Setelah setahun menikah Jira baru tahu alasan sesungguhnya kenapa Bayu suaminya tidak pernah menyentuh dirinya.
Perjalanan bisnis membuat Jira mengetahui perselingkuhan suaminya. Pengkhianatan yang Bayu lakukan membuat Jira ingin membalas dengan hal yang sama.
Dia pun bermain dengan Angkasa, kakak iparnya. Siapa sangka yang awalnya hanya bermain lama kelamaan menimbulkan cinta diantara mereka. Hingga hubungan terlarang itu menghasilkan benih yang tumbuh di rahim Jira.
Bagaimanakah nasib pernikahan Jira dan Bayu? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Angkasa dengan Jira?
Ikuti terus kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Jira masuk ke perusahaan dengan membawa sisa rujak yang dia makan sebagian. Dia merasa lebih segar setelah makan buah asam itu.
Sesampai di ruangan Jira tiba-tiba rindu dengan Mira. Sepupu yang dulu bekerja disini juga. Mira resign setelah menikah. Dia mengikuti suaminya yang bekerja di cabang Surabaya.
Tidak menunggu lama sambungan video call yang baru saja Jira lakukan langsung disambut oleh Mira.
"Miraaaa." teriak Jira saat video call memperlihatkan wajah Mira.
"Berisik Jira." yang ditegur hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"Tumben vid call. Kangen?"
"Hehehe iya. Dirimu apa kabar Mira? Setelah kepergian mu aku kesepian."
"Alah lebay banget sih Jira. Kan udah ada bos kesayangan."
"Mira jangan keras-keras takut ada yang denger." Jira menoleh ke kanan dan kiri takut ada orang yang mendengar percakapan mereka.
"Itu apa Jira?" Mira melihat sebuah kotak transparan yang Jira letakkan di atas meja.
"Oh ini rujak. Tadi beli di jalan."
"Rujak". Mira tampak berpikir sejenak.
"Jira...."
"Kenapa?"
"Kau sedang tidak hamil kan?" Jira menghentikan kunyahan mangga di dalem mulut setelah itu dia diam.
Rasanya tidak mungkin dia hamil. Soalnya tamu bulanannya datang pagi tadi.
"Aku rasa tidak. Soalnya tadi pagi aku datang bulan."
"Kau yakin? Itu datang bulan biasa." Jira memicingkan mata. Apa maksud dari ucapan Mira. Memang datang bulan kali ini terasa beda. Yang muncul hanya flek-flek berwarna merah kecoklatan. Biasanya kalau datang bulan darah kotor keluar dengan encer dan banyak. Bukan hanya sekedar flek saja.
"Entahlah. Sejujurnya aku hanya flek-flek tadi pagi."
"Flek bisa jadi tanda awal kehamilan Jira."
Deg
Jantung Jira berpacu lebih cepat. Benarkah yang diucapkan Mira. Apa benar dirinya hamil? Oh tidak bagaimana mungkin dia hamil. Tidak-tidak. Jira menggeleng berusaha menolak kata-kata Mira.
"Coba testpack aja dulu. Ini hanya dugaanku saja Mira karena pagi-pagi begini kau sudah makan mangga muda. Rasanya air liurku terus menetes membayangkan asemnya buah itu."
***
Setelah pembicaraan dirinya dengan Selly kemarin Bayu berpikir untuk kembali mengelola perusahaan. Dia tidak terima direndahkan oleh Selly. Wanita itu berkata dirinya tidak memiliki nilai lebih dibandingkan dengan Angkasa.
"Kau tahu Bayu, Angkasa lebih tampan darimu. Dia keren terlebih saat memakai setelan jas kebanggaannya. Sedangkan dirimu hanya bisa meminta uang pada ibumu. Kau seperti anak kecil di usiamu sekarang. Dimana harga dirimu sebagai laki-laki?"
Mendengar kata-kata Selly membuat Bayu kesal. Lelaki itu langsung memakai pakaiannya dan meninggalkan Selly begitu saja di rumahnya. Beruntung saat melakukan hubungan intim papa Ferry tidak ada di rumah. Jadi mereka bebas tanpa harus takut kepergok oleh orang lain.
"Angkasa lagi, Angkasa lagi. Argghh...." teriak Bayu sambil meremas rambut hitam tebal di kepalanya.
***
Angkasa datang sedikit terlambat. Dia membantu mama Sandra terlebih dahulu. Mengantarkan kue pesanan ke pelanggan mamanya.
Langkah Angkasa terhenti tepat di depan Jira. Wanita itu diam tidak bereaksi apapun. Tubuh Jira ada disana tetapi pikirannya melayang memikirkan ucapan Mira tadi.
Bagaimana kalau benar dia hamil. Apa yang harus dia lakukan?
"Jira." panggil Angkasa.
