sihir yang melindungi Atlan dari para iblis.

Selain itu, setelah kejadian penculikan pangeran. Penjagaan di wilayah Kekaisaran Atlan di perketat dan setiap gerbang kota di jaga oleh 20 kesatria yang unggul.

"Para penyihir! Hormat kepada penyihir!" Seorang prajurit yang saat itu berjaga langsung menunduk.

"Penyihir, salam kepada penyihir." Seorang kesatria juga membeikan salam, kedua penyihir itu menghela nafas dan melihat Clia dan Asura.

"Hem, apa-apaan ini?" Clia mendengus kesal karena dia di gendong layaknya anak kecil. Sedangkan Asura di gendong ala karung beras.

"Eh, maafkan kami. Anda tidak apa-apa bukan?" Penyihir itu panik, karena bagaimanapun juga Clia adalah Putri dari kerajaan yang saat ini dia tapaki.

"Tidak apa-apa, meski terkadang harus melakukan hal memalukan saat menyelamatkan diri. Wah, apakah ini wilayah Kekaisaran Atlan?" Tanya Clia merasa kagum pada kota besar di hadapannya.