NovelToon NovelToon
Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / BTS / Blackpink / CEO / Percintaan Konglomerat / Ibu Tiri
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: zahra xxx

Victor Winslow, seorang CEO sukses, terlibat dalam kecelakaan tragis saat terburu-buru menjemput anak-anaknya, menabrak seorang wanita yang kehilangan ingatannya dan tidak memiliki identitas. Sementara itu, putrinya Kayla mengalami penurunan kesehatan yang drastis dan menginginkan seorang ibu. Victor, dengan keputusan yang ekstrem, memberikan ingatan dan informasi palsu kepada wanita itu agar bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zahra xxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 25

Jennie terbangun dari tidurnya dengan mata yang masih setengah terbuka. Ia mendudukkan tubuhnya di ranjang rumah sakit, merasa sedikit bingung dan lelah. Matanya mengerjap-ngerjap saat ia berusaha menyesuaikan diri dengan pencahayaan ruangan yang agak redup. Perlahan, ia mengusap matanya, berusaha untuk sepenuhnya sadar dari tidur panjangnya.

Saat ia benar-benar membuka matanya, ia terkejut melihat seorang wanita berdiri di depannya. Wanita itu memiliki rambut panjang yang terurai, mengenakan gaun putih vintage yang terlihat begitu kontras dengan suasana rumah sakit yang steril.

"Siapa kamu?" ujar Jennie dengan spontan, suaranya bergetar sedikit. Wanita itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia langsung berbalik dan lari meninggalkan ruangan Jennie dengan cepat.

Tanpa pikir panjang, Jennie melepas infus yang menancap di tangannya, mengabaikan rasa sakit yang timbul akibat tindakan mendadaknya itu. Ia melompat dari ranjang dan berlari mengejar wanita itu dengan sekuat tenaga. Di koridor rumah sakit, suara langkah kaki Jennie menggema, berpadu dengan suara detak jantungnya yang semakin cepat.

Wanita itu terus berlari, dan Jennie berusaha untuk tidak kehilangan jejaknya. Namun, ketika mereka mencapai taman rumah sakit, Jennie kehilangan jejak wanita itu. Taman itu nampak sepi dan sunyi, dengan suasana yang semakin mencekam karena hari sudah tengah malam. Angin malam yang dingin membuat Jennie merapatkan baju rumah sakitnya.

Jennie memicingkan matanya, berusaha melihat dengan jelas dalam kegelapan. Matanya akhirnya menangkap sosok wanita yang dikejarnya, duduk di salah satu bangku taman. Tanpa ragu, Jennie kembali berlari mendekati wanita itu.

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa berlari seperti itu?" tanya Jennie dengan napas yang masih terengah-engah. Rasa penasaran dan sedikit ketakutan bercampur menjadi satu dalam dirinya.

Wanita itu perlahan menghadap ke Jennie, menatapnya dengan mata yang dalam dan dingin. "Kau lupa aku, sayang. Ingat, kau sudah berjanji tidak akan meninggalkanku, monster kecil," ucapnya dengan nada suara yang menyeramkan dan penuh kemarahan.

Anehnya, meskipun ucapan wanita itu terasa mengancam, Jennie merasa ada dorongan aneh untuk menyentuh wajahnya. Seperti ada rasa rindu yang mendalam di sana, meski ia tidak bisa menjelaskan alasannya. Perlahan, tangan Jennie terulur dan menyentuh wajah wanita itu.

Namun, saat tangannya menyentuh kulit wanita itu, ekspresi wanita itu berubah menjadi penuh kemarahan. Dengan cepat, wanita itu mencekik leher Jennie dengan kekuatan yang luar biasa, membuat Jennie terjatuh ke tanah.

"Lepaskan aku, sialan! Siapa kamu sebenarnya?" teriak Jennie yang hampir kehilangan napas. Suaranya semakin melemah, tercekik di bawah genggaman kuat wanita itu.

Wanita itu mendekatkan wajahnya ke telinga Jennie dan berbisik, "Ingat ini, sayang. Monster selamanya akan tetap menjadi monster."

Jennie berusaha melepaskan diri, tubuhnya semakin lemah, napasnya semakin tersengal. "Aku tidak bisa bernapas, sialan!" teriaknya dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Jennie terbangun dari tidurnya dengan kaget. Ia mengusap wajahnya dengan lembut, mencoba menenangkan diri. Namun, rasa cemas dan bingung masih menghantui pikirannya. Apa yang baru saja dialaminya terasa begitu nyata, seolah-olah itu bukan sekadar mimpi. Ia bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita yang muncul dalam mimpinya itu dan mengapa sosoknya tampak begitu familiar.

"Kau mimpi buruk?" tanya sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari samping tempat tidurnya. Jennie menoleh dan melihat seorang pria berdiri di sana. Cahaya pagi menyinari ruangan, membuat Jennie sadar bahwa hari sudah pagi.

Jennie merasa bingung dan sedikit takut. "Siapa kau?" tanyanya dengan nada acuh.

Pria itu tersenyum gugup dan mengulurkan tangannya. "Aku Daniel," ujarnya dengan ragu-ragu. Entah kenapa, menatap wajah Jennie membuatnya merasa gugup setengah mati.

