NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesempatan

Hanum merasa letih. Berada di dalam tubuh ibu panti yang sedang mengandung membuatnya tak bisa bergerak bebas sembarangan. Tapi ia harus segera menyelamatkan perempuan itu sebelum para penjahat berhasil membawanya pergi dengan melajukan mobil. Berisiko besar jika ia berulah dan mengakibatkan kecelakaan nantinya.

Tangannya yang terus diseret dua pria berbadan besar terasa sulit untuk melawan. Bahkan nyaris kehabisan napas karena mulutnya dibekap juga. Ia baru bisa menghirup udara setelah diangkat masuk ke mobil.

“Kalian jangan kurang ajar sama perempuan hamil!” hardik Hanum yang terus meronta, mendorong, mencakar, juga menendang penculiknya dengan sisa tenaga.

“Emang perempuan hamil yang kami cari,” sahut seorang pria.

“Dan kebetulan tempat kalian harus kami beresin. Jadi sekalian aja kamu sama bayimu kami ambil,” timpal pria satunya, lalu keduanya tertawa lepas tanpa dosa.

Hanum membelalak. "Siapa yang nyuruh kalian beresin panti asuhan kami?"

Tak mendapat jawaban, Hanum yakin bahwa dua perusuh di dalam panti yang berhasil ia bekuk merupakan komplotan dua penculik ini. Dan lebih yakin lagi bahwa mereka berempat adalah bawahan Nyi Dasih. Amarah Hanum tak terbendung. Tekad memuncak. Semua penghuni panti harus ia lindungi terutama istri Taufan yang akan melahirkan sebulan lagi.

“Ireng,” gumam Hanum yang tiba-tiba terdiam.

“Hah? Kamu ngomong apa?” sengak satu pria dengan nada yang meremehkan.

Wajah datar istri Taufan membuat kedua pria itu saling pandang. Heran karena berbeda dari sikap berontaknya semula. Satu pria tak mau ambil pusing lalu bergegas keluar menuju bangku sopir.

“IRENG!” teriak Hanum. Seketika angin dingin berembus di dalam mobil yang kesemua pintunya baru tertutup.

“AAAKH!” jerit pria yang hendak melakban mulut Hanum. Ia terkejut bukan main karena melihat wajah hitam terkoyak muncul tiba-tiba di belakang istri Taufan dengan mata merah yang menatapnya tajam. Ia sampai terjatuh cukup keras ke luar mobil setelah buru-buru membuka pintu penumpang karena ketakutan.

Pria satunya yang baru mau menyalakan mesin langsung melepas seatbelt dan bergegas kembali menghampiri rekannya. “Apa sih teriak-teriak?! Bisa ketahuan kita ntar!”

“Ha—han—hantuuu!!” tunjuk si rekan ke dalam mobil.

Isi mobil yang mendadak sangat gelap membuat sopir tak jelas melihat. Ia beranjak masuk tapi sebuah tendangan menghantam tepat di dadanya. Pria itu pun ambruk menimpa rekannya yang masih gemetaran di tepi aspal.

“Sialan!”

Istri Taufan keluar mobil dengan tenang. Ditemani sosok Ireng yang menempel di belakang badan. Sontak dua pria yang berusaha menculiknya itu kalang kabut hendak kabur. Tapi Ireng keburu menangkap mereka. Mencengkeram kepala keduanya hingga asap hitam menguar dari sana.

“Jangan bunuh mereka,” pesan Hanum. Ia melangkah gontai menuju rumah Taufan yang berjarak satu rumah dari posisi mobil penculik. Seraya menikmati suara jeritan dua pria di belakangnya yang sedang dihakimi Ireng. Sejurus kemudian terdengar para tetangga ribut, bahkan membuka pintu rumah dan ruko masing-masing.

Hanum merasa napasnya sesak dan menipis. Kaki ibu hamil itu pun berat dirasanya. Ia takut jika setelah ini terjadi hal buruk. Begitu sampai di pekarangan, Hanum melihat anak-anak panti mengerumuni Taufan sambil menangis jejeritan.

Dengan tangan gemetaran, Hanum menunjuk Kinar. Gadis itu segera menghampiri ibu panti bersama anak lain untuk membantu memapah. “Udah... telepon... ambulans?” tanya Hanum dengan sisa-sisa energinya.

“Sudah, Bu! Sudah telepon polisi juga!” jawab Kinar yang dipenuhi kekalutan.

