NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 26 JALAN-JALAN

Aku menoleh ke arah sampingku dan melihat kak Rahma sedang berdiri sambil menatap ke arah langit.

“Kakak sekarang jago gombal ya, bisa-bisanya kakak gombalin aku kayak gitu.” Kataku

“Bukan gombal Va, tapi emang kamu lebih indah dari langit itu. Mana pernah kakak bohong kalau soal kamu Va.” Kata kak Rahma

Aku menyunggingkan senyum mendengar pujian kak Rahma.

Aku senang mendengar pujian dari kak Rahma, tapi ada sedikit rasa kecewa karena bukan Delon yang mengatakan itu.

“Harap apa sih kamu Va, mana mungkin Delon puji kamu kayak gitu. Udah paling bener kamu enggak usah harap apapun dari Delon.” Kataku dalam hati, meyakinkan diri.

Aku menoleh saat kurasakan Delon yang berdiri dari kursinya.

“Loh, kamu mau kemana?” Tanyaku tanpa sadar

“Sudah malam, saya juga sudah mulai mengantuk.” Jawabnya singkat lalu berjalan ke dalam rumah.

Aku merasa kecewa karena waktu yang kami habiskan hanya beberapa menit saja.

“Kenapa Va? Kamu suka ya sama Delon?” Tanya kak Rahma tiba-tiba

“Ha? M-mana mungkin aku suka sama dia, kakak sembarangan aja.” Kataku dengan kekehan yang canggung.

“Tapi Delon itu tampan loh Va, kalau kamu suka sama dia juga enggak apa-apa. Kakak bisa lihat anaknya seperti apa, dia baik dan juga tidak banyak tingkah.” Kata kak Rahma

“Enggak kok kak, aku enggak suka sama dia. Lagian kakak belum tau aja sifat asli dia, dia tu pendiam terus nyebelin juga. Pokoknya dia suka banget buat aku kesal, enggak ada yang baik di diri dia.” Kataku sambil memikirkan perlakuannya dulu kepadaku.

“Walaupun dibalik itu semua ada sisi manisnya, itu yang membuat aku pengen selalu di dekat dia.” Lanjutku dalam hati.

“Hati-hati loh Va, biasanya cinta dimulai dari yang begini. Nanti lama-lama kamu juga mulai lihat kepribadian dia yang lain.” Kekeh kak Rahma

“Udah-udah kak, jangan bahas dia lagi. Mending kakak cerita sama aku, gimana keadaan kakak disini. Terus juga gimana asiknya jadi guru disini.” Kataku dengan semangat

Kak Rahma menceritakan semuanya kepadaku dan tanpa sadar waktu cepat berlalu.

“Va, sebaiknya kamu masuk kamar. Mata kamu udah merah banget itu, mumpung besok akhir pekan kakak bakal ajak kamu jalan-jalan.” Kata Kak Rahma

Aku mengangguk semangat, lalu kami berdua masuk ke kamar masing-masing. Aku tidur di kamar yang sama dengan Rani sedangkan ketiga pria tidur bersama di kamar kak Rahma.

(HARI KE-15)

Aku keluar dari rumah dengan wajah merekah, hari ini aku akan di ajak berkeliling oleh kak Rahma.

“Loh, kak kita pake itu jalan-jalannya?” Tanyaku melihat sepeda yang dipegang kak Rahma.

“Iya Va, sebenarnya bisa aja jalan kaki tapi kita pake sepeda aja supaya bisa jalan jauh. Kakak mau nunjukin pemandangan di desa sebelah, pasti kamu akan takjub melihatnya.” Kata kak Rahma

“Ya udah ayo kak kita jalan.” Ajakku

“Kita tunggu Rani sama Delon dulu, mereka juga mau ikut. Daripada mereka tinggal disini, lebih baik ikut bersama kita.” Kata kak Rahma

Aku melihat Rani dan Delon yang keluar dari rumah bersama, wajahku mulai masam kembali. Entah kenapa aku tidak suka melihat Rani dan Delon berdekatan, padahal mereka tidak melakukan apapun hanya saja aku menjadi kesal.

“Semuanya udah berkumpul, jadi ayo kita jalan sekarang.” Kata Kak Rahma

“Tunggguuuuuu” Teriak Endro

“Kakak-kakak semua tega banget enggak ajak Endro.” Kata Endro dengan rengekannya.

“Maaf ya jagoan, tadi kakak pikir kamu masih tidur. Jadi kita enggak bangunin kamu.” Kata kak Rahma

“Sekarang aku udah bangun kan? Jadi tunggu, aku cuci muka dulu. Kalian jangan pergi tanpa aku, atau aku akan marah dengan kalian.” Katanya

Dia lalu masuk ke dalam rumah dan dengan cepat kembali ke luar dengan menenteng sepatu dan topinya.

“Astaga dek, kita enggak bakal ninggalin kamu, jadi tidak perlu buru-buru, masa kamu cuci muka hanya berapa detik aja.” Kataku

“Enggak, aku enggak percaya sama kakak.” Katanya membuatku kesal.

“Ya udah, ayo kita jalan. Endro bisa bawa sepeda sendiri nggak? Kebetulan ada sepeda yang dulunya dipake Rani waktu masih SD, jadi kayaknya bakal cocok buat kamu.” Jelas Kak Rahma

“Tenang aja kak, aku jago loh bawa sepeda. Mana sepedanya kak?” Tanya Endro dengan semangat

“Bentar biar kakak ambilin sepedanya buat kamu.” Kata Kak Rahma

Setelah beberapa menit kak Rahma membawakan sepeda untuk Endro.