"Apakah kita dekat? Sampai kau berani berada di ruanganku?" tanya Jennie dengan nada kasar, matanya menatap tajam ke arah Daniel.

Daniel menggaruk lehernya dengan canggung. "Kita tidak terlalu dekat, tapi akulah yang menjagamu saat malam saat kau masih koma," jawabnya dengan jujur, meskipun suaranya sedikit gemetar.

Jennie memandangnya dengan penuh kecurigaan. "Kau anak buah pria brengsek itu?" tanyanya, nada suaranya tajam.

Daniel diam sejenak, kebingungan dengan siapa yang dimaksud Jennie sebagai pria brengsek. "Maksudku, kau anak buah Victor?" Jennie mengklarifikasi.

Mendengar itu, Daniel tertawa kecil, memahami maksud Jennie. "Benar, aku sekretaris pria brengsek itu," ujarnya sembari terkekeh, mencoba mencairkan suasana.

Jennie menatap Daniel dengan tajam. "Mendengar kau berani memanggilnya brengsek, sepertinya kalian dekat," ujarnya, matanya menyelidik.

Daniel tersenyum tipis, mencoba meredakan ketegangan. "seperti itulah, kau benar-benar baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir.

Jennie membuang wajahnya, menghindari tatapan Daniel. "Sepertinya memang dekat, kau bahkan tidak memanggilku dengan sopan," ujarnya blak-blakan, nada suaranya penuh ketegasan. "Aku tidak suka orang memanggilku dengan tidak sopan."

Daniel hanya bisa tersenyum, meskipun dalam hatinya ia berpikir, "Sekarang aku tahu kenapa keluarganya tidak mencarinya, ternyata wanita ini sangat menyebalkan."

"Apakah kau percaya aku Jennie?" tanya Jennie tiba-tiba, memecah keheningan.

Daniel terkejut dengan pertanyaan itu. "Kenapa kau tidak percaya?" balasnya, mencoba memahami perasaan Jennie.

Jennie menghela napas. "Entahlah, hanya saja sedikit aneh. Aku memang tidak asing dengan nama itu, tapi... ah, sudahlah, aku makin pusing memikirkannya."

Daniel berpikir dalam hati, "Benar, kau memang bukan Jennie."

"Aku bahkan tidak tahu orang seperti apa aku ini," lanjut Jennie, suaranya terdengar putus asa.

Tiba-tiba, pintu diketuk dan seorang perawat masuk membawa nampan berisi sarapan untuk Jennie. Daniel segera bangkit dan mengambil nampan itu dari perawat, tak lupa mengucapkan terima kasih. "Makanlah," ujarnya seraya memberikan nampan itu kepada Jennie.

Daniel membuka meja lipat yang terhubung dengan ranjang rumah sakit dan meletakkan nampan di atasnya. Saat Jennie hendak makan, ia kesulitan mengarahkan sendok ke mulutnya. "Ternyata masih sakit," gumannya pelan. Kemarin, Kayla dan Key lah yang menyuapkan Jennie makanan.

"Apakah karena luka tembaknya?" pikir Daniel dalam hati. Tanpa ragu, Daniel mengambil sendok dan mulai menyuapi Jennie.

Jennie terpaksa menerima bantuan itu karena perutnya sudah kelaparan. "Makanan rumah sakit memang tidak enak. Kalau sudah sembuh, aku akan makan makanan buatanku sendiri," pungkas Jennie dengan serius.

Daniel mengangkat alis, penasaran. "Apakah sebelumnya dia seorang chef? Kenapa dia berbicara seolah pandai memasak," pikirnya.

Jennie melanjutkan, "Karena kau sudah membantuku, akan kuberikan kau makanan buatanku."

Daniel tertawa kecil. "Tidak perlu, aku tidak ingin masuk rumah sakit," ujarnya sembari memberikan suapan terakhir kepada Jennie.

Daniel melirik jam tangannya, biasanya jam segini dia sudah ada dikantor dan duduk di ruangannya. Tapi entah mengapa sejak menjaga wanita ini, dia sama sekali tidak ingin meninggalkan ruangan ini.

Bahkan saat bekerja pun ia terus ingin cepat-cepat pulang dan pergi kemari.

"eh, apa kau melamun"ujar Jennie seraya menggoyang tubuh Daniel.

Daniel tersadar menatap Jennie sebentar, "kalau gitu aku pamit bekerja dulu"ujar Daniel seperti seorang suami yang berpamitan kepada istrinya.

"silahkan tidak ada yang melarangmu"ujar Jennie.

Daniel berjalan meninggalkan ruangan Jennie, dan itu membuat Jennie menghela nafas.

1
FeVey
wah... wah.... gak bahayata...??? ternyata victor punya niatan menjadikan korban kevelakaan mnjdi istrinya.... /Shy/
Dedi Aljufri
baru baca tp cerita nya buat penasaran .. . semangat Thor 😊
Dede Dedeh
okk masih nyimak!!
Anita Jenius
1 iklan buatmu
Mắm tôm
Mantap banget nih thor, jangan berhenti menulis ya!
Keyla: makasih, tenang aja gk bakalan berhenti
total 1 replies
Ryner
Ceritanya bikin nagih thor, terus lanjut ya!
Keyla: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!