Kemudian Hanum benar-benar hilang kesadaran.

***

Satu hari berlalu sejak teror malam itu. Taufan dan istrinya menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Beruntung kondisi keduanya mulai membaik. Tapi Hanum kembali jatuh sakit.

Febri dan Mahesa sudah mendapat izin dari Taufan untuk menjaga panti asuhan. Empat pria perusuh telah dipenjarakan setelah malam itu diamankan warga lalu digelandang polisi. Eka—kembaran Dwi, yang berprofesi sebagai pengacara muda, dengan segenap hati membantu pihak panti menggugat para pelaku kejahatan itu supaya dihukum berat.

Hanya saja, para pelaku tak serta merta mengaku. Tentang siapa yang memberi perintah atau siapa pun yang terlibat dalam tindak kejahatan itu. Mereka terus bungkam. Hingga ajal menjemput mereka secara tak wajar sebelum hari persidangan digelar.

Kontan saja akun media sosial Kartika yang dengan cepat mengunggah berita itu langsung digeruduk penggemar setianya. Mereka geram karena para penjahat itu menargetkan wanita hamil. Juga kian sadar bahwa beberapa kasus yang Kartika up merupakan masalah yang saling berkaitan.

Hingga satu komentar teratas yang Kartika pin makin menghebohkan jagad maya. “Percaya sih kalo pihak berwajib jadi bekingan para penjahat itu.”

Dan berlanjut dengan komentar-komentar teori konspirasi lainnya. Kartika tepuk tangan dengan kecerdasan para netizen di kolom komentar akun media sosialnya. Tak diam saja, Kartika menambahkan komentar lain dengan mengurutkan kasus-kasus yang diunggahnya.

Mulai dari pembunuhan disertai rudapaksa yang di lokasi ditemukan perlengkapan ritual, kemudian pelaku tewas terbakar—setelah buron dalam sebuah gudang. Kedua, kasus wanita tewas secara misterius di halaman parkir sebuah gedung yang dinyatakan sebagai bunuh diri. Lalu, meninggalnya gadis muda gantung diri dalam gudang terbengkalai padahal di sekujur tubuhnya ditemukan bekas penganiayaan. Dan terakhir adalah empat pria peneror panti asuhan yang tewas akibat serangan jantung secara bersamaan dalam sel tahanan.

Kartika dengan lihai menggiring opini publik. Mengenai empat kasus yang terjadi dalam rentang waktu berdekatan dan penuh kejanggalan karena di TKP selalu ada saksi yang mengaku mencium bau kemenyan. Kemudian secara terang-terangan ia menyorot pihak berwajib. Dan netizen beramai-ramai setuju dengan teori Kartika yang sangat masuk akal.

—Orang-orang yang tewas adalah tumbal sebuah ritual serta korban ketamakan para pemilik jabatan. Berhati-hatilah, karena di balik kasus-kasus ini pasti ada dalang dan para bawahan yang masih bebas berkeliaran—

Tulis Kartika sebagai caption postingan terbarunya.

Kemudian, selang satu jam, seluruh akun media sosial Kartika menghilang.

***

Sore berikutnya, Kartika datang membawakan banyak makanan untuk anak-anak panti asuhan. Anak sulung Taufan sedang belajar bersama Hanum dan Kinar di taman. Mahesa lalu memanggil Hanum begitu selesai membagikan makanan.

“Ada yang mau kami omongin sama kamu, Num.”

Hanum mengangguk paham. Ia berpamitan pada anak Taufan dan meminta Kinar menjaganya. Hanum kemudian berjalan cepat menuju musala. Di sana sudah ada Febri dan Kartika yang sedang membahas perihal media sosial mereka yang kena blokir karena ada oknum yang melaporkannya.

“Mau ngomongin apa?” tanya Hanum sambil duduk di samping Kartika.

“Kamu masih berhubungan sama Ireng?” tanya Febri.

Hanum mengangguk pelan lalu menunduk. “Aku nggak tahu dia baik atau jahat. Soalnya, meski penampakannya ngeri, tapi dia bantuin aku beberapa kali,” terang Hanum. “Tapi... malem itu aku lihat Ireng dalam mimpi. Dia aslinya cantik.”

Febri, Mahesa, dan Kartika saling pandang. Febri menepuk bahu Hanum dengan pelan. “Hanum, kamu boleh nerima bantuan dia, tapi inget, kamu jangan terhasut sampe hilang kendali, ya.”