“Kalau semua udah selesai, kita jalan sekarang ya. Evalin mau sama siapa? Sama aku atau sama Delon?” Tanya kak Rahma

Aku bingung harus memilih siapa, kalau aku memilih kak Rahma sama saja aku menyia-nyiakan kesempatan bisa bersama Delon, tapi kalau aku pilih Delon kelihatan banget aku ngarepnya.

“Rani nyamannya dengan siapa?” Tanyaku mencari aman.

“Ehmm, aku sebenarnya sama siapa aja mau Mba. Biar Mba yang pilih lebih dulu aja.” Kata Rani.

“Biar saya dengan Rani saja, Bang Rahma sama dia.” Kata Delon tiba-tiba.

Aku kecewa mendengar yang dikatakan Delon, kenapa dia harus memilih Rani? Dia baru kenal dengan Rani kemarin, jadi kenapa dia tidak memilihku saja? Kan kami lebih lama kenalnya.

“Gimana Va?” Tanya kak Rahma

“Aku ngikut aja kak.” Kataku berusaha terlihat biasa saja.

“Va, kamu enggak apa-apa Delon sama Rani?” Tanya Kak Rahma saat kami di  tengah perjalanan.

“Ya enggak apa-apa lah kak, lagian aku juga lebih nyaman dengan kak Rahma dibandingkan dengan dia.” Kataku berbohong

Aku tidak boleh terlihat kecewa dan menunjukkan ekspresi *badmood-*ku, aku datang jauh-jauh dari kota bukan untuk membuat *mood-*ku rusak. Sayang sekali pemandangan indah yang membentang di hadapanku dianggurkan begitu saja karena suasana hatiku yang sedang tidak baik-baik saja.

“Pagi Kak Rahma.” Sapa seorang wanita yang sepertinya berusia di bawahku.

“Pagi juga neng ayu, mau ke kebun ya?” Tanya kak Rahma

“Iya kak, mumpung lagi akhir pekan gini aku pengen bantu Ibu sama Bapak di kebun.” Katanya

“Neng Ayu selain cantik, emang anak yang baik, ya sudah semangat ya kerjanya.” Kata Kak Rahma

Bisa kulihat bagaimana wajah perempuan yang bernama Ayu itu memerah. Sepertinya dia salting mendengar pujian kak Rahma.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami, aku berusaha untuk tidak menoleh ke belakang. Rasanya suasana hatiku akan semakin rusak jika melihat kedekatan Delon dan Rani.

Kami berhenti di salah satu perkebunan teh di desa sebelah dan seperti yang dikatakan kak Rahma, pemandangannya sangat bagus.

“Wahhh kak perkebunan ini indah banget, kita bisa naik ke atas nggak?” Tanyaku semangat

“Bisa Va, ayo kita ke atas. Kebetulan pemiliknya kakak kenal, tadi pagi kakak udah minta izin.” Jelas kak Rahma

Aku bersemangat untuk melihat para pekerja yang sedang memetik pucuk daun teh.

“Mba ayo jalan bareng, aku bakal ajarin mba cara metik pucuk daun teh.” Kata Rani sambil merangkul tanganku. Aku mengangguk setuju dan berjalan bertiga dengan Endro yang lebih exited melihatnya.

“Kak lihat sini, ada ulat warna ijo kayak yang diiklan-iklan.” Kata Endro sambil meneriaki namaku.

Aku mengikutinya dan melihat ke arah yang ditunjukkannya.

“Namanya ulat kan emang tinggalnya di daun-daun dek.” Kataku

“Iya sih, tapi kan aku belum pernah lihat secara langsung kak. Jadi aku bakal simpan ulat ini dan bawa ke rumah.” Kata Endro

“Sembarang aja, ngapain kamu bawa ulatnya?” Tanyaku bingung dengan ide gila adikku.

“Ya biarin aja sih kak, aku kan pengen koleksi aja. Nanti aku biarin mereka tinggal di bunga-bunga Bunda.” Kata Endro

“Adik kakak yang pintar, ulat itu enggak baik buat tumbuhan. Kalau kamu pengen tumbuhan subur seharusnya kamu cari cacing bukan ulat.” Jelasku

“Ihhh, aku enggak suka sama cacing. Badannya licin banget.” Katanya terlihat jijik.

“Ya udah, tapi jangan coba-coba ambil ulat-ulat disini.” Ingatku

Aku meninggalkan Endro dengan ulat di sana. Aku dan Rani berjalan menghampiri para pekerja dan meminta mereka mengizinkan kami memetik pucuk-pucuk daun teh. Ternyata pekerjaan ini sangat menyenangkan, aku bahkan berlomba dengan Rani siapa yang paling terbanyak mengumpulkan daun tehnya. Tentu saja kami memetik dengan hati-hati sesuai dengan arahan pekerja.

Setelah puas memetik teh, aku memutuskan mengelilingi perkebunan sendirian. Aku ingin mengabadikan momen ini dengan kamera yang kubawa.

“Jika kamu ingin berfoto saya bisa fotoin kamu.” Kata Delon yang tiba-tiba berada di sampingku.

“Tidak perlu.” Jawabku singkat

Aku masih kecewa dengannya, jadi aku tidak ingin berbicara banyak dan juga dekat-dekat dengannya.

“Pemandangannya bagus, sayang kalau misalnya kamu tidak foto disini.” Katanya

Aku tidak menggubris perkataannya, sebaliknya aku berjalan meninggalkan dia.

“Mba, ayo kita foto bersama. Mas Delon tolong ya fotoin aku sama Mba Eva.” Kata Rani

“Mas?”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!