Wanita itu masih diam. Angkasa heran dia mendekat. Kemudian memegang dahi Jira siapa tahu dia demam. Gerakan Angkasa membuat wanita itu terkejut.
"Bos."
"Jangan panggil bos."
"Tapi ini di kantor kak." bisik Jira membuat Angkasa membuang nafas.
"Ke ruanganku sebentar." Jira bangkit melangkah untuk mengekori Angkasa masuk ke dalam ruangan lelaki itu.
Grep
Angkasa langsung menarik tubuh Jira. Tidak lupa mengunci pintu. Dia tidak ingin apa yang dilakukan dilihat orang lain dan menjadi rumor yang tidak baik ke depannya.
"Kak."
"Sebentar Jira. Lima menit, please." Angkasa memeluk Jira. Meletakkan kepalanya di ceruk leher wanita itu. Menghirup dalam-dalam wangi tubuh Jira yang menenangkan.
Nyaman. Itulah yang dirasakan Jira. Dia pun menikmati pelukan itu. Terlebih saat ini Angkasa mulai memberikan kecupan-kecupan di lehernya. Membuat tubuh Jira meremang.
"Kak."
Angkasa menulikan diri. Dia tidak bisa lepas. Jira selalu membuat Angkasa seperti orang lain. Dia tidak pernah seperti ini dengan siapa pun.
Bau parfum Angkasa tiba-tiba membuat Jira terasa mual. Aromanya terasa begitu menyengat menusuk hidung. Hingga isi dalam perut berdesakan meminta untuk dimurahkan segera.
"Maaf kak." Jira mendorong tubuh Angkasa dengan sekuat tenaga. Dia berlari menuju kamar mandi yang letaknya di dalam ruangan Angkasa.
Hoek Hoek
Mendengar Jira sedang tidak baik-baik Angkasa pun menyusul Jira ke dalam kamar mandi. Dia membantu Jira memijat leher belakang wanita itu dengan lembut.
Bukannya reda Jira semakin tidak karuan. Kepalanya terasa pusing saat kembali mencium kembali bau parfum Angkasa.
"Kak keluarlah." pinta Jira.
"Tidak akan." tolak Angkasa.
"Kumohon."
"Tidak Jira aku akan tetap disini."
"Tapi kakak membuatku lebih mual dan pusing." kesal Jira.
"Apa?"
"Kakak bau. Keluarlah." Angkasa langsung mencium ketiak kanan dan kiri. Memastikan apakah dia benar-benar bau atau tidak. Masalahnya dia tadi mandi masa iya bau. Aromanya wangi seperti biasa. Tidak ada yang berbeda.
"Aku mandi Jira."
"Tapi kakak bau. Keluarlah." Jira mendorong tubuh Angkasa. Rasanya tidak tahan dengan bau parfum milik lelaki itu.
"Aneh."
***
"Kau mau kemana?" tanya Selly saat melihat Bastian dan Stevan akan pergi.
Mereka diam. Tidak ada yang menjawab. Memang tidak ada niat memberitahu. Mereka tidak ingin Selly ikut.
"Kalian mau ke perusahaan Angkasa kan. Kalau begitu aku akan ikut."
"Malas sekali ada dia." Stevan pun membenarkan ucapan Bastian.
"Mau gimana lagi."
Mereka bertiga akhirnya sampai di perusahaan milik Angkasa. Selly tersenyum. Rasanya tidak sabar bertemu dengan Angkasa.
Di dalam ruangan dua manusia beda jenis tadi ternyata sedang melakukan aktivitas panas di dalam kamar mandi. Angkasa yang kesal karena disuruh mandi oleh Jira menarik wanita itu untuk ikut mandi. Dan membantu nya untuk menggosok tubuhnya agar bau parfum yang dia pakai tadi hilang.
Siapa sangka usapan lembut tangan Jira di tubuhnya malah membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Hingga akhirnya Jira pasrah saat Angkasa mulai menjelajahi setiap inci tubuhnya.
"Kak stop."
"Kenapa?"
"Aku sedang datang bulan kak." Seketika tubuh Angkasa lemas. Lalu bagaimana dengan juniornya yang sudah berdiri tegak.
"Lalu bagaimana ini Jira?" Angkasa merasa pusing dengan kepala bagian bawahnya.
"Aku akan bantu." Akhirnya Angkasa mencapai klimaks dengan cara lain.
Setelah membersihkan diri mereka berdua keluar dengan rambut basah. Sebelum kembali Jira terlebih dahulu mengeringkan rambutnya.
Pintu diketuk. Angkasa yang sudah rapi pun dengan Jira membuka pintu. Mereka bertiga masuk. Angkasa kembali ke mode awal. Stay cool.
Tatapan Selly dan Jira bertemu. Seolah keduanya sedang memancarkan masing-masing kekuatan untuk bertarung. Dan kali ini Jira tidak akan mengalah ataupun kalah.