“Karena kita nggak tahu apa tujuan dia yang sebenernya,” timpal Mahesa.

Hanum mengangguk mantap. “Pak Febri, Pak Mahesa, Kak Tika, kalian tenang aja. Aku akan jaga diriku baik-baik.”

Mahesa mencebik. “Giliran Tika manggilnya Kak. Panggil Bu atau Budhe, lah!”

“Iri bilang, Bos!” ledek Kartika.

Tiba-tiba HP Mahesa berdering. Rupanya telepon dari Pak Dirman. Mahesa segera menerimanya dan menyalakan speaker.

“Halo, Pak Dirman?” panggil Mahesa. Hening, tak ada jawaban dari seberang. “Pak? Pak Dirman?”

Lagi. Telepon Dirman dari Wilangan sangat meresahkan Mahesa dan rekan-rekan. Terutama suara berisik yang aneh seperti radio rusak itu sangat mencurigakan. Kartika meremas ujung kemejanya. “Jangan-jangan Pak Dirman di sana kenapa-napa?” gumamnya dengan raut wajah khawatir.

Tiba-tiba telepon ditutup dari seberang. Mahesa segera men-dial nomor Dirman berkali-kali tapi tak juga mendapat jawaban. Mahesa berdecak. “Andai aku udah boleh ambil cuti, aku bakal nyusul Pak Dirman ke sana,” sesalnya.

Febri pun sama. Dirinya sangat khawatir sekaligus penasaran dengan kondisi Dirman di basecamp. Tapi ia pun tak bisa meninggalkan tugas mengajarnya.

“Gini aja, Sabtu sore kita bareng-bareng ke sana,” ajak Kartika. Febri dan Mahesa mengangguk setuju. Hanum mengangkat tangan kanannya. “Aku?”

“Kamu nggak usah ikut, Num. Di sini aja jagain anak-anak,” ujar Febri. Ia tak ingin gadis itu menggali memori kelam di Desa Wilangan.

***

Hanum merebahkan dirinya di kasur setelah mematikan lampu. Menarik selimut lalu memejamkan mata. Harap-harap cemas, akan memimpikan apa malam ini. Suara-suara bisikan aneh yang bersahut-sahutan memenuhi pendengaran. Hanum ingin membuka mata tapi tak bisa.

“Bangun, Nduk.”

Suara Ireng lah yang bisa membangunkan Hanum. Mata keriyipan karena embusan udara dingin menerpa wajahnya. Setelah memfokuskan penglihatan, barulah ia sadar dirinya tengah merasuki seseorang.

Dilihatnya jemari lentik yang Hanum yakini milik seorang wanita. Terlebih perut buncit yang tertutup jaketnya. Saat ini ia sedang berada di boncengan motor seorang pria yang mengenakan jaket ojek online. Dan tiba-tiba perutnya terasa sakit melilit.

“Aduh!” pekik Hanum tanpa sadar. Rasa sakit itu tak bisa ia tahan.

“Ada apa, Bu?” tanya pengemudi ojol. “Ada yang sakit? Ibu mau lahiran?”

Sejenak Hanum terdiam. Ia tak ingin salah menjawab. “Kita masih jauh, Bang?” tanyanya balik, coba mengorek informasi.

“Udah deket kok rumah Nyi Dasih.”

DEG!

Sontak Hanum melotot. “Nyi Dasih?” gumamnya. Jantung Hanum berdetak tak karuan. Dirinya dipenuhi emosi yang bergejolak. Ingin segera bertemu dengan musuhnya itu tapi kesal karena merasuk ke perempuan hamil membuatnya tak bebas bergerak.

“Iya. Kan Ibu minta saya anterin ke orang pinter karena suami Ibu suka jajan di luar,” sahut Kang Ojol. “Saya rekomendasiin Nyi Dasih ini yang punya kesaktian biar suami Ibu itu sembuh dari nakal.”

Seketika Hanum menyeringai. Ia kesampingkan risiko yang akan terjadi jika mengamuk dengan tubuh perempuan hamil mumpung dapat kesempatan. Tujuannya hanya satu, membereskan Nyi Dasih bersama Ireng malam ini juga tanpa menoleransi kegagalan.

1
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
Ali B.U
apa yang terjadi sama Pak Dirman.?

lanjut
n e u l: masih misteri ya pak /Joyful/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!