Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Setelah deretan pertanyaan dan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Al, Ranum pada akhirnya memutuskan untuk memikirkan dulu tawaran yang Al berikan. "Biarkan aku memikirkan ini dulu, karena aku tidak mungkin mengambil keputusan secepat ini," kata Ranum sambil menatap Al.
Al memegang dagunya terlihat laki-laki itu sedang berpikir keras. "Ini tawaran yang terakhir, kamu menikah denganku maka aku akan membantumu untuk mengambil adikmu itu dari tangan ayahmu, bagaimana?" Al yakin kali ini Ranum pasti tidak akan bisa menolak lagi. Untung saja Al sudah menyelidiki sendiri dari mana asal usul Ranum sebelum Al nekat ingin menikahi gadis yang masih di bawah umur itu.
Ranum yang mendengar akan hal itu heran karena kenapa Al bisa tahu tentang adiknya padahal Ranum cuma menceritakan kepada Bagas kalau dirinya di usir hanya gara-gara ia hamil. Tanpa menceritakan tentang Aish, adiknya yang berada di rumah ibu tirinya itu.
"Tidak usah heran, karena aku bisa mengetahui semua tentang kamu dalam hitungan detik, sekarang yang ingin aku dengar apakah kamu setuju? Biar semuanya jelas dan tidak terlalu bertele-tele karena setiap detik dan menit waktuku sangatlah berharga." Al menaikkan satu alisnya ketika melihat Ranum malah meneteskan air mata. "Aku tidak memintamu untuk mengeluarkan air mata, yang aku minta kamu setuju atau tidak?!" Al yang memang kesabarannya setipis tisu itupun dibagi lagi menjadi sepuluh sedikit meninggikan nada suaranya sehingga Ranum sampai terlonjak kaget.
"Hanya satu tahun saja 'kan, dan setelah itu Anda akan menceraikan saya?"
"Benar, dan kamu beserta adik kamu itu akan hidup dengan layak meski kita sudah bercerai, aku juga yakin kamu tidak akan membutuhkan bantuan ayah kamu lagi karena aku akan memberikanmu sejumlah harta yang tidak pernah kamu bayangkan jumlahnya." Al rupanya ingin menikahi Ranum hanya untuk membalas dendam rasa sakit hatinya kepada Morea dan juga ayahnya sendiri. Karena Al ingin membuktikan kalau dirinya bisa melupakan Morea dengan cara menikahi Ranum. Karena jika Al terus-terusan menduda seperti saat ini maka Morea akan berpikiran kalau Al sampai sekarang belum bisa move on. Begitu juga dengan Daniel, Al ingin membuat ayahnya itu murka ketika tahu dirinya malah menikah dengan gadis yang masih duduk di bangku SMA. Bukan malah memilih rujuk dengan Morea.
"Begini saja jika kamu setuju maka datang besok ke KUA, aku akan menunggu kamu di sana tepat sepulang kamu sekolah. Dan jika kamu tidak setuju kamu tidak usah datang. Sesimple itu tawaran yang aku berikan kepadamu, sekarang pilihannya ada pada dirimu sendiri." Al memang sengaja memilih Ranum menjadi istrinya, sampai rela memberikan Ranum hartanya 30%, hanya karena Al mengingat gadis yang sedang hamil itu terlahir dari keluarga kurang mampu. Al semakin senang karena ia yakin kalau pasti rencananya ini akan berjalan dengan lancar. Dimana nanti Daniel akan merasa semakin di permalukan dengan kelakuan Al. "Gunakan otakmu yang agak sedikit pintar itu untuk berpikir, karena jika kamu tidak mau masih banyak gadis-gadis di luaran sana yang masih mau menjadi istri bayaranku, tapi berhubung kamu lagi hamil maka aku memberikan kesempatan ini kepadamu, meskipun aku belum yakin kalau anak yang kamu kandung itu adalah darah dagingku sendiri." Al beranjak dari duduknya setelah mengatakan itu semua. "Kamu wanita yang terbilang beruntung." Sambil berlalu pergi Al mengatakan itu.
"Ya Allah, apa ini salah satu petunjuk jalan yang Engkau berikan?" Saat bertanya begitu air mata Ranum menetas setelah lama ia tahan-tahan saat tubuh Al menghilang dari balik pintu.
***
"Lu kemana aja tiga hari ini nggak masuk sekolah? Apa Lu sakit?" Vira langsung bertanya ketika melihat Ranum baru muncul di gerbang sekolah itu.
"Iya, aku tiga hari belakangan ini kurang enak badan, Vir. Ini mungkin karena aku juga sedang mengandung," jawab Ranum pelan.
Vira pikir Ranum tidak masuk sekolah karena sakit telah melakukan ab*rsi tapi dugaan Vira salah besar. "Jadi, lu belum menggugurkannya?" tanya Vira dengan pelan juga karena ia takut kalau ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.
"Aku tidak tega Vir, setelah lama berpikir aku memutuskan untuk melahirkan bayi ini saja."
"Serius? Lu akan sekolah dengan perut yang buncit? Lu juga nggak takut ketahuan Kepsek dan teman-teman yang lain?" Vira tidak habis pikir dengan apa yang ia dengar dari Ranum. "Lu lebih baik pikirkan lagi deh, jangan gara-gara janin yang masih berbentuk segumpal darah ini lu malah mau merusak cita-cita dan masa depan lu." Vira saat ini sedang berusaha mengingatkan Ranum. Teman baiknya yang telah ia anggap sebagai saudara.
"Aku akan berhenti sekolah dulu Vir, demi bayi yang tidak berdosa ini. Semoga langkah yang aku ambil ini tidak keliru dan salah." Ranum menggandeng tangan Vira sambil terus berjalan menuju ke kelas mereka.